AS, Inggris, Prancis dan Jerman Bersatu Melawan Iran Kembangkan Bom Nuklir
Jum'at, 19 Februari 2021 - 13:25 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman dan Prancis bersatu dalam sikap mereka melawan Iran untuk mengembangkan bom nuklir . Teheran sendiri sudah berkali-kali menegaskan tidak berniat mengembangkan senjata pemusnah massal tersebut dan program nuklirnya untuk tujuan damai.
Para menteri luar negeri empat negara telah menekankan sikap bersama dalam kepentingan keamanan fundamental untuk menegakkan rezim non-proliferasi nuklir dan memastikan bahwa Iran tidak akan pernah dapat mengembangkan senjata nuklir.
"E3 dan Amerika Serikat bersatu dalam menggarisbawahi sifat berbahaya dari keputusan untuk membatasi akses IAEA, dan mendesak Iran untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan berat tersebut, terutama pada kesempatan diplomatik yang diperbarui saat ini," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/2/2021).
E3 adalah sebutan tiga negara Eropa [Inggris, Jerman dan Prancis]. Sedankan IAEA adalah singkatan dari Badan Energi Atom Internasional.
"E3 dan Amerika Serikat meminta Iran untuk tidak mengambil langkah tambahan, khususnya sehubungan dengan penangguhan Protokol Tambahan dan pembatasan aktivitas verifikasi IAEA di Iran," lanjut kementerian tersebut.
Iran telah mengatakan pada hari Senin bahwa mereka memberi tahu IAEA tentang rencananya untuk mengakhiri kewenangan inspeksi yang diberikan kepada badan tersebut berdasarkan kesepakatan nuklir 2015.
Pemerintahan Presiden Joe Biden bertujuan untuk mengembalikan Amerika Serikat ke kesepakatan nuklir 2015, yang ditinggalkan pendahulunya Donald Trump pada 2018. Di bawah kesepakatan itu, Iran setuju untuk membatasi program pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi.
Setelah Trump mengeluarkan AS keluar dari kesepakatan itu, dan memberlakukan kembali sanksi, Iran mulai melanggar beberapa batasan kesepakatan tentang pengayaan uranium yang sensitif.
Washington dan Teheran sekarang tidak setuju tentang cara terbaik untuk memulihkan kesepakatan, dengan kedua belah pihak saling menuntut satu sama lain untuk bertindak terlebih dahulu mematuhi kesepakatan.
E3 dan AS menyatakan keprihatinannya dan mengutuk langkah terbaru Iran untuk memperkaya uranium hingga 20 persen dan memproduksi logam uranium.
“Kegiatan ini tidak memiliki justifikasi sipil yang kredibel. Produksi logam uranium merupakan langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir," bunyi pernyataan E3 dan AS.
Iran telah lama membantah upaya untuk mengembangkan senjata nuklir melalui pengayaan uranium, meskipun menteri intelijen mengatakan pekan lalu bahwa tekanan terus-menerus dari Barat dapat mendorong Teheran untuk melawan seperti "kucing yang terpojok" dan mencari senjata nuklir.
"E3 dan Amerika Serikat menegaskan tekad mereka untuk kemudian memperkuat [kesepakatan nuklir] dan, bersama dengan pihak-pihak regional dan komunitas internasional yang lebih luas, menangani masalah keamanan yang lebih luas terkait dengan program rudal Iran dan kegiatan regional," lanjut pernyataan bersama E3 dan AS.
Para menteri luar negeri empat negara telah menekankan sikap bersama dalam kepentingan keamanan fundamental untuk menegakkan rezim non-proliferasi nuklir dan memastikan bahwa Iran tidak akan pernah dapat mengembangkan senjata nuklir.
"E3 dan Amerika Serikat bersatu dalam menggarisbawahi sifat berbahaya dari keputusan untuk membatasi akses IAEA, dan mendesak Iran untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan berat tersebut, terutama pada kesempatan diplomatik yang diperbarui saat ini," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/2/2021).
E3 adalah sebutan tiga negara Eropa [Inggris, Jerman dan Prancis]. Sedankan IAEA adalah singkatan dari Badan Energi Atom Internasional.
"E3 dan Amerika Serikat meminta Iran untuk tidak mengambil langkah tambahan, khususnya sehubungan dengan penangguhan Protokol Tambahan dan pembatasan aktivitas verifikasi IAEA di Iran," lanjut kementerian tersebut.
Iran telah mengatakan pada hari Senin bahwa mereka memberi tahu IAEA tentang rencananya untuk mengakhiri kewenangan inspeksi yang diberikan kepada badan tersebut berdasarkan kesepakatan nuklir 2015.
Baca Juga
Pemerintahan Presiden Joe Biden bertujuan untuk mengembalikan Amerika Serikat ke kesepakatan nuklir 2015, yang ditinggalkan pendahulunya Donald Trump pada 2018. Di bawah kesepakatan itu, Iran setuju untuk membatasi program pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi.
Setelah Trump mengeluarkan AS keluar dari kesepakatan itu, dan memberlakukan kembali sanksi, Iran mulai melanggar beberapa batasan kesepakatan tentang pengayaan uranium yang sensitif.
Washington dan Teheran sekarang tidak setuju tentang cara terbaik untuk memulihkan kesepakatan, dengan kedua belah pihak saling menuntut satu sama lain untuk bertindak terlebih dahulu mematuhi kesepakatan.
E3 dan AS menyatakan keprihatinannya dan mengutuk langkah terbaru Iran untuk memperkaya uranium hingga 20 persen dan memproduksi logam uranium.
“Kegiatan ini tidak memiliki justifikasi sipil yang kredibel. Produksi logam uranium merupakan langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir," bunyi pernyataan E3 dan AS.
Iran telah lama membantah upaya untuk mengembangkan senjata nuklir melalui pengayaan uranium, meskipun menteri intelijen mengatakan pekan lalu bahwa tekanan terus-menerus dari Barat dapat mendorong Teheran untuk melawan seperti "kucing yang terpojok" dan mencari senjata nuklir.
"E3 dan Amerika Serikat menegaskan tekad mereka untuk kemudian memperkuat [kesepakatan nuklir] dan, bersama dengan pihak-pihak regional dan komunitas internasional yang lebih luas, menangani masalah keamanan yang lebih luas terkait dengan program rudal Iran dan kegiatan regional," lanjut pernyataan bersama E3 dan AS.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda