AS dan NATO Kompak, Tarik Pasukan dari Afghanistan Sebelum 11 September
Rabu, 14 April 2021 - 22:01 WIB
"Kami selalu berkata: kami akan masuk bersama, kami akan pergi bersama," ucap Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer mengatakan kepada stasiusn televisi ARD.
"Saya untuk penarikan yang tertib dan itulah mengapa saya berasumsi bahwa kami (NATO) akan menyetujuinya hari ini," imbuhnya.
Rincian lebih lanjut diharapkan akan dirilis secepatnya ketika Blinken memberikan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Stoltenberg.
Lebih dari 2.300 personel AS tewas dan 20.000 cedera dalam konflik berkepanjangan itu, yang menewaskan sekitar 50.000 warga sipil Afghanistan. Taliban diusir dari Kabul pada awal konflik tetapi belakangan ini situasi keamanan bagi warga sipil semakin memburuk.
Action on Armed Violence, sebuah kelompok penelitian yang memantau kematian dalam konflik, mengatakan pada tahun 2020 bahwa Afghanistan memiliki tingkat korban sipil tertinggi yang dirugikan oleh senjata peledak yang dicatat oleh negara mana pun di dunia, menyalip Suriah. Tahun lalu PBB mencatat 3.035 korban sipil di negara itu.
Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan itu melewati tenggat waktu 1 Mei untuk penarikan pasukan yang disepakati dengan pemberontak Taliban oleh pemerintahan Donald Trump.
Pemerintahan Trump telah setuju untuk menarik semua pasukan pada Mei, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban, di mana kelompok Islam garis keras akan menindak al-Qaeda, berhenti menyerang pasukan internasional dan terlibat dalam negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.
"Saya untuk penarikan yang tertib dan itulah mengapa saya berasumsi bahwa kami (NATO) akan menyetujuinya hari ini," imbuhnya.
Rincian lebih lanjut diharapkan akan dirilis secepatnya ketika Blinken memberikan konferensi pers dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dan Stoltenberg.
Lebih dari 2.300 personel AS tewas dan 20.000 cedera dalam konflik berkepanjangan itu, yang menewaskan sekitar 50.000 warga sipil Afghanistan. Taliban diusir dari Kabul pada awal konflik tetapi belakangan ini situasi keamanan bagi warga sipil semakin memburuk.
Action on Armed Violence, sebuah kelompok penelitian yang memantau kematian dalam konflik, mengatakan pada tahun 2020 bahwa Afghanistan memiliki tingkat korban sipil tertinggi yang dirugikan oleh senjata peledak yang dicatat oleh negara mana pun di dunia, menyalip Suriah. Tahun lalu PBB mencatat 3.035 korban sipil di negara itu.
Keputusan untuk menarik pasukan dari Afghanistan itu melewati tenggat waktu 1 Mei untuk penarikan pasukan yang disepakati dengan pemberontak Taliban oleh pemerintahan Donald Trump.
Pemerintahan Trump telah setuju untuk menarik semua pasukan pada Mei, setelah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban, di mana kelompok Islam garis keras akan menindak al-Qaeda, berhenti menyerang pasukan internasional dan terlibat dalam negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.
(ian)
tulis komentar anda