Terungkap, China Nyaris Dibom Nuklir AS dan Pakistan Waswas Diserang Israel

Jum'at, 28 Mei 2021 - 14:50 WIB
Rudal balistik antarbenua berhulu ledak nuklir militer Amerika Serikat yang disimpan di Malmstrom Air Force Base, Montana. Foto/REUTERS/USAF/Airman John Parie
WASHINGTON - Setelah serangan nuklir Amerika Serikat (AS) di Jepang, Asia berhenti menyaksikan dua konflik nuklir lagi. Namun, Amerika ternyata hampir melakukan serangan serupa terhadap China dan Pakistan khawatir diserang oleh Israel yang akan dibantu India.

Setelah kehancuran Perang Dunia II, PBB didirikan sebagai organisasi antar-pemerintah untuk menjaga perdamaian dan keamanan, serta menyelaraskan tindakan bangsa-bangsa.



Tetapi bahkan setelah 76 tahun berdirinya, dunia tetap terpecah-pecah seperti sebelumnya. Selama bertahun-tahun, peningkatan teknologi militer dan kemampuan senjata nuklir menyebabkan perlombaan di antara kekuatan dunia.

Ada juga saat-saat di masa lalu ketika beberapa negara bersedia menggunakan kemampuan militer mereka untuk melindungi sekutu dan kepentingan mereka di luar negeri, dan dalam beberapa kasus, berusaha keras untuk menggagalkan musuh dalam memperoleh kemampuan membuat senjata nuklir.



Salah satu insiden yang melibatkan negara adidaya, Amerika Serikat, muncul di domain publik baru-baru ini. Menurut dokumen rahasia yang bocor yang diposting online, AS pada tahun 1958 telah bermain-main dengan gagasan meluncurkan serangan nuklir ke daratan China untuk melindungi Taiwan—wilayah yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

Dokumen rahasia di-posting online oleh Dr Daniel Ellsberg, tokoh yang dikenal dengan bocoran dokumen "Pentagon Papers".

Ellsberg, yang merupakan mantan analis militer dan aktivis politik AS, mengatakan kepada The New York Times pada 22 Mei lalu bahwa dia telah menyalin studi sangat rahasia tentang krisis Selat Taiwan hampir 50 tahun yang lalu. Namun, kemudian dia tidak mengungkapkannya.

Dia sekarang menyoroti hal itu di tengah ketegangan baru antara Amerika Serikat dan China terkait Taiwan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More