Tentara Myanmar Buru Tujuh Pendukung Protes Kudeta
Minggu, 14 Februari 2021 - 00:04 WIB
YANGON - Tentara Myanmar sedang memburu tujuh pendukung protes terhadap kudeta bulan ini.
“Tujuh orang itu menghadapi dakwaan atas komentar di media sosial yang mengancam stabilitas nasional,” ungkap pernyataan militer.
Di antara mereka yang diburu adalah Min Ko Naing, pemimpin protes pada 1988, yang telah mendukung demonstrasi jalanan dan kampanye pembangkangan sipil.
Ketujuh orang itu adalah para penentang kudeta 1 Februari saat militer mengambil alih kekuasaan dan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi ditahan.
Lihat infografis: Putra Mahkota Saudi Luncurkan ‘Coral Bloom’ di Laut Merah
Mayoritas mereka adalah pendukung partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi.
Pengumuman itu muncul pada hari kedelapan protes di penjuru Myanmar untuk menentang kudeta.
Kudeta itu menghentikan transisi yang tidak stabil menuju demokrasi yang dimulai pada 2011 dan menimbulkan kekhawatiran akan kembali ke era penindasan militer sebelumnya.
“Orang-orang wajib memberi tahu polisi jika mereka melihat salah satu dari tujuh orang yang disebutkan namanya dan akan dihukum jika mereka melindungi mereka,” ungkap pernyataan tim informasi militer, True News dalam pernyataan di halaman Facebook.
Sejumlah kasus-kasus telah diajukan sesuai pasal 505 (b) hukum pidana yang sering digunakan junta sebelumnya. Terdapat ancaman hukuman hingga dua tahun untuk komentar yang dapat menimbulkan kekhawatiran atau "mengancam ketenangan".
“Saya sangat bangga memiliki surat perintah yang dikeluarkan bersama Min Ko Naing. Tangkap saya jika Anda bisa,” ujar salah satu pelobi NLD Ei Pencilo, di halaman Facebook-nya, yang memiliki lebih dari 1,6 juta pengikut.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pada Jumat lebih dari 350 orang telah ditangkap di Myanmar sejak kudeta tersebut.
“Jurnalis Shwe Yee Win yang melaporkan penentangan terhadap kudeta di kota Pathein di bagian barat, dibawa pergi oleh polisi dan tentara pada Kamis dan belum terdengar kabarnya sejak itu,” ungkap situs berita TimeAyeyar dan ibunya.
“Saya benar-benar khawatir. Putranya sekarang dalam masalah karena dia menyusuinya. Dia bahkan tidak sempat memakaikan sepatu anaknya sebelum mereka membawanya,” papar Thein Thein yang sekarang merawat anak putrinya yang berusia satu tahun.
Pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar.
“Tujuh orang itu menghadapi dakwaan atas komentar di media sosial yang mengancam stabilitas nasional,” ungkap pernyataan militer.
Di antara mereka yang diburu adalah Min Ko Naing, pemimpin protes pada 1988, yang telah mendukung demonstrasi jalanan dan kampanye pembangkangan sipil.
Ketujuh orang itu adalah para penentang kudeta 1 Februari saat militer mengambil alih kekuasaan dan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi ditahan.
Lihat infografis: Putra Mahkota Saudi Luncurkan ‘Coral Bloom’ di Laut Merah
Mayoritas mereka adalah pendukung partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi.
Pengumuman itu muncul pada hari kedelapan protes di penjuru Myanmar untuk menentang kudeta.
Kudeta itu menghentikan transisi yang tidak stabil menuju demokrasi yang dimulai pada 2011 dan menimbulkan kekhawatiran akan kembali ke era penindasan militer sebelumnya.
“Orang-orang wajib memberi tahu polisi jika mereka melihat salah satu dari tujuh orang yang disebutkan namanya dan akan dihukum jika mereka melindungi mereka,” ungkap pernyataan tim informasi militer, True News dalam pernyataan di halaman Facebook.
Sejumlah kasus-kasus telah diajukan sesuai pasal 505 (b) hukum pidana yang sering digunakan junta sebelumnya. Terdapat ancaman hukuman hingga dua tahun untuk komentar yang dapat menimbulkan kekhawatiran atau "mengancam ketenangan".
“Saya sangat bangga memiliki surat perintah yang dikeluarkan bersama Min Ko Naing. Tangkap saya jika Anda bisa,” ujar salah satu pelobi NLD Ei Pencilo, di halaman Facebook-nya, yang memiliki lebih dari 1,6 juta pengikut.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pada Jumat lebih dari 350 orang telah ditangkap di Myanmar sejak kudeta tersebut.
“Jurnalis Shwe Yee Win yang melaporkan penentangan terhadap kudeta di kota Pathein di bagian barat, dibawa pergi oleh polisi dan tentara pada Kamis dan belum terdengar kabarnya sejak itu,” ungkap situs berita TimeAyeyar dan ibunya.
“Saya benar-benar khawatir. Putranya sekarang dalam masalah karena dia menyusuinya. Dia bahkan tidak sempat memakaikan sepatu anaknya sebelum mereka membawanya,” papar Thein Thein yang sekarang merawat anak putrinya yang berusia satu tahun.
Pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar.
(sya)
tulis komentar anda