RI dan Puluhan Negara Bantu Percepatan Penemuan Obat Covid-19
Jum'at, 17 April 2020 - 18:45 WIB
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, Indonesia turut berpartisipasi dalam Solidarity Trial, yang dilakukan di bawah koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Foto/Reuters
JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menuturkan, Indonesia turut berpartisipasi dalam Solidarity Trial, yang dilakukan di bawah koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Solidarity Trial adalah upaya gabungan puluhan negara untuk mempercepat penemuan pengobatan Covid-19.
"Indonesia berpartisipasi dalam Solidarity Trial yang bertujuan mempercepat penemuan kombinasi dari empat obat-obatan dan pengobatan yang paling efektif bagi COVID-19. Solidarity Trial melibatkan sedikitnya 90 negara dengan 900 pasien yang dipilih secara acak," ucap Retno pada Kamis (17/4/2020).
Di kesempatan yang sama, Retno juga menjelaskan, dia telah melakukan pertemuan virtual dengan sembilan Menteri Luar Negeri perempuan. Dalam pertemuan itu, jelas Retno, dibahas magnitude dari tantangan yang dihadapi saat ini.
Dia menuturkan, dalam situasi saat ini kerentanan terhadap perempuan dapat meningkat. Menurutnya, dalam situasi normalpun, banyak diskriminasi terjadi terhadap perempuan dan bukan tidak mungkin hal tersebut juga terjadi di saat krisis.
"Saya sampaikan dua perspektif. Perspektif pertama, dari sisi perlindungan terhadap perempuan di saat krisis. Kita harus cegah diskriminasi terhadap perempuan, baik dari sisi ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap stimulus yang diberikan oleh pemerintah dan lain-lain," ujarnya.
"Perspektif kedua adalah memberdayakan perempuan agar dapat menjadi bagian dari upaya memerangi pandemi dan menghidupkan ekonomi. Singkatnya menjadikan perempuan sebagai “part of solution”," tukasnya.
"Indonesia berpartisipasi dalam Solidarity Trial yang bertujuan mempercepat penemuan kombinasi dari empat obat-obatan dan pengobatan yang paling efektif bagi COVID-19. Solidarity Trial melibatkan sedikitnya 90 negara dengan 900 pasien yang dipilih secara acak," ucap Retno pada Kamis (17/4/2020).
Di kesempatan yang sama, Retno juga menjelaskan, dia telah melakukan pertemuan virtual dengan sembilan Menteri Luar Negeri perempuan. Dalam pertemuan itu, jelas Retno, dibahas magnitude dari tantangan yang dihadapi saat ini.
Dia menuturkan, dalam situasi saat ini kerentanan terhadap perempuan dapat meningkat. Menurutnya, dalam situasi normalpun, banyak diskriminasi terjadi terhadap perempuan dan bukan tidak mungkin hal tersebut juga terjadi di saat krisis.
"Saya sampaikan dua perspektif. Perspektif pertama, dari sisi perlindungan terhadap perempuan di saat krisis. Kita harus cegah diskriminasi terhadap perempuan, baik dari sisi ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, akses terhadap stimulus yang diberikan oleh pemerintah dan lain-lain," ujarnya.
"Perspektif kedua adalah memberdayakan perempuan agar dapat menjadi bagian dari upaya memerangi pandemi dan menghidupkan ekonomi. Singkatnya menjadikan perempuan sebagai “part of solution”," tukasnya.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda