Serangan Gereja Tewaskan 4 Pengungsi, Kardinal Myanmar: Setop Serang Tempat Ibadah
Rabu, 26 Mei 2021 - 14:33 WIB
Bo berkata bahwa gereja, rumah sakit dan sekolah dilindungi selama konflik oleh konvensi internasional.
Dia mengatakan serangan itu telah mendorong orang untuk melarikan diri ke hutan dengan lebih dari 20.000 orang mengungsi dan sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan kebersihan.
Penduduk lain di daerah itu mencoba membantu orang-orang terlantar yang meninggalkan rumah mereka. Diperkirakan jumlah mereka meningkat menjadi antara 30 ribu dan 50 ribu pada Rabu ini dan masih menggunakan gereja sebagai tempat berlindung.
"Orang tua dan anak-anak ada di gereja. Semua gereja telah memasang bendera putih untuk menghentikan penembakan," kata pria berusia 20 tahun yang turut membatu evakuasi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Dia mengatakan situasi tetap tegang di daerah itu dan menuduh militer terus menggunakan senjata berat terhadap milisi lokal yang bersenjata ringan.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Aksi protes harian, pawai dan pemogokan nasional muncul untuk melawan junta, yang telah berjuang untuk menegakkan ketertiban saat oposisi terhadapnya tumbuh.
Junta menanggapi aksi-aksi ini dengan kekuatan mematikan, menewaskan lebih dari 800 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. Militer membantah angka ini dan pemimpin kudeta Min Aung Hlaing baru-baru ini mengatakan sekitar 300 orang telah tewas dalam kerusuhan, termasuk 47 polisi.
Dia mengatakan serangan itu telah mendorong orang untuk melarikan diri ke hutan dengan lebih dari 20.000 orang mengungsi dan sangat membutuhkan makanan, obat-obatan dan kebersihan.
Penduduk lain di daerah itu mencoba membantu orang-orang terlantar yang meninggalkan rumah mereka. Diperkirakan jumlah mereka meningkat menjadi antara 30 ribu dan 50 ribu pada Rabu ini dan masih menggunakan gereja sebagai tempat berlindung.
"Orang tua dan anak-anak ada di gereja. Semua gereja telah memasang bendera putih untuk menghentikan penembakan," kata pria berusia 20 tahun yang turut membatu evakuasi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Dia mengatakan situasi tetap tegang di daerah itu dan menuduh militer terus menggunakan senjata berat terhadap milisi lokal yang bersenjata ringan.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari dan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Aksi protes harian, pawai dan pemogokan nasional muncul untuk melawan junta, yang telah berjuang untuk menegakkan ketertiban saat oposisi terhadapnya tumbuh.
Junta menanggapi aksi-aksi ini dengan kekuatan mematikan, menewaskan lebih dari 800 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. Militer membantah angka ini dan pemimpin kudeta Min Aung Hlaing baru-baru ini mengatakan sekitar 300 orang telah tewas dalam kerusuhan, termasuk 47 polisi.
Lihat Juga :
tulis komentar anda