Junta Myanmar Incar 6 Selebriti Penyeru PNS Mogok Kerja, Hampir 500 Ditangkap

Kamis, 18 Februari 2021 - 11:14 WIB
Demo besar menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 17 Februari 2021. Foto/REUTERS/Stringer
YANGON - Junta militer Myanmar mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap enam selebriti karena menyerukan pegawai negeri sipil (PNS) mogok kerja yang telah melumpuhkan banyak kantor pemerintah dalam protes terhadap kudeta . Hampir 500 orang telah ditangkap militer sejak kudeta 1 Februari.

Pada Rabu malam, pasukan keamanan melepaskan tembakan di kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, ketika mereka menghadapi pekerja kereta api yang menghentikan operasi kereta sebagai bagian dari gerakan pembangkangan sipil. Warga setempat mengatakan satu orang terluka.



Ratusan ribu orang turun ke jalan di seluruh negara Asia Tenggara itu pada hari Rabu dalam beberapa protes terbesar yang menentang kudeta 1 Februari dan penahanan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.



Demo jalanan kali ini jauh lebih damai daripada demonstrasi yang ditindas dengan pertumpahan darah dalam setengah abad pemerintahan militer sebelumnya. Meski beraksi damai, gerakan pembangkangan sipil memiliki efek yang melumpuhkan banyak bisnis resmi.

Militer mengumumkan pada Rabu malam bahwa enam selebriti lokal, termasuk sutradara film, aktor dan penyanyi, dicari berdasarkan undang-undang anti-penghasutan karena mendorong pegawai negeri untuk bergabung dalam protes.

Tuduhan itu bisa membawa hukuman penjara dua tahun. Beberapa dari mereka yang ada dalam daftar itu memberontak.

"Sungguh menakjubkan melihat persatuan rakyat kami. Kekuatan rakyat harus kembali kepada rakyat," tulis aktor Lu Min di halaman Facebook-nya, seperti dikutip Reuters, Kamis (18/2/2021).

Meskipun junta meminta pegawai negeri untuk kembali bekerja dan ancaman tindakan jika tidak, tidak ada tanda-tanda mogok kerja mereda.



Penduduk setempat mengatakan layanan kereta api terganggu parah dan setelah gelap, di mana pasukan keamanan di kota Manadalay menghadapi pekerja kereta api yang mogok kerja dengan melepaskan tembakan dengan peluru karet dan ketapel serta melempar batu.

Seorang pekerja amal terluka di kaki karena peluru karet.

Baik tentara maupun polisi tidak segera mengomentari insiden itu, tetapi halaman Facebook militer mengatakan pasukan memberikan keamanan di seluruh negeri untuk "memastikan orang-orang mendapatkan ketenangan dan tidur nyenyak".

Jumlah orang yang diketahui telah ditahan sejak kudeta menghentikan transisi tentatif menuju demokrasi telah mencapai 495 pada Rabu. Data ini disampaikan Asosiasi Bantuan Tahanan Politik Myanmar dalam sebuah pernyataan.

Dilaporkan bahwa 460 orang masih ditahan.

Tentara mengambil alih kekuasaan setelah komisi pemilu menolak tuduhan kecurangan dalam pemilu 8 November yang dilakukan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD)—partainya Suu Kyi, memicu kemarahan dari negara-negara Barat serta protes lokal.

Lebih banyak demonstrasi direncanakan pada hari Kamis—termasuk oleh kelompok mahasiswa dan pekerja dari berbagai kelompok etnis di negara yang beragam dengan lebih dari 53 juta orang itu.

Para penentang kudeta sangat skeptis terhadap janji junta untuk menyerahkan kekuasaan setelah pemilu baru yang tanggalnya belum ditentukan.

Peraih Nobel Perdamaian Suu Kyi, yang ditahan sejak kudeta, sekarang menghadapi tuduhan melanggar Undang-Undang Penanggulangan Bencana Alam serta tuduhan secara ilegal mengimpor enam radio walkie talkie.

Penampilannya di pengadilan berikutnya telah ditetapkan pada 1 Maret.

Suu Kyi, 75, menghabiskan hampir 15 tahun di bawah tahanan rumah karena upayanya membawa demokrasi di Myanmar.

Militer mengatakan bahwa seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya. Seorang pengunjuk rasa yang ditembak di kepala saat protes di Naypyitaw dengan hidupnya dalam bahaya, di mana dokter mengatakan dia diperkirakan tidak akan selamat.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More