Vaksin COVID-19 Jadi 'Senjata' Israel Bebaskan Warganya dari Suriah

Senin, 22 Februari 2021 - 08:47 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto/REUTERS
TEL AVIV - Rezim Zionis dan Rezim Presiden Bashar al-Assad dilaporkan membuat kesepakatan rahasia, di mana Israel memasok vaksin COVID-19 buatan Rusia ke Suriah . Itu menjadipemaniskesepakatan pertukaran tahanan yang membuat rezim Assad membebaskan seorang wanita Israel yang sebelumnya ditangkap.

Vaksin dijadikan "senjata" diplomatik Zionis untuk menyelamatkan warganya. Kesepakatan klandestin yang dibuat minggu lalu, dan dikonfirmasi oleh sumber Israel yang tidak mau disebutkan namanya, dilaporkan melibatkan Israel membayar Rusia USD1,2 juta (Rp16,8 miliar) untuk mengirim vaksin Sputnik V ke Suriah.





Meskipun tidak jelas berapa banyak dosis yang dibeli, kesepakatan itu sangat kontroversial, paling tidak karena pertanyaan tentang apakah rezim Bashar al-Assad di Damaskus akan mendistribusikannya secara merata.

Ini juga menyoroti keengganan Israel untuk memberi jutaan warga Palestina yang hidup di bawah kendalinya dengan dosis yang signifikan, terutama jika diam-diam setuju untuk mengamankan ratusan ribu dosis vaksin untuk negara musuh.

Pada hari Sabtu lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membahas laporan kesepakatan tersebut dengan mengatakan "tidak satu dosis vaksin Israel digunakan". Namun, dia tidak berkomentar apakah pemerintahnya telah membayar Moskow untuk pasokan vaksin yang ditujukan ke Suriah.

Netanyahu sebelumnya mengatakan negosiasi yang ditengahi Rusia telah memulangkan seorang wanita muda Israel yang melintasi perbatasan ke Suriah. Sebagai gantinya, pemerintahnya telah mengembalikan dua gembala Suriah yang ditahan. Tidak jelas mengapa wanita Israel itu memasuki Suriah.



Sebuah laporan yang belum dikonfirmasi di Army Radio Israel pada hari Minggu menunjukkan bahwa perdana menteri sekarang mempertimbangkan penggunaan vaksin sebagai alat untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Arab yang bermusuhan.

Sensor militer Israel awalnya memblokir laporan klausul vaksin di pers lokal, tetapi mencabut perintah pembungkaman pada hari Sabtu setelah media asing menyebarkan berita tersebut.

Gideon Saar, mantan sekutu Netanyahu yang sekarang berharap untuk menggulingkannya dalam pemilu bulan depan, mengatakan bahwa "penyensoran terhadap sesuatu yang diketahui Damaskus dan Moskow, dan warga Israel tidak, tidak dapat dipahami".

Yoav Limor, seorang komentator untuk harian sayap kanan Israel; Hayom, mengatakan kesepakatan pertukaran tahanan "ternoda" oleh klausul rahasia.

"Adalah sah bagi pemerintah Israel untuk memutuskan menyimpang dari norma masa lalu dan membayar dengan bentuk mata uang lain," katanya, seperti dikutip The Guardian, Senin (22/2/2021). "Namun, keputusan untuk menyembunyikan itu membingungkan dan mengkhawatirkan."
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More