Artileri Rezim Assad Gempur RS Suriah, 6 Tewas Termasuk Anak Kecil
Senin, 22 Maret 2021 - 14:44 WIB
ATAREB - Tembakan artileri pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad menghantam sebuah rumah sakit (RS) Suriah di Atareb, wilayah yang jadi benteng terakhir pemberontak di Idlib. Enam warga sipil, termasuk seorang anak kecil, tewas.
Serangan di kota Atareb terjadi hari Minggu meskipun gencatan senjata Rusia-Turki sejak Maret 2020 dimaksudkan untuk melindungi benteng pemberontak yang dikuasai kelompok "jihadis".
"Itu menghantam halaman dan pintu masuk utama rumah sakit, menewaskan enam warga sipil termasuk seorang anak dan seorang karyawan rumah sakit," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia seperti dilansir AFP, Senin (22/3/2021).
Selain menewaskan enam warga sipil, gempuran artileri rezim Suriah itu juga menyebabkan 11 orang lainnya terluka, termasuk staf medis.
Kantor berita negara setempat, SANA, melaporkan pada hari Minggu pasukan pemerntah melancarkan tembakan artileri yang menewaskan dua orang di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah. Serangan terjadi di luar benteng pemberontak.
Menurut PBB, wilayah Idlib adalah rumah bagi 2,9 juta orang, dua pertiganya mengungsi dari rumah mereka karena konflik.
Wilayah di perbatasan dengan Turki dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh anggota bekas afiliasi al-Qaeda Suriah, tetapi beberapa kelompok pemberontak juga hadir di sana.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh pendukung pemberontak Suriah; Turki, dan sekutu rezim Suriah; Rusia, pada Maret lalu membendung serangan militer rezim Assad selama berbulan-bulan di benteng pemberontak yang menewaskan ratusan warga sipil dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, masih banyak orang yang bertahan di Idlib meskipun terjadi pelanggaran gencatan senjata yang berulang kali, termasuk serangan udara Rusia.
Pemantau krisis Suriah itu menambahkan, pada kemarin sore, serangan udara Rusia menghantam pabrik gas dekat kota Sarmada tak jauh dari perbatasan Turki.
Pejabat senior kemanusiaan PBB Mark Cutts menggambarkan serangan kemarin di rumah sakit sebagai hal yang mengkhawatirkan, sementara Komite Penyelamatan Internasional (IRC) juga mengutuknya.
“Fasilitas kesehatan dilindungi oleh hukum internasional dan harus menjadi tempat berlindung yang aman di saat krisis,” kata Rehana Zawar, direktur IRC untuk Suriah barat laut.
Fasilitas medis telah dilanda beberapa kali di wilayah Idlib selama perang.
Antara 2016 dan 2019, Organisasi Kesehatan Dunia mendokumentasikan hingga 337 serangan terhadap situs perawatan kesehatan di barat laut Suriah.
Perang saudara di negara itu, yang dimulai tahun 2011, telah menewaskan lebih dari 388.000 orang dan membuat jutaan orang telantar di dalam dan luar negeri. Perang itu pada mulanya adalah protes anti-pemerintah yang direspons keras oleh pasukan rezim Assad.
Menurut PBB, 73 persen petugas kesehatan telah meninggalkan Suriah sejak awal konflik. Sedangkan rumah sakit yang masih berfungsi penuh hanya 58 persen.
Serangan di kota Atareb terjadi hari Minggu meskipun gencatan senjata Rusia-Turki sejak Maret 2020 dimaksudkan untuk melindungi benteng pemberontak yang dikuasai kelompok "jihadis".
"Itu menghantam halaman dan pintu masuk utama rumah sakit, menewaskan enam warga sipil termasuk seorang anak dan seorang karyawan rumah sakit," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia seperti dilansir AFP, Senin (22/3/2021).
Selain menewaskan enam warga sipil, gempuran artileri rezim Suriah itu juga menyebabkan 11 orang lainnya terluka, termasuk staf medis.
Kantor berita negara setempat, SANA, melaporkan pada hari Minggu pasukan pemerntah melancarkan tembakan artileri yang menewaskan dua orang di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah. Serangan terjadi di luar benteng pemberontak.
Menurut PBB, wilayah Idlib adalah rumah bagi 2,9 juta orang, dua pertiganya mengungsi dari rumah mereka karena konflik.
Wilayah di perbatasan dengan Turki dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh anggota bekas afiliasi al-Qaeda Suriah, tetapi beberapa kelompok pemberontak juga hadir di sana.
Gencatan senjata yang ditengahi oleh pendukung pemberontak Suriah; Turki, dan sekutu rezim Suriah; Rusia, pada Maret lalu membendung serangan militer rezim Assad selama berbulan-bulan di benteng pemberontak yang menewaskan ratusan warga sipil dan membuat lebih dari 1 juta orang mengungsi.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, masih banyak orang yang bertahan di Idlib meskipun terjadi pelanggaran gencatan senjata yang berulang kali, termasuk serangan udara Rusia.
Pemantau krisis Suriah itu menambahkan, pada kemarin sore, serangan udara Rusia menghantam pabrik gas dekat kota Sarmada tak jauh dari perbatasan Turki.
Baca Juga
Pejabat senior kemanusiaan PBB Mark Cutts menggambarkan serangan kemarin di rumah sakit sebagai hal yang mengkhawatirkan, sementara Komite Penyelamatan Internasional (IRC) juga mengutuknya.
“Fasilitas kesehatan dilindungi oleh hukum internasional dan harus menjadi tempat berlindung yang aman di saat krisis,” kata Rehana Zawar, direktur IRC untuk Suriah barat laut.
Fasilitas medis telah dilanda beberapa kali di wilayah Idlib selama perang.
Antara 2016 dan 2019, Organisasi Kesehatan Dunia mendokumentasikan hingga 337 serangan terhadap situs perawatan kesehatan di barat laut Suriah.
Perang saudara di negara itu, yang dimulai tahun 2011, telah menewaskan lebih dari 388.000 orang dan membuat jutaan orang telantar di dalam dan luar negeri. Perang itu pada mulanya adalah protes anti-pemerintah yang direspons keras oleh pasukan rezim Assad.
Menurut PBB, 73 persen petugas kesehatan telah meninggalkan Suriah sejak awal konflik. Sedangkan rumah sakit yang masih berfungsi penuh hanya 58 persen.
(min)
tulis komentar anda