Dehumanisasi Wanita Uighur, Twitter Gembok Akun Kedubes China
Jum'at, 22 Januari 2021 - 01:44 WIB
WASHINGTON - Raksasa media sosial, Twitter , mengunci akun milik Kedutaan Besar (Kedubes) China di Washington. Itu dilakukan setelah misi diplomatik China untuk Amerika Serikat (AS) tersebut membuat tweet yang menyatakan bahwa wanita Uighur di Xinjiang telah dibebaskan dan tidak lagi menjadi "mesin pembuat bayi".
Twitter mengatakan tweet pada 7 Januari itu melanggar kebijakannya tentang dehumanisasi.
“Dehumanisasi sekelompok orang berdasarkan agama, kasta, usia, kecacatan, penyakit serius, asal kebangsaan, ras, atau etnis dilarang," menurut kebijakan itu seperti dikutip dari AP, Jumat (22/1/2021).
Sejak saat itu, tidak ada tweet dari akun Kedutaan Besar China sejak 8 Januari. Untuk membuka akun, pihak Kedutaan Besar China harus menghapus tweet tersebut.
Kedutaan Besar China di AS tidak menanggapi permintaan komentar.
Sebelumnya lengser, salah satu tindakan terakhir pemerintahan Trump minggu ini adalah menyatakan bahwa kebijakan dan tindakan China terkait Muslim dan etnis minoritas di wilayah Xinjiang barat merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.
Alasan utama deklarasi itu adalah pengendalian kelahiran secara paksa terhadap etnis Uighur, yang didokumentasikan oleh The Associated Press tahun lalu. Alasan lain yang dikutip, kerja paksa Uighur, juga dikaitkan oleh pelaporan AP ke berbagai produk yang diimpor ke AS, termasuk pakaian dan barang elektronik seperti kamera dan monitor komputer.
Tetapi pada hari Rabu, sehari setelah Menteri Luar Negeri AS saat itu Mike Pompeo mengklasifikasikan tindakan China sebagai genosida, Kementerian Luar Negeri China menggambarkan Pompeo sebagai badut hari kiamat dan mengatakan tudingan itu hanyalah sepotong kertas sampah.
Twitter mengatakan tweet pada 7 Januari itu melanggar kebijakannya tentang dehumanisasi.
“Dehumanisasi sekelompok orang berdasarkan agama, kasta, usia, kecacatan, penyakit serius, asal kebangsaan, ras, atau etnis dilarang," menurut kebijakan itu seperti dikutip dari AP, Jumat (22/1/2021).
Sejak saat itu, tidak ada tweet dari akun Kedutaan Besar China sejak 8 Januari. Untuk membuka akun, pihak Kedutaan Besar China harus menghapus tweet tersebut.
Kedutaan Besar China di AS tidak menanggapi permintaan komentar.
Sebelumnya lengser, salah satu tindakan terakhir pemerintahan Trump minggu ini adalah menyatakan bahwa kebijakan dan tindakan China terkait Muslim dan etnis minoritas di wilayah Xinjiang barat merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida.
Alasan utama deklarasi itu adalah pengendalian kelahiran secara paksa terhadap etnis Uighur, yang didokumentasikan oleh The Associated Press tahun lalu. Alasan lain yang dikutip, kerja paksa Uighur, juga dikaitkan oleh pelaporan AP ke berbagai produk yang diimpor ke AS, termasuk pakaian dan barang elektronik seperti kamera dan monitor komputer.
Tetapi pada hari Rabu, sehari setelah Menteri Luar Negeri AS saat itu Mike Pompeo mengklasifikasikan tindakan China sebagai genosida, Kementerian Luar Negeri China menggambarkan Pompeo sebagai badut hari kiamat dan mengatakan tudingan itu hanyalah sepotong kertas sampah.
(ber)
tulis komentar anda