AS Waswas China Siap Ambil Banyak Risiko untuk Taklukkan Taiwan
Senin, 29 Maret 2021 - 07:30 WIB
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menjadi semakin waswas bahwa Beijing kemungkinan siap untuk mengambil lebih banyak risiko untuk menaklukkan Taiwan . Kekhawatiran Washington muncul ketika Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan memulai masa jabatan periode ketiga.
"China tampaknya bergerak dari periode puas dengan status quo atas Taiwan ke periode di mana mereka lebih tidak sabar dan lebih siap untuk menguji batas dan menggoda gagasan penyatuan," kata seorang pejabat senior pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya kepada Financial Times, yang dikutip Sputniknews, Senin (29/3/2021).
Menurut pejabat itu, pemerintah AS yang baru memantau perilaku Beijing selama dua bulan terakhir sebelum membuat kesimpulan seperti itu.
Pejabat itu mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden prihatin bahwa presiden China melihat kemajuan capstone di Taiwan sebagai hal yang penting untuk legitimasi dan legacy.
"Tampaknya dia siap mengambil lebih banyak risiko," kata pejabat itu.
Pejabat tinggi Gedung Putih untuk Asia, Kurt Campbell, juga mengatakan kepada Financial Times bahwa dibandingkan dengan area kebijakan lainnya, China adalah yang paling tegas dalam pendekatannya ke Taiwan.
“Kami tidak pernah melihat aktivitas yang lebih gigih dan pasti selain aktivitas militer, diplomatik, dan aktivitas lainnya yang diarahkan ke Taiwan,” katanya.
Taiwan, di sisi lain, tampaknya tidak berbagi kekhawatiran, karena seorang pejabat senior Taiwan mengatakan tidak ada tanda-tanda serangan dalam waktu dekat.
Laporan kekhawatiran Amerika itu muncul di tengah hubungan yang terus tegang antara Washington dan Beijing setelah pembicaraan langsung tingkat tinggi pertama antara AS di bawah pemerintahan Biden dengan pejabat China di Alaska.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan sebelum pertemuan di Alaska; "AS akan membahas keprihatinan mendalam kami dengan tindakan China, termasuk di Xinjiang, Hong Kong, Taiwan, serangan dunia maya di Amerika Serikat, dan pemaksaan ekonomi kepada sekutu kami."
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa pemerintahan Biden akan berdiplomasi dengan China sejalan dengan mitra-mitranya.
Setelah pertemuan itu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa para pihak melakukan diskusi serius, sementara diplomat top China mengatakan bahwa banyak perbedaan besar tetap ada.
Sebelumnya, Blinken menggunakan kata "negara" ketika dia menyebut Taiwan dalam sidang Kongres, melanggar tabu sebelumnya di antara pejabat AS tentang penggunaan bahasa seperti itu untuk merujuk pada pulau di mana pemerintah Amerika sendiri ingin menghindari gangguan terhadap China.
Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri yang harus dipersatukan kembali dengan daratan China, dan otoritas China sering melakukan protes keras jika pejabat pemerintah atau perusahaan di seluruh dunia menyebut Taiwan sebagai negara.
"China tampaknya bergerak dari periode puas dengan status quo atas Taiwan ke periode di mana mereka lebih tidak sabar dan lebih siap untuk menguji batas dan menggoda gagasan penyatuan," kata seorang pejabat senior pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya kepada Financial Times, yang dikutip Sputniknews, Senin (29/3/2021).
Menurut pejabat itu, pemerintah AS yang baru memantau perilaku Beijing selama dua bulan terakhir sebelum membuat kesimpulan seperti itu.
Pejabat itu mengatakan bahwa pemerintahan Joe Biden prihatin bahwa presiden China melihat kemajuan capstone di Taiwan sebagai hal yang penting untuk legitimasi dan legacy.
"Tampaknya dia siap mengambil lebih banyak risiko," kata pejabat itu.
Pejabat tinggi Gedung Putih untuk Asia, Kurt Campbell, juga mengatakan kepada Financial Times bahwa dibandingkan dengan area kebijakan lainnya, China adalah yang paling tegas dalam pendekatannya ke Taiwan.
“Kami tidak pernah melihat aktivitas yang lebih gigih dan pasti selain aktivitas militer, diplomatik, dan aktivitas lainnya yang diarahkan ke Taiwan,” katanya.
Taiwan, di sisi lain, tampaknya tidak berbagi kekhawatiran, karena seorang pejabat senior Taiwan mengatakan tidak ada tanda-tanda serangan dalam waktu dekat.
Laporan kekhawatiran Amerika itu muncul di tengah hubungan yang terus tegang antara Washington dan Beijing setelah pembicaraan langsung tingkat tinggi pertama antara AS di bawah pemerintahan Biden dengan pejabat China di Alaska.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan sebelum pertemuan di Alaska; "AS akan membahas keprihatinan mendalam kami dengan tindakan China, termasuk di Xinjiang, Hong Kong, Taiwan, serangan dunia maya di Amerika Serikat, dan pemaksaan ekonomi kepada sekutu kami."
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa pemerintahan Biden akan berdiplomasi dengan China sejalan dengan mitra-mitranya.
Setelah pertemuan itu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa para pihak melakukan diskusi serius, sementara diplomat top China mengatakan bahwa banyak perbedaan besar tetap ada.
Sebelumnya, Blinken menggunakan kata "negara" ketika dia menyebut Taiwan dalam sidang Kongres, melanggar tabu sebelumnya di antara pejabat AS tentang penggunaan bahasa seperti itu untuk merujuk pada pulau di mana pemerintah Amerika sendiri ingin menghindari gangguan terhadap China.
Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri yang harus dipersatukan kembali dengan daratan China, dan otoritas China sering melakukan protes keras jika pejabat pemerintah atau perusahaan di seluruh dunia menyebut Taiwan sebagai negara.
(min)
tulis komentar anda