Roket Misi Bulan China Jatuh Tak Terkontrol Dekat Mauritania
Jum'at, 15 Mei 2020 - 21:45 WIB
BEIJING - Potongan roket China, Long March 5B (CZ-5B), jatuh tak terkontrol di Samudera Atlantik dekat pantai Mauritania.
Roket itu bagian dari eksperimen untuk mengirim manusia ke bulan pada masa depan. Roket diluncurkan ke angkasa pada 5 Mei sebelum bagian inti yang berbobot 18 ton jatuh tak terkontrol ke Bumi pada Senin (11/5), tepatnya di perairan pantai barat Mauritania.
Misi roket China itu adalah peluncurkan kapsul kargo dan pesawat antariksa generasi baru ke antariksa yang nantinya digunakan untuk mengirim astronot ke Bulan dari stasiun antariksa China.
Roket itu juga akan digunakan dalam pendaratan di Bulan yang ingin dilakukan China pada masa depan.
“Jatuhnya pecahan roket berbobot 17,8 ton itu dideteksi dan dilacak oleh unit Angkatan Udara Amerika Serikat, Skuadron Kontrol Antariksa ke-18, yang melacak serpihan antariksa di dalam orbit Bumi,” papar laporan MEMO.
Diduga pecahan roket itu jatuh di sekitar Afrika, AS, atau Australia yang sebagian besar diduga di perairan, dengan kecil kemungkinan jatuh di darat.
Jatuhnya serpihan benda antariksa dan sisa roket itu hampir selalu direncanakan oleh para operator, tapi kadang dikontrol saat kembali ke Bumi, hingga pendaratan tak terkontrol seperti ini jarang terjadi.
Sebagian besar pendaratan tak terkontrol dialami oleh roket Rusia, Salyut 7 pada 1991, yang berbobot 39 ton.
China mengalami kemajuan dalam program antariksa selama beberapa tahun terkahir, terutama untuk menyaingi AS. (Baca Juga: Jepang Mulai Keluar dari Darurat Virus, Tokyo Masuki ‘Normal Baru’)
Beijing juga bekerja sama dengan negara-negara Timur Tengah saat Iran dan Arab Saudi juga turut dalam perlombaan antariksa.
Iran meluncurkan satelit pertama ke orbit bulan lalu. AS mencurigai ambisi antariksa Iran itu sebagai bagian dari pengembangan teknologi rudal jarak jauh. (Baca Juga: Trump Tak Mau Bicara dengan Xi, Bisa Putus Hubungan dengan China)
Roket itu bagian dari eksperimen untuk mengirim manusia ke bulan pada masa depan. Roket diluncurkan ke angkasa pada 5 Mei sebelum bagian inti yang berbobot 18 ton jatuh tak terkontrol ke Bumi pada Senin (11/5), tepatnya di perairan pantai barat Mauritania.
Misi roket China itu adalah peluncurkan kapsul kargo dan pesawat antariksa generasi baru ke antariksa yang nantinya digunakan untuk mengirim astronot ke Bulan dari stasiun antariksa China.
Roket itu juga akan digunakan dalam pendaratan di Bulan yang ingin dilakukan China pada masa depan.
“Jatuhnya pecahan roket berbobot 17,8 ton itu dideteksi dan dilacak oleh unit Angkatan Udara Amerika Serikat, Skuadron Kontrol Antariksa ke-18, yang melacak serpihan antariksa di dalam orbit Bumi,” papar laporan MEMO.
Diduga pecahan roket itu jatuh di sekitar Afrika, AS, atau Australia yang sebagian besar diduga di perairan, dengan kecil kemungkinan jatuh di darat.
Jatuhnya serpihan benda antariksa dan sisa roket itu hampir selalu direncanakan oleh para operator, tapi kadang dikontrol saat kembali ke Bumi, hingga pendaratan tak terkontrol seperti ini jarang terjadi.
Sebagian besar pendaratan tak terkontrol dialami oleh roket Rusia, Salyut 7 pada 1991, yang berbobot 39 ton.
China mengalami kemajuan dalam program antariksa selama beberapa tahun terkahir, terutama untuk menyaingi AS. (Baca Juga: Jepang Mulai Keluar dari Darurat Virus, Tokyo Masuki ‘Normal Baru’)
Beijing juga bekerja sama dengan negara-negara Timur Tengah saat Iran dan Arab Saudi juga turut dalam perlombaan antariksa.
Iran meluncurkan satelit pertama ke orbit bulan lalu. AS mencurigai ambisi antariksa Iran itu sebagai bagian dari pengembangan teknologi rudal jarak jauh. (Baca Juga: Trump Tak Mau Bicara dengan Xi, Bisa Putus Hubungan dengan China)
(sya)
tulis komentar anda