Iran Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir jika AS Cabut Sanksi dalam Setahun
Minggu, 07 Maret 2021 - 06:06 WIB
Mantan Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan itu pada 2018 dan kemudian melanjutkan memberikan sanksi terhadap industri, perusahaan, dan individu Iran sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum".
Pada gilirannya, Iran telah menurunkan komitmennya terhadap pakta tersebut dengan memperkaya uranium di luar batas yang ditetapkan perjanjian itu dan membatasi akses pengawas PBB ke fasilitas nuklirnya.
Upaya menghidupkan kembali kesepakatan telah menemui jalan buntu dalam beberapa pekan terakhir, dengan Washington bersikeras Iran harus kembali ke kepatuhan penuh dengan perjanjian nuklir dan Teheran berpendapat pencabutan sanksi harus menjadi langkah awal.
Rezaei, yang merupakan pemimpin senior IRGC selama 16 tahun, mengatakan kepada FT bahwa, “Republik Islam akan menggunakan banyak pengaruh dalam hak-hak kami dan norma-norma internasional untuk membuat AS mundur dan mencabut sanksi, sementara Teheran tidak akan melangkah maju selama tidak ada pembangunan kepercayaan,"
Namun, Saeed Khatibzadeh, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan, “Rezaei tidak memiliki tanggung jawab langsung atau tidak langsung dalam pembicaraan antara AS dan Iran, dan semua masalah kebijakan luar negeri disampaikan hanya melalui saluran resmi."
Dalam referensi yang jelas untuk laporan FT, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif merilis tweet pada Jumat bahwa opini "beragam" di antara pejabat Iran tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara.
"Sebagai Menlu Iran dan kepala negosiator nuklir, saya akan segera mempresentasikan rencana tindakan konkrit konstruktif kami melalui saluran diplomatik yang tepat," papar dia.
Pada gilirannya, Iran telah menurunkan komitmennya terhadap pakta tersebut dengan memperkaya uranium di luar batas yang ditetapkan perjanjian itu dan membatasi akses pengawas PBB ke fasilitas nuklirnya.
Upaya menghidupkan kembali kesepakatan telah menemui jalan buntu dalam beberapa pekan terakhir, dengan Washington bersikeras Iran harus kembali ke kepatuhan penuh dengan perjanjian nuklir dan Teheran berpendapat pencabutan sanksi harus menjadi langkah awal.
Rezaei, yang merupakan pemimpin senior IRGC selama 16 tahun, mengatakan kepada FT bahwa, “Republik Islam akan menggunakan banyak pengaruh dalam hak-hak kami dan norma-norma internasional untuk membuat AS mundur dan mencabut sanksi, sementara Teheran tidak akan melangkah maju selama tidak ada pembangunan kepercayaan,"
Namun, Saeed Khatibzadeh, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan, “Rezaei tidak memiliki tanggung jawab langsung atau tidak langsung dalam pembicaraan antara AS dan Iran, dan semua masalah kebijakan luar negeri disampaikan hanya melalui saluran resmi."
Dalam referensi yang jelas untuk laporan FT, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif merilis tweet pada Jumat bahwa opini "beragam" di antara pejabat Iran tidak boleh disamakan dengan kebijakan negara.
"Sebagai Menlu Iran dan kepala negosiator nuklir, saya akan segera mempresentasikan rencana tindakan konkrit konstruktif kami melalui saluran diplomatik yang tepat," papar dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda