Brasil Berduka, 4.000 Nyawa Melayang Akibat COVID-19 dalam 24 Jam
Rabu, 07 April 2021 - 10:42 WIB
BRASILIA - Brasil untuk pertama kalinya mencatat lebih dari 4.000 kematian akibat COVID-19 dalam waktu 24 jam, karena varian baru virusCorona yang lebih menular memicu lonjakan besar kasus.
Pemandangan mengerikan terjadi di rumah sakit yang penuh sesak dengan orang-orang yang sekarat saat mereka menunggu perawatan di beberapa kota, dan sistem kesehatan di ambang kehancuran di banyak daerah. Jumlah korban tewas negara itu sekarang hampir 337.000, nomor dua setelah Amerika Serikat (AS).
Meski begitu, Presiden Jair Bolsonaro terus menentang tindakan penguncian apa pun untuk mengekang penyebaran wabah di negara itu.
Ia berpendapat bahwa kerusakan ekonomi akan lebih buruk daripada efek virus itu sendiri, dan telah mencoba mencabut beberapa pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas lokal di pengadilan.
Berbicara kepada pendukungnya di luar kediaman presiden pada hari Selasa, dia mengkritik tindakan karantina yang dituduhnya menyebabkan obesitas dan depresi serta menyebabkan pengangguran. Dia tidak mengomentari 4.195 kematian yang tercatat dalam 24 jam terakhir.
DataKementerian Kesehatan Brasil, tercatat lebih dari 13 juta kasus virus Corona baru . Sekitar 66.570 orang meninggal karena COVID-19 pada bulan Maret, lebih dari dua kali lipat rekor bulanan sebelumnya.
Menurut lembaga kesehatan Fiocruz di sebagian besar negara bagian, pasien dengan COVID-19 menggunakan lebih dari 90% tempat tidur unit perawatan intensif meskipun jumlahnya telah stabil sejak seminggu terakhir.
Fiocruz mengatakan telah mendeteksi 92 varian virus Corona baru di negara itu, termasuk varian P.1, atau Brasil, yang menjadi perhatian karena dianggap jauh lebih menular daripada strain aslinya.
Varian tersebut diperkirakan telah muncul di negara bagian Amazonas pada November 2020, menyebar dengan cepat di ibu kota negara bagian Manaus, di mana ia menyumbang 73% kasus pada Januari 2021, menurut angka yang dianalisis oleh para peneliti di Brasil.
Varian ini telah dikaitkan dengan lonjakan infeksi dan kematian di sejumlah negara Amerika Selatan.
Beberapa negara bagian telah melaporkan kekurangan oksigen dan obat penenang. Namun terlepas dari situasi kritis, beberapa kota dan negara bagian telah melonggarkan langkah-langkah yang membatasi pergerakan orang.
"Faktanya adalah narasi anti-penguncian Presiden Jair Bolsonaro telah menang," ujar Miguel Lago, direktur eksekutif Institut Studi Kebijakan Kesehatan Brasil, yang menasihati pejabat kesehatan masyarakat, kepada Associated Press yang dinukil BBC, Rabu (7/4/2021).
"Walikota dan gubernur secara politik dilarang meningkatkan kebijakan jarak sosial karena mereka tahu pendukung presiden, termasuk para pemimpin bisnis, akan menyabotase itu," katanya.
Presiden sayap kanan Brasil itu, yang berulang kali meremehkan virus Corona baru, mempertanyakan tentang vaksin dan membela obat yang tidak terbukti sebagai pengobatan. Ia membuat popularitasnya merosot di tengah kritik atas penanganannya terhadap krisis.
Dia telah mengubah nadanya tentang imunisasi baru-baru ini, berjanji untuk menjadikan tahun 2021 sebagai tahun vaksinasi. Tetapi pemerintah telah berjuang untuk meluncurkan program vaksinasi.
Para kritikus mengatakan pemerintah Bolsonaro lamban dalam merundingkan pasokan di tengah-tengah produksi global, membuat Brasil menghadapi penundaan pengiriman vaksin dalam menerima pukulan pandemi. Menurut pelacak the Our World in Data hanya sekitar 8% dari populasi yang telah menerima setidaknya satu dosis.
Epidemiolog Ethel Maciel mengatakan negara itu berada dalam situasi yang mengerikan.
