Bennett, Calon PM Israel Pengganti Netanyahu yang Sebut Tak Ada Negara Palestina
Selasa, 01 Juni 2021 - 13:05 WIB
Lapid memiliki waktu hingga Rabu malam untuk menyusun koalisi 61 kursi di Knesset-Parlemen Israel yang terdiri dari 120 kursi.
Yamina, partai berhaluan agama-nasionalis memenangkan tujuh kursi Knesset dalam pemilihan umum terakhir negara itu pada bulan Maret, meskipun seorang anggotanya menolak untuk bergabung dengan koalisi anti-Netanyahu.
Bennett juga merupakan mantan perwira pasukan khusus. Dia tercatat sebagai putra dari orangtua kelahiran Amerika Serikat dan tinggal bersama istrinya Galit dan empat anaknya di pusat kota Ra'anana.
Dia memasuki politik setelah menjual start-up teknologinya seharga USD145 juta pada tahun 2005, dan tahun berikutnya menjadi kepala staf untuk Netanyahu, yang saat itu berada di oposisi.
Setelah meninggalkan kantor Netanyahu, Bennett pada 2010 menjadi direktur Dewan Yesha, yang melobi pemukim Yahudi di Tepi Barat.
Dia kemudian menggemparkan politik pada 2012 ketika dia memimpin partai agama-nasionalis Jewish Home [Rumah Yahudi], yang menghadapi bencana politik. Dia meningkatkan kehadiran parlemennya empat kali lipat, sambil menjadi berita utama dengan serangkaian komentar yang menghasut tentang Palestina.
Pada 2013, dia mengatakan; "Teroris harus dibunuh, bukan dibebaskan".
Dia juga berpendapat bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan. "Karena tidak pernah ada negara Palestina di sini," katanya saat itu.
Menurutnya, konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan tetapi harus ditanggung, seperti potongan "pecahan peluru di pantat".
Yamina, partai berhaluan agama-nasionalis memenangkan tujuh kursi Knesset dalam pemilihan umum terakhir negara itu pada bulan Maret, meskipun seorang anggotanya menolak untuk bergabung dengan koalisi anti-Netanyahu.
Bennett juga merupakan mantan perwira pasukan khusus. Dia tercatat sebagai putra dari orangtua kelahiran Amerika Serikat dan tinggal bersama istrinya Galit dan empat anaknya di pusat kota Ra'anana.
Dia memasuki politik setelah menjual start-up teknologinya seharga USD145 juta pada tahun 2005, dan tahun berikutnya menjadi kepala staf untuk Netanyahu, yang saat itu berada di oposisi.
Setelah meninggalkan kantor Netanyahu, Bennett pada 2010 menjadi direktur Dewan Yesha, yang melobi pemukim Yahudi di Tepi Barat.
Dia kemudian menggemparkan politik pada 2012 ketika dia memimpin partai agama-nasionalis Jewish Home [Rumah Yahudi], yang menghadapi bencana politik. Dia meningkatkan kehadiran parlemennya empat kali lipat, sambil menjadi berita utama dengan serangkaian komentar yang menghasut tentang Palestina.
Pada 2013, dia mengatakan; "Teroris harus dibunuh, bukan dibebaskan".
Dia juga berpendapat bahwa Tepi Barat tidak berada di bawah pendudukan. "Karena tidak pernah ada negara Palestina di sini," katanya saat itu.
Menurutnya, konflik Israel-Palestina tidak dapat diselesaikan tetapi harus ditanggung, seperti potongan "pecahan peluru di pantat".
Lihat Juga :
tulis komentar anda