Jepang Tuding China Dalang Serangan Siber Terhadap Badan Antariksanya
Selasa, 20 April 2021 - 23:39 WIB
TOKYO - Polisi Tokyo tengah menyelidiki serangan siber terhadap sekitar 200 perusahaan dan organisasi penelitian Jepang , termasuk badan antariksa negara, oleh kelompok peretas yang diyakini terkait dengan militer China .
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan polisi telah meneruskan kasus yang melibatkan serangan siber terhadap Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) kepada jaksa untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Polisi yakin serangkaian peretasan JAXA dilakukan pada 2016-2017 oleh Tick, sebuah kelompok serangan siber China di bawah arahan unit Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)," kata Kato seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/4/2021).
Kato mengungkapkan, mengutip penyelidikan polisi, seorang tersangka dalam kasus JAXA, seorang insinyur sistem China yang berbasis di Jepang, diduga memperoleh akses ke server persewaan dengan mendaftarkan dirinya dengan identitas palsu untuk meluncurkan serangan siber.
Stasiun televisi NHK mengatakan warga negara China lainnya yang dicurigai memiliki hubungan dengan unit PLA yang berada di Jepang sebagai siswa pertukaran juga diselidiki dalam kasus tersebut. Kedua pria itu telah meninggalkan negara Jepang.
Polisi sedang menyelidiki maksud dan metode penyerang, sementara juga mengejar sejumlah serangan siber lain yang mereka curigai terkait dengan militer China.
"Keterlibatan Tentara Pembebasan Rakyat China sangat mungkin terjadi," ujar Kato. Dia menambahkan bahwa tidak ada kebocoran atau kerusakan data aktual yang ditemukan sejauh ini, tetapi polisi mendesak perusahaan untuk memperkuat perlindungan mereka.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan serangan siber adalah bagian dari meningkatnya ancaman keamanan dari China karena menjadi lebih tegas di kawasan itu. Ini pula yang menjadi kekhawatiran bersama yang dibahas dalam pembicaraan 16 April lalu di Gedung Putih antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan serangan dunia maya adalah tantangan umum yang dihadapi oleh semua negara dan memperingatkan Jepang agar tidak salah menuduh China.
“Spekulasi yang tidak berdasar seharusnya tidak diizinkan. China dengan tegas menentang negara atau institusi mana pun yang menggunakan serangan siber untuk melemparkan lumpur ke China atau untuk melayani tujuan politik tercela dengan masalah keamanan siber," ujarnya.
"China bersedia memperkuat dialog dan kerja sama dengan semua pihak untuk bersama-sama mengatasi ancaman keamanan siber," tukasnya.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan polisi telah meneruskan kasus yang melibatkan serangan siber terhadap Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) kepada jaksa untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Polisi yakin serangkaian peretasan JAXA dilakukan pada 2016-2017 oleh Tick, sebuah kelompok serangan siber China di bawah arahan unit Tentara Pembebasan Rakyat (PLA)," kata Kato seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/4/2021).
Kato mengungkapkan, mengutip penyelidikan polisi, seorang tersangka dalam kasus JAXA, seorang insinyur sistem China yang berbasis di Jepang, diduga memperoleh akses ke server persewaan dengan mendaftarkan dirinya dengan identitas palsu untuk meluncurkan serangan siber.
Stasiun televisi NHK mengatakan warga negara China lainnya yang dicurigai memiliki hubungan dengan unit PLA yang berada di Jepang sebagai siswa pertukaran juga diselidiki dalam kasus tersebut. Kedua pria itu telah meninggalkan negara Jepang.
Polisi sedang menyelidiki maksud dan metode penyerang, sementara juga mengejar sejumlah serangan siber lain yang mereka curigai terkait dengan militer China.
"Keterlibatan Tentara Pembebasan Rakyat China sangat mungkin terjadi," ujar Kato. Dia menambahkan bahwa tidak ada kebocoran atau kerusakan data aktual yang ditemukan sejauh ini, tetapi polisi mendesak perusahaan untuk memperkuat perlindungan mereka.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan serangan siber adalah bagian dari meningkatnya ancaman keamanan dari China karena menjadi lebih tegas di kawasan itu. Ini pula yang menjadi kekhawatiran bersama yang dibahas dalam pembicaraan 16 April lalu di Gedung Putih antara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan serangan dunia maya adalah tantangan umum yang dihadapi oleh semua negara dan memperingatkan Jepang agar tidak salah menuduh China.
“Spekulasi yang tidak berdasar seharusnya tidak diizinkan. China dengan tegas menentang negara atau institusi mana pun yang menggunakan serangan siber untuk melemparkan lumpur ke China atau untuk melayani tujuan politik tercela dengan masalah keamanan siber," ujarnya.
"China bersedia memperkuat dialog dan kerja sama dengan semua pihak untuk bersama-sama mengatasi ancaman keamanan siber," tukasnya.
(ian)
tulis komentar anda