Imbas Kapal Israel Dihantam Ledakan, Iran Pantau Gerak-gerik Israel
Rabu, 03 Maret 2021 - 04:08 WIB
TEHERAN - Iran menyatakan sedang memantau gerak-gerik Israel di sekitar Teluk Oman setelah rezim Zionis menuduh Teheran berada di balik serangan ledakan terhadap kapal kargo MV Helios Ray di wilayah tersebut. Kapal yang diserang itu milik pengusaha Israel.
“Teheran tidak mengizinkan invasi Israel dan memantau perilaku mereka di wilayah tersebut," kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiee, seperti dikutip The Jerusalem Post, Rabu (3/3/2021).
Pernyataan Rabiee menjadi isyarat bahwa Iran berusaha untuk mengamankan laut lepasnya, yang menunjukkan potensi ancaman bagi kapal-kapal Israel.
Dia tidak mengakui keterlibatan Iran dalam serangan terhadap MV Helios Ray, kapal kargo tujuan Singapura yang terkena ledakan di Teluk Oman selama akhir pekan lalu.
Rabiee kemudian berfokus isu pada pertemuan potensial dengan AS dan negara-negara Eropa. Menurutnya, sejak AS meninggalkan kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015, Washington hanya akan menjadi tamu pada pertemuan semacam itu.
Teheran mengisyaratkan menunda pembicaraan tentang keinginan AS masuk kembali dalam JCPOA 2015 kecuali Washington mencabut semua sanksinya terhadap Iran.
Rabiee memuji apa yang dia katakan sebagai keberhasilan rezim Iran. ”Dalam delapan tahun terakhir, pemerintah telah menciptakan suasana politik dalam negeri yang tenang dan memperluas fasilitasi aksi sosial masyarakat, serta memperkuat ekonomi ... sambil berusaha tumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Kebijakan luar negeri terkait dengan kebijakan domestik karena Iran pada dasarnya adalah “orang Clausewitz” dalam cara operasinya. Artinya perang adalah perpanjangan dari pembuatan kebijakannya.
“Kami selalu percaya bahwa tujuan fundamental dari kebijakan luar negeri harus membantu mencapai tujuan ini,” kata Rabiee. “Keyakinan pada pemerintah ini telah menjadi cerminan pilihan masyarakat kami untuk menikmati hidup yang aman, sejahtera, dan sehat berdasarkan apa yang pantas mereka dapatkan.”
“Krisis nuklir itu palsu,” katanya,yang menambahkan bahwa Iran telah mengupayakan kesepakatan pada 2015 untuk menghindari tekanan asing.
“Rezim Trump, dengan ditipu oleh mereka yang melihat peristiwa dari hari-hari pertama pertemuan puncak Iran sebagai pukulan atas keinginan jahat mereka untuk rakyat Iran, memilih jalan jahat yang pada akhirnya mengakibatkan isolasi Amerika Serikat,” Kata Rabiee.
Dia mengkritik mantan presiden AS Donald Trump karena memiliki perilaku tidak konvensional, irasional, dan kejam yang membebani perekonomian rakyat Iran. ”[Tapi] dia tidak berhasil sedikitpun dalam mematahkan tulang punggung kemerdekaan dan ketahanan nasional kami, yang muncul dari keinginan untuk menentukan nasib sebuah peradaban kuno.”
Rabiee mengatakan sejak rentetan "tekanan maksimum" Terhadap Iran gagal, pemerintahan Biden harus kembali ke kesepakatan Iran.
"Seperti banyak negara lain, kami percaya bahwa tidak ada cara lain selain diplomasi untuk menyelesaikan perselisihan saat ini,” katanya. Tapi, imbuh dia, diplomasi tidak bisa dimulai tanpa niat baik dan kejujuran.
“Teheran tidak mengizinkan invasi Israel dan memantau perilaku mereka di wilayah tersebut," kata juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiee, seperti dikutip The Jerusalem Post, Rabu (3/3/2021).
Pernyataan Rabiee menjadi isyarat bahwa Iran berusaha untuk mengamankan laut lepasnya, yang menunjukkan potensi ancaman bagi kapal-kapal Israel.
Dia tidak mengakui keterlibatan Iran dalam serangan terhadap MV Helios Ray, kapal kargo tujuan Singapura yang terkena ledakan di Teluk Oman selama akhir pekan lalu.
Rabiee kemudian berfokus isu pada pertemuan potensial dengan AS dan negara-negara Eropa. Menurutnya, sejak AS meninggalkan kesepakatan nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015, Washington hanya akan menjadi tamu pada pertemuan semacam itu.
Teheran mengisyaratkan menunda pembicaraan tentang keinginan AS masuk kembali dalam JCPOA 2015 kecuali Washington mencabut semua sanksinya terhadap Iran.
Rabiee memuji apa yang dia katakan sebagai keberhasilan rezim Iran. ”Dalam delapan tahun terakhir, pemerintah telah menciptakan suasana politik dalam negeri yang tenang dan memperluas fasilitasi aksi sosial masyarakat, serta memperkuat ekonomi ... sambil berusaha tumbuh dan berkembang,” ujarnya.
Kebijakan luar negeri terkait dengan kebijakan domestik karena Iran pada dasarnya adalah “orang Clausewitz” dalam cara operasinya. Artinya perang adalah perpanjangan dari pembuatan kebijakannya.
“Kami selalu percaya bahwa tujuan fundamental dari kebijakan luar negeri harus membantu mencapai tujuan ini,” kata Rabiee. “Keyakinan pada pemerintah ini telah menjadi cerminan pilihan masyarakat kami untuk menikmati hidup yang aman, sejahtera, dan sehat berdasarkan apa yang pantas mereka dapatkan.”
“Krisis nuklir itu palsu,” katanya,yang menambahkan bahwa Iran telah mengupayakan kesepakatan pada 2015 untuk menghindari tekanan asing.
“Rezim Trump, dengan ditipu oleh mereka yang melihat peristiwa dari hari-hari pertama pertemuan puncak Iran sebagai pukulan atas keinginan jahat mereka untuk rakyat Iran, memilih jalan jahat yang pada akhirnya mengakibatkan isolasi Amerika Serikat,” Kata Rabiee.
Dia mengkritik mantan presiden AS Donald Trump karena memiliki perilaku tidak konvensional, irasional, dan kejam yang membebani perekonomian rakyat Iran. ”[Tapi] dia tidak berhasil sedikitpun dalam mematahkan tulang punggung kemerdekaan dan ketahanan nasional kami, yang muncul dari keinginan untuk menentukan nasib sebuah peradaban kuno.”
Rabiee mengatakan sejak rentetan "tekanan maksimum" Terhadap Iran gagal, pemerintahan Biden harus kembali ke kesepakatan Iran.
"Seperti banyak negara lain, kami percaya bahwa tidak ada cara lain selain diplomasi untuk menyelesaikan perselisihan saat ini,” katanya. Tapi, imbuh dia, diplomasi tidak bisa dimulai tanpa niat baik dan kejujuran.
(min)
tulis komentar anda