Bukan Invasi, China Bisa Pakai Taktik Kejam Ini untuk Hancurkan Taiwan
Selasa, 09 Februari 2021 - 10:41 WIB
BEIJING - China kemungkinan tidak akan menginvasi Taiwan , tetapi akan menggunakan "segala cara untuk berperang" untuk mencapai reunifikasi—termasuk pembunuhan politik, serangan siber, dan bahkan rudal "tersesat" ke wilayah sipil.
Itu adalah serangkaian taktik kejam yang bisa digunakan Beijing untuk menghancurkan Taipei tanpa invasi. Serangkaian taktik itu merupakan argumen yang dijabarkan dalam ringkasan kebijakan lembaga think tank China Matters yang diterbitkan pada hari Selasa (9/2/2021).
Taktik itu sejatinya bahwa gagasan lama bahwa invasi China terhadap Taiwan adalah asumsi yang ketinggalan zaman.
Sebaliknya, China di bawah Presiden Xi Jinping akan memaksa kepemimpinan Taiwan untuk mulai bernegosiasi melalui kampanye yang berlarut-larut dan intensif, yang menurut Amerika Serikat (AS) dan lainnya termasuk Australia akan "sangat sulit dilawan".
"Tidak ada tindakan individu oleh Republik Rakyat China yang memerlukan tanggapan militer, tetapi secara kolektif mereka dapat mengizinkan Beijing mencapai tujuannya," tulis direktur pendiri China Matters Linda Jakobson, yang mencatat bahwa itu telah menjadi pendekatan Beijing di Laut China Selatan.
Taiwan—secara resmi bernama Republik China—tidak pernah menyerah sejak tahun 1949 setelah perang saudara. Partai Komunis China secara resmi memandang Taiwan sebagai provinsi nakal dan telah lama bersumpah untuk merebut kembali negara pulau yang memiliki pemerintahan sendiri berpenduduk 23 juta orang itu.
"Tidak seperti mantan penguasa China, bagaimanapun, Presiden Xi tidak lagi siap untuk meninggalkan penyatuan daratan (China) dan Taiwan ke generasi mendatang," tulis Jakobson, seperti dikutip news.com.au. "Dan telah mengulangi pesan pendahulunya bahwa Beijing tidak akan meninggalkan penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuannya."
“Ancaman ini kredibel,” lanjut Jakobson. "Penyatuan adalah pusat legitimasi Partai Komunis China dan visi Xi tentang 'Impian China'.”
Itu adalah serangkaian taktik kejam yang bisa digunakan Beijing untuk menghancurkan Taipei tanpa invasi. Serangkaian taktik itu merupakan argumen yang dijabarkan dalam ringkasan kebijakan lembaga think tank China Matters yang diterbitkan pada hari Selasa (9/2/2021).
Taktik itu sejatinya bahwa gagasan lama bahwa invasi China terhadap Taiwan adalah asumsi yang ketinggalan zaman.
Sebaliknya, China di bawah Presiden Xi Jinping akan memaksa kepemimpinan Taiwan untuk mulai bernegosiasi melalui kampanye yang berlarut-larut dan intensif, yang menurut Amerika Serikat (AS) dan lainnya termasuk Australia akan "sangat sulit dilawan".
"Tidak ada tindakan individu oleh Republik Rakyat China yang memerlukan tanggapan militer, tetapi secara kolektif mereka dapat mengizinkan Beijing mencapai tujuannya," tulis direktur pendiri China Matters Linda Jakobson, yang mencatat bahwa itu telah menjadi pendekatan Beijing di Laut China Selatan.
Taiwan—secara resmi bernama Republik China—tidak pernah menyerah sejak tahun 1949 setelah perang saudara. Partai Komunis China secara resmi memandang Taiwan sebagai provinsi nakal dan telah lama bersumpah untuk merebut kembali negara pulau yang memiliki pemerintahan sendiri berpenduduk 23 juta orang itu.
"Tidak seperti mantan penguasa China, bagaimanapun, Presiden Xi tidak lagi siap untuk meninggalkan penyatuan daratan (China) dan Taiwan ke generasi mendatang," tulis Jakobson, seperti dikutip news.com.au. "Dan telah mengulangi pesan pendahulunya bahwa Beijing tidak akan meninggalkan penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuannya."
“Ancaman ini kredibel,” lanjut Jakobson. "Penyatuan adalah pusat legitimasi Partai Komunis China dan visi Xi tentang 'Impian China'.”
tulis komentar anda