Mengenal PM Baru Irak, Mantan Jurnalis dan Bos Intelijen

Minggu, 17 Mei 2020 - 23:59 WIB
PM baru Irak, Mustafa al-Kadhimi. FOTO/Al Arabiya
BAGHDAD - Setelah lima bulan dan dua upaya gagal untuk membentuk pemerintahan di Irak, negara itu akhirnya memiliki Perdana Menteri baru, Mustafa al-Kadhimi. Dia adalah mantan jurnalis, yang kemudian diangkat menjadi bos intelijen Irak.

Digambarkan sebagai memiliki "kepribadian yang unik," Kadhimi telah berjanji untuk memerangi korupsi, membatasi akses ke senjata bagi mereka yang ada dalam pemerintahan, dan mengembalikan para pengungsi ke rumah mereka. Dia juga memiliki prioritas untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang telah membunuh demonstran selama bulan-bulan sebelumnya dalam kerusuhan.

(Baca: PM Baru Irak Berencana Tinjau Hubungan dengan AS )



Kadhimi juga menjanjikan pemilihan awal dan untuk mengesahkan undang-undang anggaran yang harus mengatasi krisis ekonomi akut, yang semakin dalam karena jatuhnya harga minyak. Tidak adanya kepemimpinan telah meninggalkan Irak tanpa anggaran yang disetujui.

Melansir Al Arabiya, Kadhimi lahir di Baghdad pada tahun 1967, dan belajar hukum sebelum menjadi seorang jurnalis, di mana ia dikenal karena sikap menentangnya terhadap mantan Presiden Irak, Saddam Hussein.

Dia sempat tinggal di Iran, Swedia, dan Inggris, di mana dia bekerja di beberapa posisi, termasuk menjabat sebagai editor Pulse Irak untuk Al-Monitor dan direktur Yayasan Dialog Kemanusiaan di London.

Setelah invasi Amerika Serikat (AS) ke Irak pada tahun 2003, al-Kadhimi kembali ke rumah dan membantu mendirikan Jaringan Media Irak bersama dengan menjadi direktur eksekutif "Yayasan Memori Irak" yang bekerja untuk mendokumentasikan kejahatan yang dilakukan oleh rezim Saddam Hussein.

Pada Juni 2016, al-Kadhimi diangkat sebagai kepala Dinas Intelijen Nasional Irak di tengah pertempuran yang meningkat di negara itu melawan ISIS.

(Baca: ISIS Manfaatkan Pandemi COVID-19 untuk Tingkatkan Serangan di Irak )

Di luar ekonomi yang buruk dan potensi yang selalu ada untuk gejolak regional, al-Kadhimi harus bersaing dengan pemberontakan ISIS yang berkembang di Irak utara, ketika kelompok ekstremis itu telah meningkatkan serangan terhadap pasukan pemerintah.

"Jika Kadhimi adalah seorang nasionalis Irak, yang berdedikasi untuk mengejar Irak yang berdaulat, jika dia berkomitmen untuk memerangi korupsi, ini akan bagus untuk Irak. Dan, kami pikir itu akan bagus untuk hubungan bilateral kami," ucap David Schenker, diplomat top Kementerian Luar Negeri AS untuk Timur Tengah.

Seorang sumber yang dekat dengan al-Kadhimi mengatakan, ia memiliki kepribadian yang unik dan ideologi pragmatis, disamping memiliki hubungan baik dengan semua pemain yang terlibat di Irak. Dia memiliki hubungan baik dengan Amerika dan hubungan yang baru saja pulih dengan Iran.
(esn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More