"Pada tingkat yang kami vaksinasi...satu-satunya cara untuk memperlambat penyebaran virus yang sangat cepat adalah penguncian yang efektif untuk setidaknya 20 hari," katanya kepada AFP.
Pemandangan mengerikan terjadi di rumah sakit yang penuh sesak dengan orang-orang yang sekarat saat mereka menunggu perawatan di beberapa kota, dan sistem kesehatan di ambang kehancuran di banyak daerah. Jumlah korban tewas negara itu sekarang hampir 337.000, nomor dua setelah Amerika Serikat (AS).
Meski begitu, Presiden Jair Bolsonaro terus menentang tindakan penguncian apa pun untuk mengekang penyebaran wabah di negara itu.
Ia berpendapat bahwa kerusakan ekonomi akan lebih buruk daripada efek virus itu sendiri, dan telah mencoba mencabut beberapa pembatasan yang diberlakukan oleh otoritas lokal di pengadilan.
Berbicara kepada pendukungnya di luar kediaman presiden pada hari Selasa, dia mengkritik tindakan karantina yang dituduhnya menyebabkan obesitas dan depresi serta menyebabkan pengangguran. Dia tidak mengomentari 4.195 kematian yang tercatat dalam 24 jam terakhir.
DataKementerian Kesehatan Brasil, tercatat lebih dari 13 juta kasus virus Corona baru . Sekitar 66.570 orang meninggal karena COVID-19 pada bulan Maret, lebih dari dua kali lipat rekor bulanan sebelumnya.
Menurut lembaga kesehatan Fiocruz di sebagian besar negara bagian, pasien dengan COVID-19 menggunakan lebih dari 90% tempat tidur unit perawatan intensif meskipun jumlahnya telah stabil sejak seminggu terakhir.
Fiocruz mengatakan telah mendeteksi 92 varian virus Corona baru di negara itu, termasuk varian P.1, atau Brasil, yang menjadi perhatian karena dianggap jauh lebih menular daripada strain aslinya.
Varian tersebut diperkirakan telah muncul di negara bagian Amazonas pada November 2020, menyebar dengan cepat di ibu kota negara bagian Manaus, di mana ia menyumbang 73% kasus pada Januari 2021, menurut angka yang dianalisis oleh para peneliti di Brasil.
Varian ini telah dikaitkan dengan lonjakan infeksi dan kematian di sejumlah negara Amerika Selatan.
Beberapa negara bagian telah melaporkan kekurangan oksigen dan obat penenang. Namun terlepas dari situasi kritis, beberapa kota dan negara bagian telah melonggarkan langkah-langkah yang membatasi pergerakan orang.
"Faktanya adalah narasi anti-penguncian Presiden Jair Bolsonaro telah menang," ujar Miguel Lago, direktur eksekutif Institut Studi Kebijakan Kesehatan Brasil, yang menasihati pejabat kesehatan masyarakat, kepada Associated Press yang dinukil BBC, Rabu (7/4/2021).
"Walikota dan gubernur secara politik dilarang meningkatkan kebijakan jarak sosial karena mereka tahu pendukung presiden, termasuk para pemimpin bisnis, akan menyabotase itu," katanya.
Presiden sayap kanan Brasil itu, yang berulang kali meremehkan virus Corona baru, mempertanyakan tentang vaksin dan membela obat yang tidak terbukti sebagai pengobatan. Ia membuat popularitasnya merosot di tengah kritik atas penanganannya terhadap krisis.
Dia telah mengubah nadanya tentang imunisasi baru-baru ini, berjanji untuk menjadikan tahun 2021 sebagai tahun vaksinasi. Tetapi pemerintah telah berjuang untuk meluncurkan program vaksinasi.
Para kritikus mengatakan pemerintah Bolsonaro lamban dalam merundingkan pasokan di tengah-tengah produksi global, membuat Brasil menghadapi penundaan pengiriman vaksin dalam menerima pukulan pandemi. Menurut pelacak the Our World in Data hanya sekitar 8% dari populasi yang telah menerima setidaknya satu dosis.
Epidemiolog Ethel Maciel mengatakan negara itu berada dalam situasi yang mengerikan.
"Pada tingkat yang kami vaksinasi...satu-satunya cara untuk memperlambat penyebaran virus yang sangat cepat adalah penguncian yang efektif untuk setidaknya 20 hari," katanya kepada AFP.
(ian)
tulis komentar anda