Ukraina Tak Gentar dengan Tekanan Rusia
Minggu, 11 April 2021 - 13:32 WIB
KIEV - Ukraina menyatakan tidak akan mundur karena tekanan Rusia di tengah meningkatnya permusuhan di sepanjang perbatasan antara kedua negara.
Menteri Pertahanan Ukraina Andrii Taran mengatakan Rusia berusaha memaksa Kiev untuk menyerah dalam negosiasi dengan meningkatkan kehadiran militernya di perbatasan. Meski begitu ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan berhenti berperang.
"Tujuan sebenarnya Rusia membangun militer di sepanjang perbatasan Ukraina dan di wilayah pendudukan sementara Republik Otonomi Crimea, mungkin meningkatkan tekanan pada Ukraina untuk tujuan memaksanya menyerah dalam proses negosiasi," kata Taran dalam sebuah pernyataan.
"Api permusuhan yang dibakar oleh Rusia hanya untuk dijinakkan dengan cara politik dan diplomatik. Ukraina awalnya bertujuan untuk cara beradab mengembalikan wilayah yang diduduki sementara. Namun, tidak boleh ada kompromi dalam hal membela kepentingan Ukraina," tambahnya seperti dikutip dari The Hill, Minggu (11/4/2021).
Pernyataan itu menandai lonjakan terbaru dalam meningkatnya ketegangan antara Kiev dan Moskow.
Kemudian dalam pernyataannya, Taran meminta negara-negara Barat untuk menolak ancaman terbaru Rusia, mengakui bahwa Ukraina sendiri akan terlalu lemah untuk memerangi agresi negara itu.
"Federasi Rusia harus memahami bahwa setiap agresi dan eskalasi aktif dalam hal lingkungan keamanan akan mengarah pada tanggapan yang jelas dan kuat dari komunitas internasional. Mekanisme paling meyakinkan dan efektif untuk menyajikan posisi yang tegas, berkelanjutan dan tanpa kompromi dari dunia internasional kepada pejabat Moskow, khususnya negara-negara Eropa dan Euro-Atlantik mendukung Ukraina," ucap Taran.
Menteri Pertahanan Ukraina Andrii Taran mengatakan Rusia berusaha memaksa Kiev untuk menyerah dalam negosiasi dengan meningkatkan kehadiran militernya di perbatasan. Meski begitu ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan berhenti berperang.
"Tujuan sebenarnya Rusia membangun militer di sepanjang perbatasan Ukraina dan di wilayah pendudukan sementara Republik Otonomi Crimea, mungkin meningkatkan tekanan pada Ukraina untuk tujuan memaksanya menyerah dalam proses negosiasi," kata Taran dalam sebuah pernyataan.
"Api permusuhan yang dibakar oleh Rusia hanya untuk dijinakkan dengan cara politik dan diplomatik. Ukraina awalnya bertujuan untuk cara beradab mengembalikan wilayah yang diduduki sementara. Namun, tidak boleh ada kompromi dalam hal membela kepentingan Ukraina," tambahnya seperti dikutip dari The Hill, Minggu (11/4/2021).
Pernyataan itu menandai lonjakan terbaru dalam meningkatnya ketegangan antara Kiev dan Moskow.
Kemudian dalam pernyataannya, Taran meminta negara-negara Barat untuk menolak ancaman terbaru Rusia, mengakui bahwa Ukraina sendiri akan terlalu lemah untuk memerangi agresi negara itu.
"Federasi Rusia harus memahami bahwa setiap agresi dan eskalasi aktif dalam hal lingkungan keamanan akan mengarah pada tanggapan yang jelas dan kuat dari komunitas internasional. Mekanisme paling meyakinkan dan efektif untuk menyajikan posisi yang tegas, berkelanjutan dan tanpa kompromi dari dunia internasional kepada pejabat Moskow, khususnya negara-negara Eropa dan Euro-Atlantik mendukung Ukraina," ucap Taran.
tulis komentar anda