Ethiopia Bantah Lakukan Pembersihan Etnis di Tigray
Minggu, 14 Maret 2021 - 10:38 WIB
ADDIS ABABA - Ethiopia membantah tuduhan Amerika Serikat (AS) telah melakukan pembersihan etnis di Tigray. Ethiopia menolak kritik terbaru terhadap operasi militernya di wilayah utara oleh pemerintahan baru di Washington.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia ingin melihat pasukan Eritrea dan mereka yang berasal dari wilayah Amhara di Tigray diganti oleh pasukan keamanan yang akan menghormati hak asasi manusia dan tidak melakukan tindakan pembersihan etnis.
"(Tuduhan itu) adalah putusan yang sama sekali tidak berdasar dan palsu terhadap pemerintah Ethiopia," kata Kementerian Luar Negeri Ethiopia dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada selama atau setelah akhir operasi penegakan hukum utama di Tigray dapat diidentifikasi atau didefinisikan oleh standar apa pun sebagai pembersihan etnis yang disengaja dan ditargetkan terhadap siapa pun di wilayah itu," sambung pernyataan itu.
"Pemerintah Ethiopia dengan keras menentang tuduhan semacam itu," tegas pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Minggu (14/3/2021).
Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengatakan siap bekerja dengan pakar hak asasi manusia internasional untuk melakukan penyelidikan atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
"Pemerintah Ethiopia telah menunjukkan kesiapannya untuk terlibat secara positif dan konstruktif dengan semua pemangku kepentingan regional dan internasional yang relevan dalam menanggapi tuduhan serius pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia," katanya.
Tentara federal Ethiopia menggulingkan bekas partai penguasa regional, Tigray People's Liberation Front (TPLF), dari ibu kota Mekelle pada November lalu setelah apa yang dikatakannya sebagai serangan mendadak terhadap pasukannya di wilayah yang berbatasan dengan Eritrea.
Pemerintah Ethiopia telah mengatakan bahwa sebagian besar pertempuran telah berhenti tetapi mengakui masih ada insiden penembakan yang terisolasi.
Ethiopia dan Eritrea membantah keterlibatan pasukan Eritrea dalam pertempuran bersama pasukan Ethiopia, meskipun puluhan saksi, diplomat dan seorang jenderal Ethiopia telah melaporkan kehadiran mereka.
Ribuan orang tewas setelah pertempuran itu, ratusan ribu orang terusir dari rumah mereka dan ada kekurangan makanan, air serta obat-obatan di Tigray, wilayah berpenduduk lebih dari 5 juta orang.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia ingin melihat pasukan Eritrea dan mereka yang berasal dari wilayah Amhara di Tigray diganti oleh pasukan keamanan yang akan menghormati hak asasi manusia dan tidak melakukan tindakan pembersihan etnis.
"(Tuduhan itu) adalah putusan yang sama sekali tidak berdasar dan palsu terhadap pemerintah Ethiopia," kata Kementerian Luar Negeri Ethiopia dalam sebuah pernyataan.
"Tidak ada selama atau setelah akhir operasi penegakan hukum utama di Tigray dapat diidentifikasi atau didefinisikan oleh standar apa pun sebagai pembersihan etnis yang disengaja dan ditargetkan terhadap siapa pun di wilayah itu," sambung pernyataan itu.
"Pemerintah Ethiopia dengan keras menentang tuduhan semacam itu," tegas pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Minggu (14/3/2021).
Kementerian Luar Negeri Ethiopia mengatakan siap bekerja dengan pakar hak asasi manusia internasional untuk melakukan penyelidikan atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
"Pemerintah Ethiopia telah menunjukkan kesiapannya untuk terlibat secara positif dan konstruktif dengan semua pemangku kepentingan regional dan internasional yang relevan dalam menanggapi tuduhan serius pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia," katanya.
Tentara federal Ethiopia menggulingkan bekas partai penguasa regional, Tigray People's Liberation Front (TPLF), dari ibu kota Mekelle pada November lalu setelah apa yang dikatakannya sebagai serangan mendadak terhadap pasukannya di wilayah yang berbatasan dengan Eritrea.
Pemerintah Ethiopia telah mengatakan bahwa sebagian besar pertempuran telah berhenti tetapi mengakui masih ada insiden penembakan yang terisolasi.
Ethiopia dan Eritrea membantah keterlibatan pasukan Eritrea dalam pertempuran bersama pasukan Ethiopia, meskipun puluhan saksi, diplomat dan seorang jenderal Ethiopia telah melaporkan kehadiran mereka.
Ribuan orang tewas setelah pertempuran itu, ratusan ribu orang terusir dari rumah mereka dan ada kekurangan makanan, air serta obat-obatan di Tigray, wilayah berpenduduk lebih dari 5 juta orang.
Baca Juga
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda