Panglima Militer AS: Israel Membela Diri, tapi Tak Perlu Lanjutkan Perang
Selasa, 18 Mei 2021 - 10:46 WIB
BRUSSELS - Panglima Militer Amerika Serikat (AS), Jenderal Mark Milley, mengatakan Israel hanya membela diri dalam konflik dengan Hamas saat ini. Namun, jenderal itu menyerukan diakhirinya perang karena faktanya warga sipil termasuk anak-anak yang dibunuh.
Jenderal Milley—yang jabatan resminya adalah Ketua Kepala Staf Gabungan Militer Amerika—memperingatkan bahwa konflik antara Israel dan Hamas menciptakan ketidakstabilan di luar Gaza.
Dia berbicara kepada wartawan saat terbang ke Brussel untuk pertemuan NATO. Dia mendesak kedua belah pihak yang berkonflik untuk meredam perseteruan.
Komentar Milley tersebut menggemakan komentar Presiden Joe Biden, yang mengatakan dia mendukung gencatan senjata.
"Ada sejumlah besar korban dan saya hanya berpikir bahwa tingkat kekerasan itu tidak stabil di luar wilayah Gaza," kata Milley, hari Senin, menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan dukungan Iran untuk Hamas.
Lebih dari 200 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas sejak permusuhan berkobar antara negara Yahudi itu dengan kelompok bersenjata Palestina di Jalur Gaza pekan lalu. Di pihak Israel, sepuluh orang tewas termasuk seorang tentara militer dan dua anak.
Pada hari Senin, Washington untuk ketiga kalinya memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian kekerasan antara Hamas dan Israel. Namun, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Biden mengatakan dia mendukung gencatan senjata.
"Tidak ada yang menyangkal hak Israel untuk membela diri," kata Milley kepada wartawan yang dilansir AFP, Selasa (18/5/2021).
"Tapi setelah mengatakan itu, tingkat kekerasan yang ada pada tingkat yang tidak ada kepentingannya untuk terus berperang... Warga sipil dibunuh. Anak-anak dibunuh," lanjut Jenderal Milley.
Kekerasan antara Hamas dan Israel, yang meningkat setelah dipicu oleh kerusuhan di Yerusalem timur yang dicaplok Israel, adalah yang terburuk sejak 2014.
Militan Palestina telah menembakkan sekitar 3.350 roket ke arah Israel, yang menanggapi dengan serangan udara tanpa henti yang diklaim menargetkan komandan dan infrastruktur militer Hamas.
"Saya percaya bahwa apa pun tujuan militer di luar sana, mereka perlu diseimbangkan dengan konsekuensi lain," lanjut Milley.
"Dalam pandangan saya, de-eskalasi adalah tindakan cerdas pada saat ini untuk semua pihak terkait."
Jenderal Milley—yang jabatan resminya adalah Ketua Kepala Staf Gabungan Militer Amerika—memperingatkan bahwa konflik antara Israel dan Hamas menciptakan ketidakstabilan di luar Gaza.
Dia berbicara kepada wartawan saat terbang ke Brussel untuk pertemuan NATO. Dia mendesak kedua belah pihak yang berkonflik untuk meredam perseteruan.
Komentar Milley tersebut menggemakan komentar Presiden Joe Biden, yang mengatakan dia mendukung gencatan senjata.
"Ada sejumlah besar korban dan saya hanya berpikir bahwa tingkat kekerasan itu tidak stabil di luar wilayah Gaza," kata Milley, hari Senin, menanggapi pertanyaan tentang kemungkinan dukungan Iran untuk Hamas.
Lebih dari 200 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas sejak permusuhan berkobar antara negara Yahudi itu dengan kelompok bersenjata Palestina di Jalur Gaza pekan lalu. Di pihak Israel, sepuluh orang tewas termasuk seorang tentara militer dan dua anak.
Pada hari Senin, Washington untuk ketiga kalinya memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian kekerasan antara Hamas dan Israel. Namun, dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Biden mengatakan dia mendukung gencatan senjata.
"Tidak ada yang menyangkal hak Israel untuk membela diri," kata Milley kepada wartawan yang dilansir AFP, Selasa (18/5/2021).
"Tapi setelah mengatakan itu, tingkat kekerasan yang ada pada tingkat yang tidak ada kepentingannya untuk terus berperang... Warga sipil dibunuh. Anak-anak dibunuh," lanjut Jenderal Milley.
Kekerasan antara Hamas dan Israel, yang meningkat setelah dipicu oleh kerusuhan di Yerusalem timur yang dicaplok Israel, adalah yang terburuk sejak 2014.
Militan Palestina telah menembakkan sekitar 3.350 roket ke arah Israel, yang menanggapi dengan serangan udara tanpa henti yang diklaim menargetkan komandan dan infrastruktur militer Hamas.
"Saya percaya bahwa apa pun tujuan militer di luar sana, mereka perlu diseimbangkan dengan konsekuensi lain," lanjut Milley.
"Dalam pandangan saya, de-eskalasi adalah tindakan cerdas pada saat ini untuk semua pihak terkait."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda