Lavrov: Rusia Tidak Akan Paksa Pasukan AS untuk Keluar dari Suriah
Senin, 18 Januari 2021 - 21:01 WIB
MOSKOW - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan, Rusia tidak akan "memburu" pasukan Amerika Serikat (AS) dan memaksa mereka keluar dari Suriah. Rusia, jelas Lavrov, ingin terlibat dalam dialog dengan Washington dan mencoba untuk memastikan mereka patuh pada pengaturan tertentu.
"Ya, kami memiliki kontak dengan militer AS - bukan karena kami mengakui keabsahan kehadiran mereka di sana, tetapi hanya karena mereka harus bertindak dalam batas-batas tertentu," ucap Lavrov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (19/1/2021).
"Kami tidak dapat mengusir mereka keluar dari sana, kami tidak akan terlibat dalam permusuhan, tentu saja. Tapi, karena mereka sudah ada di sana, kami terlibat dalam dialog tentang apa yang disebut de-konflik, di mana kami berusaha untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan," sambungnya.
Lavrov mencatat bahwa Rusia bersikukuh bahwa tidak dapat diterima penggunaan kekerasan untuk mencegah Suriah mendapatkan hak mereka. Dia mengingatkan bahwa Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, yang diadopsi dengan suara bulat, menuntut untuk menghormati kedaulatan, integritas wilayah dan kemerdekaan politik Suriah.
Baca Juga: 5 Peristiwa Genosida Paling Kejam Dalam Sejarah Modern
"Apa yang dilakukan AS di Suriah, tentu saja, merupakan pelanggaran terang-terangan atas resolusi ini. Garis Washington tentang pemblokiran pengiriman bantuan kemanusiaan ke Republik Arab Suriah melalui semua cara pemerasan dan ultimatum yang mungkin, merupakan pelanggaran resolusi ini, juga."
Dia kemudian menunjukkan bahwa resolusi tersebut menuntut untuk memastikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah.
"AS melakukan segala yang mereka bisa untuk mencegah hal ini terjadi. Mereka memberlakukan sanksi paling keras, yang disebut Caesar Act," ujarnya.
Lihat Juga: 4 Alasan AS Takut dengan Rusia, Salah Satunya Memiliki Senjata Nuklir yang Modern dan Beragam
"Ya, kami memiliki kontak dengan militer AS - bukan karena kami mengakui keabsahan kehadiran mereka di sana, tetapi hanya karena mereka harus bertindak dalam batas-batas tertentu," ucap Lavrov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Selasa (19/1/2021).
"Kami tidak dapat mengusir mereka keluar dari sana, kami tidak akan terlibat dalam permusuhan, tentu saja. Tapi, karena mereka sudah ada di sana, kami terlibat dalam dialog tentang apa yang disebut de-konflik, di mana kami berusaha untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan," sambungnya.
Lavrov mencatat bahwa Rusia bersikukuh bahwa tidak dapat diterima penggunaan kekerasan untuk mencegah Suriah mendapatkan hak mereka. Dia mengingatkan bahwa Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, yang diadopsi dengan suara bulat, menuntut untuk menghormati kedaulatan, integritas wilayah dan kemerdekaan politik Suriah.
Baca Juga: 5 Peristiwa Genosida Paling Kejam Dalam Sejarah Modern
"Apa yang dilakukan AS di Suriah, tentu saja, merupakan pelanggaran terang-terangan atas resolusi ini. Garis Washington tentang pemblokiran pengiriman bantuan kemanusiaan ke Republik Arab Suriah melalui semua cara pemerasan dan ultimatum yang mungkin, merupakan pelanggaran resolusi ini, juga."
Dia kemudian menunjukkan bahwa resolusi tersebut menuntut untuk memastikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah.
"AS melakukan segala yang mereka bisa untuk mencegah hal ini terjadi. Mereka memberlakukan sanksi paling keras, yang disebut Caesar Act," ujarnya.
Lihat Juga: 4 Alasan AS Takut dengan Rusia, Salah Satunya Memiliki Senjata Nuklir yang Modern dan Beragam
(esn)
tulis komentar anda