Tak Aktif 900 Tahun, Gunung Berapi Islandia Meletus Terangi Ibu Kota
Sabtu, 20 Maret 2021 - 11:58 WIB
REYKJAVIK - Gunung Fagradalsfjall, gununung berapi di Islandia , meletus pada Jumat malam. Letusan gunung yang memuntahkan lahar merah menerangi langit malamm Ibu Kota Islandia, Reykjavik, yang berjarak hanya 40 km (25 mil) dari gunung tersebut.
Rekaman video yang diambil dari helikopter pasukan coast guard, aliran lahar merah terlihat mengalir keluar dari celah di tanah di Geldingadalur, dekat Gunung Fagradalsfjall di Semenanjung Reykjanes di barat daya Islandia.
Meskipun Bandara Internasional Keflavik Islandia dan pelabuhan nelayan kecil Grindavik hanya berjarak beberapa kilometer, daerah tersebut tidak berpenghuni dan letusan gunung diperkirakan tidak menimbulkan bahaya apa pun.
“Letusan dimulai di Fagradalsfjall di Geldingadalur sekitar pukul 20.45 GMT malam ini (Jumat malam). Letusannya tergolong kecil dan celah letusannya berukuran sekitar 500-700 meter (1.640-2.300 kaki). Ukuran lahar kurang dari 1 kilometer persegi (0,4 mil persegi)," kata Kantor Meteorologi Islandia (IMO), yang memantau aktivitas seismik, dalam sebuah pernyataan.
“Ada sedikit aktivitas letusan di daerah itu," lanjut IMO, seperti dikutip AFP, Sabtu (20/3/2021).
Lokasi letusan berada di lembah, sekitar 4,7 km ke pedalaman dari pantai selatan semenanjung.
Polisi dan petugas coast guard bergegas ke tempat kejadian, tetapi masyarakat disarankan untuk menjauh dan jalan utama dari wilayah ibu kota ke bandara Keflavik ditutup sementara pada hari Jumat.
Tidak Aktif selama 900 Tahun
Tidak ada laporan tentang abu yang jatuh, meskipun tephra—fragmen batuan magma yang mengeras—dan emisi gas diperkirakan terjadi.
Polisi memerintahkan penduduk yang tinggal di sebelah timur gunung berapi untuk menutup jendela mereka dan tinggal di dalam rumah karena risiko kemungkinan polusi gas yang terbawa angin.
Emisi gas—terutama sulfur dioksida—dapat meningkat di sekitar letusan gunung berapi, dan dapat membahayakan kesehatan dan bahkan berakibat fatal.
Polusi bisa melebihi batas yang dapat diterima, bahkan jauh sekali, tergantung angin.
Letusan hari Jumat terjadi di sistem vulkanik Krysuvik, yang tidak memiliki pusat gunung berapi.
Letusan di wilayah tersebut dikenal sebagai letusan efusif, di mana lava mengalir dengan mantap dari tanah, berlawanan dengan letusan eksplosif yang memuntahkan awan abu tinggi ke langit.
Menurut IMO, sistem Krysuvik tidak aktif selama 900 tahun terakhir. Letusan terakhir di Semenanjung Reykjanes terjadi hampir 800 tahun hingga 1240.
Tetapi wilayah itu telah di bawah pengawasan yang meningkat selama beberapa minggu setelah gempa magnitudo 5,7 dicatat pada 24 Februari di dekat Gunung Keilir di pinggiran Reykjavik.
Gempa tersebut diikuti oleh sejumlah kecil getaran yang tidak biasa—lebih dari 50.000, jumlah tertinggi sejak perekaman digital dimulai pada tahun 1991.
Aktivitas seismik telah berpindah beberapa kilometer ke barat daya sejak gempa, terkonsentrasi di sekitar Gunung Fagradalsfjall, tempat magma terdeteksi hanya satu kilometer di bawah permukaan bumi dalam beberapa hari terakhir.
Namun aktivitas seismik telah melambat dalam beberapa hari terakhir.
Rekaman video yang diambil dari helikopter pasukan coast guard, aliran lahar merah terlihat mengalir keluar dari celah di tanah di Geldingadalur, dekat Gunung Fagradalsfjall di Semenanjung Reykjanes di barat daya Islandia.
Baca Juga
Meskipun Bandara Internasional Keflavik Islandia dan pelabuhan nelayan kecil Grindavik hanya berjarak beberapa kilometer, daerah tersebut tidak berpenghuni dan letusan gunung diperkirakan tidak menimbulkan bahaya apa pun.
“Letusan dimulai di Fagradalsfjall di Geldingadalur sekitar pukul 20.45 GMT malam ini (Jumat malam). Letusannya tergolong kecil dan celah letusannya berukuran sekitar 500-700 meter (1.640-2.300 kaki). Ukuran lahar kurang dari 1 kilometer persegi (0,4 mil persegi)," kata Kantor Meteorologi Islandia (IMO), yang memantau aktivitas seismik, dalam sebuah pernyataan.
“Ada sedikit aktivitas letusan di daerah itu," lanjut IMO, seperti dikutip AFP, Sabtu (20/3/2021).
Lokasi letusan berada di lembah, sekitar 4,7 km ke pedalaman dari pantai selatan semenanjung.
Polisi dan petugas coast guard bergegas ke tempat kejadian, tetapi masyarakat disarankan untuk menjauh dan jalan utama dari wilayah ibu kota ke bandara Keflavik ditutup sementara pada hari Jumat.
Tidak Aktif selama 900 Tahun
Tidak ada laporan tentang abu yang jatuh, meskipun tephra—fragmen batuan magma yang mengeras—dan emisi gas diperkirakan terjadi.
Polisi memerintahkan penduduk yang tinggal di sebelah timur gunung berapi untuk menutup jendela mereka dan tinggal di dalam rumah karena risiko kemungkinan polusi gas yang terbawa angin.
Emisi gas—terutama sulfur dioksida—dapat meningkat di sekitar letusan gunung berapi, dan dapat membahayakan kesehatan dan bahkan berakibat fatal.
Polusi bisa melebihi batas yang dapat diterima, bahkan jauh sekali, tergantung angin.
Letusan hari Jumat terjadi di sistem vulkanik Krysuvik, yang tidak memiliki pusat gunung berapi.
Letusan di wilayah tersebut dikenal sebagai letusan efusif, di mana lava mengalir dengan mantap dari tanah, berlawanan dengan letusan eksplosif yang memuntahkan awan abu tinggi ke langit.
Menurut IMO, sistem Krysuvik tidak aktif selama 900 tahun terakhir. Letusan terakhir di Semenanjung Reykjanes terjadi hampir 800 tahun hingga 1240.
Tetapi wilayah itu telah di bawah pengawasan yang meningkat selama beberapa minggu setelah gempa magnitudo 5,7 dicatat pada 24 Februari di dekat Gunung Keilir di pinggiran Reykjavik.
Gempa tersebut diikuti oleh sejumlah kecil getaran yang tidak biasa—lebih dari 50.000, jumlah tertinggi sejak perekaman digital dimulai pada tahun 1991.
Aktivitas seismik telah berpindah beberapa kilometer ke barat daya sejak gempa, terkonsentrasi di sekitar Gunung Fagradalsfjall, tempat magma terdeteksi hanya satu kilometer di bawah permukaan bumi dalam beberapa hari terakhir.
Namun aktivitas seismik telah melambat dalam beberapa hari terakhir.
(min)
tulis komentar anda