Bos NATO Tiba-tiba Ubah Sikap, Bilang Rusia dan China Bukan Ancaman
Selasa, 16 Maret 2021 - 13:47 WIB
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stolteberg tiba-tiba mengubah sikap dengan mengatakan tidak ada ancaman serangan militer yang akan segera terjadi dari Rusia atau China terhadap negara anggota aliansi tersebut.
Stoltenberg membuat pernyataan itu—agak tidak biasa mengingat retorika NATO yang biasanya keras anti-Rusia—selama pidatonya di depan Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa pada hari Senin.
“Saya ditanya tentang apakah saya melihat adanya ancaman terhadap sekutu NATO dari China atau dari Rusia. Saya tidak melihat adanya ancaman serangan militer terhadap sekutu NATO mana pun," katanya.
Kendati demikian, bos NATO itu menegaskan bahwa keberadaan blok yang dia pimpin tersebut adalah alasan utama untuk situasi seperti itu.
"Tapi satu alasan untuk itu adalah bahwa kita memiliki NATO dan sistem pertahanan kolektif 'semua untuk satu dan satu untuk semua'," paparnya merujuk pada Pasal 5 dari perjanjian NATO yang menetapkan bahwa serangan terhadap satu negara anggota NATO memicu respons dari seluruh aliansi.
"Itulah salah satu alasan utama mengapa kami mampu menjaga perdamaian di Eropa selama lebih dari 70 tahun," katanya, seperti dikutip Russia Today, Selasa (16/3/2021).
Namun, Stoltenberg masih menyesali apa yang disebutnya "perilaku destabilisasi Rusia" dan "kebangkitan China" di antara tantangan keamanan utama untuk blok tersebut—bersama dengan terorisme, serangan siber dan perubahan iklim.
Stoltenberg membuat pernyataan itu—agak tidak biasa mengingat retorika NATO yang biasanya keras anti-Rusia—selama pidatonya di depan Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Uni Eropa pada hari Senin.
“Saya ditanya tentang apakah saya melihat adanya ancaman terhadap sekutu NATO dari China atau dari Rusia. Saya tidak melihat adanya ancaman serangan militer terhadap sekutu NATO mana pun," katanya.
Kendati demikian, bos NATO itu menegaskan bahwa keberadaan blok yang dia pimpin tersebut adalah alasan utama untuk situasi seperti itu.
"Tapi satu alasan untuk itu adalah bahwa kita memiliki NATO dan sistem pertahanan kolektif 'semua untuk satu dan satu untuk semua'," paparnya merujuk pada Pasal 5 dari perjanjian NATO yang menetapkan bahwa serangan terhadap satu negara anggota NATO memicu respons dari seluruh aliansi.
"Itulah salah satu alasan utama mengapa kami mampu menjaga perdamaian di Eropa selama lebih dari 70 tahun," katanya, seperti dikutip Russia Today, Selasa (16/3/2021).
Namun, Stoltenberg masih menyesali apa yang disebutnya "perilaku destabilisasi Rusia" dan "kebangkitan China" di antara tantangan keamanan utama untuk blok tersebut—bersama dengan terorisme, serangan siber dan perubahan iklim.
tulis komentar anda