AS Diam-diam Tarik Seluruh Pesawat Pembom dari Guam

Sabtu, 18 April 2020 - 09:47 WIB
Pesawat pembom B-2 Spirit Amerika Serikat. Foto/Sputniknews
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) diam-diam mengakhiri penyebaran pesawat pembom (bomber) yang sudah berlangsung terus-menerus selama 16 tahun ke Guam, wilayah Amerika di Pasifik Barat.

Ketika lima pembom B-52 Stratofortress kembali ke Amerika Serikat pada Kamis lalu, tidak ada pesawat yang datang untuk menggantikan mereka. Pentagon tidak menawarkan penjelasan.

Sejak 2004, Pentagon telah melakukan apa yang disebutnya misi Continuous Bomber Presence (CBP), di mana militer Amerika mempertahankan kehadiran pesawat-pesawat pembom strategis di pulau yang berada di kawasan Laut Filipina tersebut. Namun, untuk pertama kalinya dalam 16 tahun, tidak ada pesawat pembom AS di Guam.



Pelacak pesawat online AircraftSpots melaporkan keberangkatan lima pembom Stratofortress B-52H dari Pangkalan Angkatan Udara Andersen pada Kamis. Namun, mengutipThe War Zone dan The Drive, Sabtu (18/4/2020), belum ada pesawat yang datang untuk menggantikan mereka.

Bersama B-52, Angkatan Udara sebelumnya menempatkan pesawat pembom B-1B Lancers dan B-2 Spirit. Pesawat B-2 Spirit mampu membawa senjata nuklir, seperti halnya B-52.

Kejadian ini menjadi semakin luar biasa karena pesawat-pesawat besar berpartisipasi dalam unjuk kekuatan "elephant walk" awal pekan ini, meskipun tanpa lepas landas satu per satu secara cepat.

Juru bicara Komando Stretegi (STRATCOM) AS, Mayor Kate Atanasoff, mengatakan kepada The War Zone; "Pesawat pembom AS akan terus beroperasi maju di kawasan Indo-Pasifik dari beragam lokasi di luar negeri...pada waktu dan tempo dari yang kami pilih."

Ketika misi CBP dimulai pada 2004, AS berdedikasi untuk melancarkan perang global "War on Terror" dan telah menginvasi Irak pada tahun sebelumnya, yang kemudian diidentifikasi oleh Presiden AS kala itu; George Walker Bush, sebagai bagian dari "Axis of Evil" yang menyebarkan teror di sekitar dunia bersama Iran dan Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).

AS juga memberikan tekanan besar kepada DPRK melalui Perundingan Enam Pihak dalam upaya untuk menghentikan program senjata nuklir yang sedang berkembang di negara itu. Dua tahun kemudian, DPRK menguji senjata nuklir pertamanya.

Namun, pada tahun 2018, Pentagon menguraikan perubahan strategis baru dari perang global "War on Terror" dan menuju persaingan strategis antarnegara dengan Rusia dan China. Beberapa bulan kemudian, terjadi pencairan ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hubungan dengan DPRK, di mana Pyongyang dan Washington mulai berbicara serius tentang perdamaian untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.

Menurut Atanasoff, pemindahan pesawat-pesawat pembom dari Guam sejalan dengan Strategi Pertahanan Nasional yang baru dan juga “Dynamic Force Employment", seperti yang dikatakan Komando Serangan Global Angkatan Udara, di mana Pentagon melakukan perubahan secara tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan dalam penempatan pasukan untuk menjaga musuh di kaki mereka.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More