Dua Pangkalan Udara Myanmar Dihantam Roket
Kamis, 29 April 2021 - 23:15 WIB
NAYPYITAW - Junta militer Myanmar mengatakan dua pangkalan udara negara itu dihantam roket pada Kamis (29/4/2021). Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut dan hanya menyebabkan kerusakan kecil.
Juru bicara junta, Kapten Aye Thazin Myint, mengatakan pada konferensi pers di ibukota, Naypyitaw, bahwa empat roket 107mm itu ditembakkan ke pangkalan angkatan udara di Magway pada jam 3 pagi, dengan tiga mendarat di lapangan dan satu di jalan. Dia mengatakan satu bangunan sedikit rusak dalam serangan itu, yang disebut militer berasal dari dua desa terdekat.
Dia juga mengatakan lima roket ditembakkan antara pukul 5 pagi dan 9 pagi. Di pangkalan udara di Meiktila, di mana tembakan juga terdengar dari desa-desa terdekat seperti dikutip dari AP.
Serangan roket ini adalah sinyal terbaru ketika junta militer berusaha untuk mengendalikan aksi protes yang meluas di kota-kota negara itu terhadap kudeta pada Februari, mereka menghadapi tantangan militer baru dari daerah lain.
Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan di Magway dan Meiktila di pusat Myanmar, dan pemerintah mengatakan akan mencari mereka yang bertanggung jawab.
Roket biasanya digunakan oleh kelompok pemberontak karena murah dan mudah diarahkan, meskipun tidak terlalu akurat.
Junta, yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada kudetanya 1 Februari, terlibat dalam peperangan terbuka dengan gerilyawan dari Kachin dan minoritas Karen yang telah bersekutu dengan gerakan protes terhadap pemerintahan militer.
Kachin, di Myanmar Utara, dan Karen di Timur telah melawan pemerintah pusat selama beberapa dekade untuk otonomi daerah yang lebih besar, melalui periode konflik bersenjata dan gencatan api yang tidak stabil. Kedua daerah tersebut mengalami peningkatan pertempuran dalam beberapa bulan terakhir dan telah menjadi target serangan udara serta serangan darat oleh pasukan pemerintah.
Sebelumnya, pemberontak Karen pada hari Selasa merebut pangkalan pemerintah di perbatasan dengan Thailand.
Pemerintah militer juga telah meningkatkan kampanyenya melawan lawannya di kota-kota, menerbitkan surat perintah penangkapan untuk ratusan aktivis termasuk aktor, influencer dan dokter. Jurnalis juga telah menjadi target.
Aksi protes jalanan berlanjut tetapi pada skala yang jauh lebih kecil karena pasukan keamanan meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan mereka. Lebih dari 700 pengunjuk rasa dan pengamat telah terbunuh, menurut beberapa penghitungan terperinci. Junta menempatkan angka korban sekitar sepertiga dari itu dan mengatakan mereka menggunakan kekuatan dengan tepat untuk mengekang kerusuhan.
Juru bicara junta, Kapten Aye Thazin Myint, mengatakan pada konferensi pers di ibukota, Naypyitaw, bahwa empat roket 107mm itu ditembakkan ke pangkalan angkatan udara di Magway pada jam 3 pagi, dengan tiga mendarat di lapangan dan satu di jalan. Dia mengatakan satu bangunan sedikit rusak dalam serangan itu, yang disebut militer berasal dari dua desa terdekat.
Dia juga mengatakan lima roket ditembakkan antara pukul 5 pagi dan 9 pagi. Di pangkalan udara di Meiktila, di mana tembakan juga terdengar dari desa-desa terdekat seperti dikutip dari AP.
Serangan roket ini adalah sinyal terbaru ketika junta militer berusaha untuk mengendalikan aksi protes yang meluas di kota-kota negara itu terhadap kudeta pada Februari, mereka menghadapi tantangan militer baru dari daerah lain.
Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap pangkalan di Magway dan Meiktila di pusat Myanmar, dan pemerintah mengatakan akan mencari mereka yang bertanggung jawab.
Roket biasanya digunakan oleh kelompok pemberontak karena murah dan mudah diarahkan, meskipun tidak terlalu akurat.
Junta, yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada kudetanya 1 Februari, terlibat dalam peperangan terbuka dengan gerilyawan dari Kachin dan minoritas Karen yang telah bersekutu dengan gerakan protes terhadap pemerintahan militer.
Kachin, di Myanmar Utara, dan Karen di Timur telah melawan pemerintah pusat selama beberapa dekade untuk otonomi daerah yang lebih besar, melalui periode konflik bersenjata dan gencatan api yang tidak stabil. Kedua daerah tersebut mengalami peningkatan pertempuran dalam beberapa bulan terakhir dan telah menjadi target serangan udara serta serangan darat oleh pasukan pemerintah.
Sebelumnya, pemberontak Karen pada hari Selasa merebut pangkalan pemerintah di perbatasan dengan Thailand.
Pemerintah militer juga telah meningkatkan kampanyenya melawan lawannya di kota-kota, menerbitkan surat perintah penangkapan untuk ratusan aktivis termasuk aktor, influencer dan dokter. Jurnalis juga telah menjadi target.
Aksi protes jalanan berlanjut tetapi pada skala yang jauh lebih kecil karena pasukan keamanan meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan mereka. Lebih dari 700 pengunjuk rasa dan pengamat telah terbunuh, menurut beberapa penghitungan terperinci. Junta menempatkan angka korban sekitar sepertiga dari itu dan mengatakan mereka menggunakan kekuatan dengan tepat untuk mengekang kerusuhan.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda