Jet Tempur Siluman F-35 AS Miliki 871 Masalah, Termasuk 10 Cacat Kritis
Jum'at, 15 Januari 2021 - 01:04 WIB
WASHINGTON - Pesawat jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin Amerika Serikat (AS) masih memiliki 871 masalah perangkat keras dan perangkat lunak, termasuk sepuluh yang dikategorikan cacat kritis.
Itu merupakan laporan dari Kantor Uji dan Evaluasi Operasional (OTEO). Laporan tersebut, yang ditulis oleh direktur agensi Robert Behler dan diperoleh oleh Bloomberg sebelum dipublikasikan, mengatakan bahwa F-35 terus membawa sejumlah besar kekurangan, banyak di antaranya telah diidentifikasi sebelum fase pengembangan dan demonstrasi yang berakhir pada bulan April 2018.
Masalah-masalah tersebut dilaporkan mencakup sepuluh cacat kritis "Kategori 1", yakni masalah yang dapat membahayakan keselamatan pilot atau pesawat atau pun menurunkan efektivitas misi.
Namun, pihak Lockheed mengklaim masalahnya adalah cacat "Kategori 1B" yang tidak terlalu serius yang mungkin memiliki dampak kritis pada kesiapan misi, tetapi tidak membahayakan pilot atau pesawat.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu mengindikasikan bahwa sekitar 70 persen dari masalah yang tersisa adalah masalah "prioritas rendah", atau yang sudah disampaikan ke Kantor Program Bersama (JPO) F-35—badan Pentagon yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan akuisisi—untuk penyelesaian.
Menurut Lockheed Martin, dari masalah-masalah "Kategori 1B", sembilan di antaranya telah menerima "rencana resolusi penutupan", dengan tujuh disampaikan kepada pemerintah yang menunggu tindakan.
Di antara masalah yang belum terselesaikan adalah masalah keamanan siber, serta jangka waktu yang lama untuk memperbaiki pesawat yang kompleks.
Mensimulasikan kinerja pesawat terhadap musuh hipotetis Rusia atau China adalah masalah lain yang diidentifikasi dalam laporan tersebut, dengan faktor yang mencegah pesawat disertifikasi sebagai pesawat siap tempur sepenuhnya. Simulasi untuk menguji kinerja F-35 terhadap pesaing sejenis dijadwalkan berlangsung pada bulan Desember, tetapi telah diundur, di mana peninjauan Kantor Uji dan Evaluasi Operasional selambat-lambatnya akhir Mei.
Jumlah 871 masalah yang terdaftar dalam laporan itu hanya dua lebih sedikit dari 873 masalah yang dilaporkan dalam penilaian serupa tahun lalu, tetapi jumlahnya turun dari laporan April 2018 yang menunjukkan pesawat memiliki 941 masalah atau kecacatan.
Lockheed telah membangun atau menerima pesanan untuk membangun hampir 1.000 unit F-35, dan mungkin membangun beberapa ribu lagi untuk militer AS dan selusin negara sekutu dalam beberapa dekade mendatang.
"Iterasi terbarunya, Block 4, memiliki berbagai masalah yang terkait dengan masalah yang sedang berlangsung dengan kualitas perangkat lunak awal," bunyi laporan yang ditulis Behler, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/1/2021). "Kemampuan uji laboratorium dan penerbangan yang terbatas, yang mengarah ke tingkat penemuan masalah yang tinggi selama pengujian dan operasi militer."
Peninjauan kembali dilakukan lebih dari seminggu sebelum Presiden terpilih Joe Biden menjabat. Pendahulunya, Donald Trump, menyetujui kelanjutan pengadaan F-35 meskipun menghabiskan waktu berbulan-bulan mengkritik Lockheed Martin karena biaya "di luar kendali".
Itu merupakan laporan dari Kantor Uji dan Evaluasi Operasional (OTEO). Laporan tersebut, yang ditulis oleh direktur agensi Robert Behler dan diperoleh oleh Bloomberg sebelum dipublikasikan, mengatakan bahwa F-35 terus membawa sejumlah besar kekurangan, banyak di antaranya telah diidentifikasi sebelum fase pengembangan dan demonstrasi yang berakhir pada bulan April 2018.
Masalah-masalah tersebut dilaporkan mencakup sepuluh cacat kritis "Kategori 1", yakni masalah yang dapat membahayakan keselamatan pilot atau pesawat atau pun menurunkan efektivitas misi.
Namun, pihak Lockheed mengklaim masalahnya adalah cacat "Kategori 1B" yang tidak terlalu serius yang mungkin memiliki dampak kritis pada kesiapan misi, tetapi tidak membahayakan pilot atau pesawat.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan itu mengindikasikan bahwa sekitar 70 persen dari masalah yang tersisa adalah masalah "prioritas rendah", atau yang sudah disampaikan ke Kantor Program Bersama (JPO) F-35—badan Pentagon yang bertanggung jawab untuk pengembangan dan akuisisi—untuk penyelesaian.
Menurut Lockheed Martin, dari masalah-masalah "Kategori 1B", sembilan di antaranya telah menerima "rencana resolusi penutupan", dengan tujuh disampaikan kepada pemerintah yang menunggu tindakan.
Di antara masalah yang belum terselesaikan adalah masalah keamanan siber, serta jangka waktu yang lama untuk memperbaiki pesawat yang kompleks.
Mensimulasikan kinerja pesawat terhadap musuh hipotetis Rusia atau China adalah masalah lain yang diidentifikasi dalam laporan tersebut, dengan faktor yang mencegah pesawat disertifikasi sebagai pesawat siap tempur sepenuhnya. Simulasi untuk menguji kinerja F-35 terhadap pesaing sejenis dijadwalkan berlangsung pada bulan Desember, tetapi telah diundur, di mana peninjauan Kantor Uji dan Evaluasi Operasional selambat-lambatnya akhir Mei.
Jumlah 871 masalah yang terdaftar dalam laporan itu hanya dua lebih sedikit dari 873 masalah yang dilaporkan dalam penilaian serupa tahun lalu, tetapi jumlahnya turun dari laporan April 2018 yang menunjukkan pesawat memiliki 941 masalah atau kecacatan.
Lockheed telah membangun atau menerima pesanan untuk membangun hampir 1.000 unit F-35, dan mungkin membangun beberapa ribu lagi untuk militer AS dan selusin negara sekutu dalam beberapa dekade mendatang.
"Iterasi terbarunya, Block 4, memiliki berbagai masalah yang terkait dengan masalah yang sedang berlangsung dengan kualitas perangkat lunak awal," bunyi laporan yang ditulis Behler, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/1/2021). "Kemampuan uji laboratorium dan penerbangan yang terbatas, yang mengarah ke tingkat penemuan masalah yang tinggi selama pengujian dan operasi militer."
Peninjauan kembali dilakukan lebih dari seminggu sebelum Presiden terpilih Joe Biden menjabat. Pendahulunya, Donald Trump, menyetujui kelanjutan pengadaan F-35 meskipun menghabiskan waktu berbulan-bulan mengkritik Lockheed Martin karena biaya "di luar kendali".
(min)
tulis komentar anda