Maroko Diam-diam Terima Senjata dari Israel sebelum Normalisasi
Minggu, 21 Maret 2021 - 06:06 WIB
TEL AVIV - Surat kabar Haaretz mengungkap "hubungan militer rahasia" antara Maroko dan Israel yang dimulai bertahun-tahun sebelum menandatangani perjanjian normalisasi pada Desember 2020.
Pakar militer dan ekspor keamanan Israel Jonathan Hempel mengungkapkan dalam artikel yang diterbitkan Haaretz bahwa ekspor militer Israel secara diam-diam dikirim ke Maroko.
Hempel menambahkan, “Pada 1970-an, Israel mengirim tank ke Maroko, dan dari 2000 hingga 2020, pejabat dari kedua negara melakukan sejumlah kunjungan rahasia dan tidak rahasia.”
Menurut dia, hubungan antara kedua negara difokuskan pada kerja sama intelijen dan penjualan senjata.
Israel telah menjual sistem militer, sistem komunikasi militer, dan sistem pengawasan seperti sistem radar untuk pesawat tempur, melalui pihak ketiga pada Maroko.
Lihat infografis: Pertemuan Amerika Serikat-China di Alaska Berlangsung Panas
Dia menambahkan Royal Moroccan Air Force membeli tiga drone Heron yang diproduksi Israel Aerospace Industries pada 2013 dengan harga USD50 juta.
Peneliti itu mengungkap Israel telah memberikan bantuan militer ke Maroko untuk memerangi "pemberontak dari Great Sahara ".
Menurut dia, pesawat baru yang diperoleh Maroko itu bagian dari sejarah panjang penjualan senjata dari Israel.
Hempel mengindikasikan Maroko juga menerima bantuan Israel di bidang pengawasan digital.
Dia mencatat bahwa Amnesty International melaporkan pada 2017, Maroko mulai menggunakan spyware dari perusahaan Israel NSO Group untuk melacak dan mengumpulkan informasi tentang jurnalis dan aktivis hak asasi manusia.
Dia juga mengungkapkan Maroko juga telah memperoleh drone yang digunakan Israel untuk menyerang Jalur Gaza.
Pakar tersebut menjelaskan Israel sering tidak mempublikasikan informasi resmi tentang kesepakatan senjata yang dilakukan dengan negara-negara lain.
Perlu dicatat bahwa Maroko adalah negara Arab keempat yang baru-baru ini menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel di bawah naungan Amerika Serikat (AS), setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan.
Desember lalu, kedua negara menandatangani empat perjanjian bilateral fokus pada penerbangan langsung, pengelolaan air, pembebasan visa bagi warga kedua negara dan mendorong investasi serta perdagangan antara kedua negara.
Maroko memiliki komunitas Yahudi terbesar di Afrika Utara sekitar 3.000 orang, sementara sekitar 700.000 orang Yahudi asal Maroko tinggal di Israel.
Pakar militer dan ekspor keamanan Israel Jonathan Hempel mengungkapkan dalam artikel yang diterbitkan Haaretz bahwa ekspor militer Israel secara diam-diam dikirim ke Maroko.
Hempel menambahkan, “Pada 1970-an, Israel mengirim tank ke Maroko, dan dari 2000 hingga 2020, pejabat dari kedua negara melakukan sejumlah kunjungan rahasia dan tidak rahasia.”
Menurut dia, hubungan antara kedua negara difokuskan pada kerja sama intelijen dan penjualan senjata.
Israel telah menjual sistem militer, sistem komunikasi militer, dan sistem pengawasan seperti sistem radar untuk pesawat tempur, melalui pihak ketiga pada Maroko.
Lihat infografis: Pertemuan Amerika Serikat-China di Alaska Berlangsung Panas
Dia menambahkan Royal Moroccan Air Force membeli tiga drone Heron yang diproduksi Israel Aerospace Industries pada 2013 dengan harga USD50 juta.
Peneliti itu mengungkap Israel telah memberikan bantuan militer ke Maroko untuk memerangi "pemberontak dari Great Sahara ".
Menurut dia, pesawat baru yang diperoleh Maroko itu bagian dari sejarah panjang penjualan senjata dari Israel.
Hempel mengindikasikan Maroko juga menerima bantuan Israel di bidang pengawasan digital.
Dia mencatat bahwa Amnesty International melaporkan pada 2017, Maroko mulai menggunakan spyware dari perusahaan Israel NSO Group untuk melacak dan mengumpulkan informasi tentang jurnalis dan aktivis hak asasi manusia.
Dia juga mengungkapkan Maroko juga telah memperoleh drone yang digunakan Israel untuk menyerang Jalur Gaza.
Pakar tersebut menjelaskan Israel sering tidak mempublikasikan informasi resmi tentang kesepakatan senjata yang dilakukan dengan negara-negara lain.
Perlu dicatat bahwa Maroko adalah negara Arab keempat yang baru-baru ini menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel di bawah naungan Amerika Serikat (AS), setelah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan.
Desember lalu, kedua negara menandatangani empat perjanjian bilateral fokus pada penerbangan langsung, pengelolaan air, pembebasan visa bagi warga kedua negara dan mendorong investasi serta perdagangan antara kedua negara.
Maroko memiliki komunitas Yahudi terbesar di Afrika Utara sekitar 3.000 orang, sementara sekitar 700.000 orang Yahudi asal Maroko tinggal di Israel.
(sya)
tulis komentar anda