Blak-blakan, Lavrov Ungkap Alasan Rusia Tolak Pertemuan dengan NATO
Jum'at, 02 April 2021 - 04:36 WIB
MOSKOW - Rusia menolak tudingan bahwa mereka tidak mau berpartisipasi dalam pembicaraan dengan NATO . Rusia menyatakan bahwa mereka akan sangat ingin mengadakan pertemuan puncak, tetapi hanya jika pertemuan itu tetap pada topik yang sebenarnya berada dalam kewenangan blok militer pimpinan Amerika Serikat (AS) itu.
Pekan lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengklaim bahwa gangguan komunikasi adalah kesalahan satu pihak saja.
“Sejak musim panas 2019, belum ada pertemuan Dewan NATO-Rusia,” ujarnya. "Dan itu karena Rusia belum menanggapi secara positif undangan kami untuk mengadakan Dewan," imbuhnya.
“Saya menyesal, karena menurut saya dialog itu penting, apalagi di saat-saat sulit seperti sekarang, maka penting bagi kita untuk duduk, membahas juga masalah-masalah yang sulit,” tambah Stoltenberg.
“Saya percaya dalam dialog dengan Rusia sebagian untuk memperjuangkan hubungan yang lebih baik dengan (negara itu),” tukasnya.
Moskow kemudian membalas pernyataan tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berargumen bahwa negaranya tidak menentang pembicaraan dengan blok tersebut.
"Rekan kami Mr Stoltenberg menyatakan bahwa Rusia menolak untuk bekerja di Dewan Rusia-NATO," kata Lavrov.
"Kami tidak menolak untuk bekerja, kami hanya tidak ingin duduk di sana dan mendengar tentang Ukraina ," tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (2/4/2021).
Lavrov menyatakan bahwa NATO tidak ada hubungannya dengan Ukraina.
"Namun ketika mereka menawarkan untuk mengadakan Dewan Rusia-NATO, mereka selalu bersikeras bahwa pertanyaan pertama harus tentang Ukraina. Kami duduk beberapa kali, mendengarkan, kami semua tahu ini. Oleh karena itu, kami telah mengusulkan untuk memulihkan kontak antara militer kami untuk menyelamatkan perjanjian kompleks yang telah kami tandatangani sebelumnya,” tuturnya.
Pada bulan Februari, Stoltenberg mengatakan bahwa bola berada di pengadilan Moskow terkait hubungannya dengan blok tersebut.
"Kami perlu mengirimkan sinyal yang jelas ke Rusia," katanya. "Kalau mau bentrok, kami siap. Jika mereka ingin bekerja sama, kami akan senang," ujarnya.
Namun, akhir bulan itu, kepala Komando Eropa AS, Jenderal Angkatan Udara Tod D. Wolters, mengambil keputusan yang lebih keras, dengan menyatakan bahwa dalam hal memproyeksikan kekuatan Amerika di luar negeri, semua yang dilakukan AS adalah menghasilkan perdamaian.
"Kami bersaing untuk menang dan jika pencegahan gagal, kami siap untuk menanggapi agresi, terutama melalui NATO," ucapnya.
"Rusia tetap menjadi ancaman eksistensial yang bertahan lama bagi Amerika Serikat dan sekutu Eropa kami," menurut panglima militer AS itu.
Pekan lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengklaim bahwa gangguan komunikasi adalah kesalahan satu pihak saja.
“Sejak musim panas 2019, belum ada pertemuan Dewan NATO-Rusia,” ujarnya. "Dan itu karena Rusia belum menanggapi secara positif undangan kami untuk mengadakan Dewan," imbuhnya.
“Saya menyesal, karena menurut saya dialog itu penting, apalagi di saat-saat sulit seperti sekarang, maka penting bagi kita untuk duduk, membahas juga masalah-masalah yang sulit,” tambah Stoltenberg.
“Saya percaya dalam dialog dengan Rusia sebagian untuk memperjuangkan hubungan yang lebih baik dengan (negara itu),” tukasnya.
Moskow kemudian membalas pernyataan tersebut, dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berargumen bahwa negaranya tidak menentang pembicaraan dengan blok tersebut.
"Rekan kami Mr Stoltenberg menyatakan bahwa Rusia menolak untuk bekerja di Dewan Rusia-NATO," kata Lavrov.
"Kami tidak menolak untuk bekerja, kami hanya tidak ingin duduk di sana dan mendengar tentang Ukraina ," tegasnya seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (2/4/2021).
Lavrov menyatakan bahwa NATO tidak ada hubungannya dengan Ukraina.
"Namun ketika mereka menawarkan untuk mengadakan Dewan Rusia-NATO, mereka selalu bersikeras bahwa pertanyaan pertama harus tentang Ukraina. Kami duduk beberapa kali, mendengarkan, kami semua tahu ini. Oleh karena itu, kami telah mengusulkan untuk memulihkan kontak antara militer kami untuk menyelamatkan perjanjian kompleks yang telah kami tandatangani sebelumnya,” tuturnya.
Pada bulan Februari, Stoltenberg mengatakan bahwa bola berada di pengadilan Moskow terkait hubungannya dengan blok tersebut.
"Kami perlu mengirimkan sinyal yang jelas ke Rusia," katanya. "Kalau mau bentrok, kami siap. Jika mereka ingin bekerja sama, kami akan senang," ujarnya.
Namun, akhir bulan itu, kepala Komando Eropa AS, Jenderal Angkatan Udara Tod D. Wolters, mengambil keputusan yang lebih keras, dengan menyatakan bahwa dalam hal memproyeksikan kekuatan Amerika di luar negeri, semua yang dilakukan AS adalah menghasilkan perdamaian.
"Kami bersaing untuk menang dan jika pencegahan gagal, kami siap untuk menanggapi agresi, terutama melalui NATO," ucapnya.
"Rusia tetap menjadi ancaman eksistensial yang bertahan lama bagi Amerika Serikat dan sekutu Eropa kami," menurut panglima militer AS itu.
(ian)
tulis komentar anda