AS Berniat Keluar dari Perjanjian Mata-mata Open Skies, NATO Cemas
Jum'at, 22 Mei 2020 - 20:57 WIB
BRUSSELS - Duta besar negara-negara NATO bertemu untuk membahas rencana Amerika Serikat (AS) menarik diri dari perjajian internasional Open Skies. Rencana itu digulirkan di tengah kekhawatiran Rusia telah melanggar perjanjian tersebut.
Rezim Perjanjian Open Skies memungkinkan penerbangan pengamatan singkat di lebih dari 30 negara. Perjanjian itu mulai berlaku pada tahun 2002.
Perjanjian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan antara AS dan Rusia dengan mengizinkan para penandatangan untuk melakukan penerbangan pengintaian di wilayah masing-masing untuk mengumpulkan informasi tentang pasukan dan kegiatan militer.
Sejak tahun 2018, para pemimpin NATO menyatakan keprihatinan terhadap Rusia yang selektif dalam mengimplementasikan perjanjian dan pakta-pakta kontrol senjata konvensional lainnya.
"Secara khusus, kami khawatir bahwa Rusia telah membatasi penerbangan di wilayah tertentu," kata seorang pejabat NATO, seperti dikutip dari AP, Jumat (22/5/2020).
Negara-negara Eropa telah melakukan sebagian besar penerbangan - yang sering terjadi di Rusia dan Belarus - dan beberapa dari mereka mendesak AS untuk tetap bertahan.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan ia menyesali keputusan AS meninggalkan perjanjian yang berkontribusi pada keamanan dan perdamaian di hampir seluruh belahan bumi utara. Ia juga mendesak Rusia untuk mulai menghormatinya lagi.
"Kami melihat bahwa memang ada kesulitan dalam implementasi perjanjian di pihak Rusia dalam beberapa tahun terakhir," kata Maas dalam sebuah pernyataan.
"Tapi dari sudut pandang kami, ini tidak membenarkan penarikan (AS dari perjanjian)," imbuhnya.
Rezim Perjanjian Open Skies memungkinkan penerbangan pengamatan singkat di lebih dari 30 negara. Perjanjian itu mulai berlaku pada tahun 2002.
Perjanjian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepercayaan antara AS dan Rusia dengan mengizinkan para penandatangan untuk melakukan penerbangan pengintaian di wilayah masing-masing untuk mengumpulkan informasi tentang pasukan dan kegiatan militer.
Sejak tahun 2018, para pemimpin NATO menyatakan keprihatinan terhadap Rusia yang selektif dalam mengimplementasikan perjanjian dan pakta-pakta kontrol senjata konvensional lainnya.
"Secara khusus, kami khawatir bahwa Rusia telah membatasi penerbangan di wilayah tertentu," kata seorang pejabat NATO, seperti dikutip dari AP, Jumat (22/5/2020).
Negara-negara Eropa telah melakukan sebagian besar penerbangan - yang sering terjadi di Rusia dan Belarus - dan beberapa dari mereka mendesak AS untuk tetap bertahan.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan ia menyesali keputusan AS meninggalkan perjanjian yang berkontribusi pada keamanan dan perdamaian di hampir seluruh belahan bumi utara. Ia juga mendesak Rusia untuk mulai menghormatinya lagi.
"Kami melihat bahwa memang ada kesulitan dalam implementasi perjanjian di pihak Rusia dalam beberapa tahun terakhir," kata Maas dalam sebuah pernyataan.
"Tapi dari sudut pandang kami, ini tidak membenarkan penarikan (AS dari perjanjian)," imbuhnya.
tulis komentar anda