Pertama Kali, Penjualan Senjata Utama Dunia Datar pada 2016-2020
Senin, 15 Maret 2021 - 10:24 WIB
STOCKHOLM - Penjualan senjata internasional datar dalam periode 2016-2020, mengakhiri lebih dari satu dekade peningkatan. Demikian laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Senin (15/3/2021).
Menurut SIPRI, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman—tiga eksportir terbesar dunia—meningkatkan pengiriman, tetapi penurunan ekspor dari Rusia dan China mengimbangi kenaikan tersebut.
Ini adalah pertama kalinya sejak 2001-2005 volume pengiriman senjata utama antarnegara—yang merupakan indikator permintaan—tidak meningkat dari periode lima tahun sebelumnya.
Sementara pandemi telah mematikan ekonomi di seluruh dunia dan mendorong banyak negara ke dalam resesi yang dalam, SIPRI mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan pengiriman senjata akan terus berlanjut.
"Dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 dapat membuat beberapa negara menilai kembali impor senjata mereka di tahun-tahun mendatang," kata Pieter Wezeman, peneliti senior di Program Pengeluaran Senjata dan Militer SIPRI, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
"Namun, pada saat yang sama, bahkan pada puncak pandemi pada tahun 2020, beberapa negara menandatangani kontrak besar untuk senjata utama."
Uni Emirat Arab, misalnya, baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat untuk membeli 50 unit jet tempur siluman F-35 dan hingga 18 drone bersenjata sebagai bagian dari paket USD23 miliar.
Negara-negara Timur Tengah menyumbang peningkatan terbesar dalam impor senjata, naik 25% pada 2016-2020 dari 2011–2015.
Menurut SIPRI, Amerika Serikat, Prancis dan Jerman—tiga eksportir terbesar dunia—meningkatkan pengiriman, tetapi penurunan ekspor dari Rusia dan China mengimbangi kenaikan tersebut.
Ini adalah pertama kalinya sejak 2001-2005 volume pengiriman senjata utama antarnegara—yang merupakan indikator permintaan—tidak meningkat dari periode lima tahun sebelumnya.
Sementara pandemi telah mematikan ekonomi di seluruh dunia dan mendorong banyak negara ke dalam resesi yang dalam, SIPRI mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan pengiriman senjata akan terus berlanjut.
"Dampak ekonomi dari pandemi COVID-19 dapat membuat beberapa negara menilai kembali impor senjata mereka di tahun-tahun mendatang," kata Pieter Wezeman, peneliti senior di Program Pengeluaran Senjata dan Militer SIPRI, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters.
"Namun, pada saat yang sama, bahkan pada puncak pandemi pada tahun 2020, beberapa negara menandatangani kontrak besar untuk senjata utama."
Uni Emirat Arab, misalnya, baru-baru ini menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat untuk membeli 50 unit jet tempur siluman F-35 dan hingga 18 drone bersenjata sebagai bagian dari paket USD23 miliar.
Negara-negara Timur Tengah menyumbang peningkatan terbesar dalam impor senjata, naik 25% pada 2016-2020 dari 2011–2015.
tulis komentar anda