KJRI Chicago Ulik Potensi Industri Kendaraan Listrik Nasional
Sabtu, 23 Mei 2020 - 07:15 WIB
CHICAGO - Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional Indonesia, KJRI Chicago adakan webinar dengan tema "Menuju Industri 4.0: Kebangkitan Mobil Listrik Nasional Indonesia" (20/5).
Indonesia telah memiliki peta jalan (road map) Industri 4.0 di mana industri otomotif termasuk kendaraan listrik menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan.
Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan Presiden No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, yang tentunya diharapkan membuka jalan bagi Indonesia menuju penguasaan teknologi kendaraan listrik nasional di masa depan.
"Penting untuk melihat bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh industri kendaraan listrik di luar negeri, khususnya Amerika Serikat dan peluang investasi serta bisnis yang dimilikinya dapat dipertemukan dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia dapat menjadi aktor global supply chain atas kebutuhan industri manufaktur kendaraan listrik dunia, yang selama ini banyak dikuasai oleh Tiongkok," kata Konjen RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir.
Menyambung Konjen Meri, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dubes Ngurah Swajaya dalam keynote speech-nya menyampaikan beberapa hal hal utama.
Pertama, dalam menghadapi era Industri 4.0, Pemerintah Indonesia telah siap tidak hanya dengan roadmap dan aturan-aturan pendukung sebagai payung hukum, tetapi juga membangun infrastruktur, termasuk menyiapkan kawasan industri terpadu, pemberian insentif dan tax breaks serta mendorong perguruan tinggi untuk melakukan terobosan dan inovasi.
Kedua, dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) penyediaan baterai menurutnya menjadi komponen utama yang krusial. Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia sudah semestinya juga menjadi produsen baterai lithum terbesar di dunia.
Dua kawasan industri di Weda Bay Halmahera dan Morowali, Sulawesi Tengah diketahui memiliki kemampuan produksi nikel yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pasar dalam negeri Indonesia, namun juga untuk kebutuhan ekspor.
Lebih lanjut Dubes Ngurah Swajaya menjelaskan, "Sekarang merupakan saat yang tepat untuk menarik investasi dan kerja sama guna menguatkan kapasitas industri kendaraan listrik nasional. Bermodal SDM yang handal, potensi pasar yang besar, kepastian hukum, insentif dan cadangan nikel yang melimpah sudah seharusnya Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi Amerika Serikat. Berbicara mengenai investasi, maka yang dapat ditawarkan Indonesia tidak hanya akses ke pasar domestik Indonesia saja, tetapi juga potensi 600 juta penduduk dari pasar bersama ASEAN."
Indonesia telah memiliki peta jalan (road map) Industri 4.0 di mana industri otomotif termasuk kendaraan listrik menjadi salah satu dari lima sektor manufaktur yang diprioritaskan.
Selain itu juga telah diterbitkan Peraturan Presiden No.55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, yang tentunya diharapkan membuka jalan bagi Indonesia menuju penguasaan teknologi kendaraan listrik nasional di masa depan.
"Penting untuk melihat bagaimana keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh industri kendaraan listrik di luar negeri, khususnya Amerika Serikat dan peluang investasi serta bisnis yang dimilikinya dapat dipertemukan dengan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia dapat menjadi aktor global supply chain atas kebutuhan industri manufaktur kendaraan listrik dunia, yang selama ini banyak dikuasai oleh Tiongkok," kata Konjen RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir.
Menyambung Konjen Meri, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dubes Ngurah Swajaya dalam keynote speech-nya menyampaikan beberapa hal hal utama.
Pertama, dalam menghadapi era Industri 4.0, Pemerintah Indonesia telah siap tidak hanya dengan roadmap dan aturan-aturan pendukung sebagai payung hukum, tetapi juga membangun infrastruktur, termasuk menyiapkan kawasan industri terpadu, pemberian insentif dan tax breaks serta mendorong perguruan tinggi untuk melakukan terobosan dan inovasi.
Kedua, dalam pengembangan industri kendaraan listrik (EV) penyediaan baterai menurutnya menjadi komponen utama yang krusial. Indonesia sebagai penghasil nikel terbesar di dunia sudah semestinya juga menjadi produsen baterai lithum terbesar di dunia.
Dua kawasan industri di Weda Bay Halmahera dan Morowali, Sulawesi Tengah diketahui memiliki kemampuan produksi nikel yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku untuk pasar dalam negeri Indonesia, namun juga untuk kebutuhan ekspor.
Lebih lanjut Dubes Ngurah Swajaya menjelaskan, "Sekarang merupakan saat yang tepat untuk menarik investasi dan kerja sama guna menguatkan kapasitas industri kendaraan listrik nasional. Bermodal SDM yang handal, potensi pasar yang besar, kepastian hukum, insentif dan cadangan nikel yang melimpah sudah seharusnya Indonesia dapat menarik lebih banyak investasi Amerika Serikat. Berbicara mengenai investasi, maka yang dapat ditawarkan Indonesia tidak hanya akses ke pasar domestik Indonesia saja, tetapi juga potensi 600 juta penduduk dari pasar bersama ASEAN."
tulis komentar anda