Netanyahu Desak Presiden Joe Biden Perkuat Aliansi AS-Israel
Kamis, 21 Januari 2021 - 10:41 WIB
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mendesak Presiden baru Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk memperkuat aliansi lama antara kedua negara. Menurutnya, aliansi perlu diperkuat, sebagian untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Iran.
"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk lebih memperkuat aliansi AS-Israel, untuk terus memperluas perdamaian antara Israel dan dunia Arab dan untuk menghadapi tantangan bersama, terutama ancaman yang ditimbulkan oleh Iran," kata Netanyahu pada hari Rabu, yang dilansir AFP, Kamis (21/1/2021).
Pemimpin Israel itu berbicara dalam sebuah video yang memberi ucapan selamat kepada Biden beberapa saat setelah dia dilantik sebagai presiden AS, menggantikan Donald Trump.
Netanyahu, yang menyebut Trump sebagai "sahabat" Israel di Gedung Putih, mencatat bahwa dia memiliki persahabatan pribadi yang hangat selama beberapa dekade dengan Biden.
Sementara itu, kelompok Hamas yang mengontrol Jalur Gaza, Palestina, mengatakan "tidak menyesal" melihat Trump lengser. Menurut Hamas, Trump sumber utama dunia sebagai sponsor penindasan, kekerasan, dan ekstremisme dan bermitra dalam agresi Israel terhadap Palestina.
"Biden harus memperbaiki jalur sejarah yang salah dari kebijakan Amerika yang menindas rakyat kami, dan mengakhiri kebijakan yang bertujuan menghancurkan perjuangan Palestina," kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum.
Kepresidenan Palestina mengecam Netanyahu, yang pada hari Minggu mengumumkan bahwa Israel menyetujui 780 rumah pemukim baru di Tepi Barat yang diduduki, menjelang pemilihan umum Maret.
Semua permukiman Yahudi di Tepi Barat dianggap ilegal oleh banyak komunitas internasional.
Tetapi pemerintahan Trump, yang melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun, menyatakan pada akhir 2019 bahwa Washington tidak lagi menganggap permukiman sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Netanyahu menyambut Biden dengan permukiman," kata Nabil Abu Rudeina, juru bicara presiden Palestina Mahmoud Abbas, hari Rabu. "Tujuan satu-satunya adalah untuk menghancurkan solusi dua negara."
Di bawah Trump, Amerika Serikat juga mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang "tidak terbagi" dan memindahkan kedutaannya ke sana, yang memicu kemarahan Palestina.
“Kami berharap kehadiran Biden menjadi kesempatan untuk menerapkan hukum internasional dan menyelesaikan konflik, mendirikan negara Palestina merdeka dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina,” kata Jibril Rajub, pejabat senior dari Partai Fatah atau partainya Abbas.
"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk lebih memperkuat aliansi AS-Israel, untuk terus memperluas perdamaian antara Israel dan dunia Arab dan untuk menghadapi tantangan bersama, terutama ancaman yang ditimbulkan oleh Iran," kata Netanyahu pada hari Rabu, yang dilansir AFP, Kamis (21/1/2021).
Pemimpin Israel itu berbicara dalam sebuah video yang memberi ucapan selamat kepada Biden beberapa saat setelah dia dilantik sebagai presiden AS, menggantikan Donald Trump.
Netanyahu, yang menyebut Trump sebagai "sahabat" Israel di Gedung Putih, mencatat bahwa dia memiliki persahabatan pribadi yang hangat selama beberapa dekade dengan Biden.
Sementara itu, kelompok Hamas yang mengontrol Jalur Gaza, Palestina, mengatakan "tidak menyesal" melihat Trump lengser. Menurut Hamas, Trump sumber utama dunia sebagai sponsor penindasan, kekerasan, dan ekstremisme dan bermitra dalam agresi Israel terhadap Palestina.
"Biden harus memperbaiki jalur sejarah yang salah dari kebijakan Amerika yang menindas rakyat kami, dan mengakhiri kebijakan yang bertujuan menghancurkan perjuangan Palestina," kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum.
Kepresidenan Palestina mengecam Netanyahu, yang pada hari Minggu mengumumkan bahwa Israel menyetujui 780 rumah pemukim baru di Tepi Barat yang diduduki, menjelang pemilihan umum Maret.
Baca Juga
Semua permukiman Yahudi di Tepi Barat dianggap ilegal oleh banyak komunitas internasional.
Tetapi pemerintahan Trump, yang melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun, menyatakan pada akhir 2019 bahwa Washington tidak lagi menganggap permukiman sebagai pelanggaran hukum internasional.
"Netanyahu menyambut Biden dengan permukiman," kata Nabil Abu Rudeina, juru bicara presiden Palestina Mahmoud Abbas, hari Rabu. "Tujuan satu-satunya adalah untuk menghancurkan solusi dua negara."
Di bawah Trump, Amerika Serikat juga mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang "tidak terbagi" dan memindahkan kedutaannya ke sana, yang memicu kemarahan Palestina.
“Kami berharap kehadiran Biden menjadi kesempatan untuk menerapkan hukum internasional dan menyelesaikan konflik, mendirikan negara Palestina merdeka dan mengakhiri penderitaan rakyat Palestina,” kata Jibril Rajub, pejabat senior dari Partai Fatah atau partainya Abbas.
(min)
tulis komentar anda