Seperti Indonesia, Turki Juga Mulai Suntikkan Vaksin Sinovac China
Kamis, 14 Januari 2021 - 21:11 WIB
ISTANBUL - Indonesia dan Turki sama-sama memulai program vaksinasi untuk melawan virus corona baru (COVID-19) dengan suntikan CoronaVac , vaksin buatan Sinovac di China. Selain dengan vaksin yang sama, vaksinasi di kedua negara ini juga dilakukan bersamaan mulai Rabu (13/1/2021).
Di Indonesia, orang pertama yang disuntik CoronaVac adalah Presiden Joko Widodo. Sedangkan orang pertama di Turki yang disuntik vaksin serupa adalah Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.
CoronaVac buatan Sinovac secara resmi disetujui digunakan sebagai vaksin untuk COVID-19 di beberapa negara meskipun ada data yang kontradiktif tentang tingkat kemanjurannya.
Studi pendahuluan yang melibatkan lebih dari 7.000 sukarelawan di Turki menunjukkan CoronaVac efektif hingga 91,25 persen.
Tetapi uji coba yang lebih besar di Brazil menunjukkan kemanjuran 50,4 persen dan di Indonesia menunjukkan tingkat keberhasilan 65,3 persen. Data tingkat kemanjuran vaksin yang berbeda-beda ini telah meningkatkan kekhawatiran tentang transparansi dari pabrikan China.
Stasiun televisi Turki menyiarkan langsung para pejabat kesehatan saat disuntik dosis pertama vaksin untuk meningkatkan kesadaran dan penerimaan vaksin kepada publik.
"Warga kami tidak perlu khawatir," kata Profesor Recep Demirhan, kepala dokter di sebuah rumah sakit kota di Istanbul, kepada wartawan saat dia menerima suntikan vaksin.
"Kami telah melakukan uji pendahuluan terhadap semua vaksin yang masuk ke Turki dan aman," katanya lagi, seperti dikutip AFP, Kamis (14/1/2021).
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada November menunjukkan sekitar setengah dari responden Turki tidak mau divaksin.
Setelah mencakup 1,1 juta petugas kesehatan Turki, program vaksinasi akan berlanjut ke pekerja esensial dan orang-orang berusia 65 tahun ke atas.
“Upaya vaksinasi ini diperlukan untuk kembali ke cara hidup normal dan lama kami,” kata Koca. "Kami melihat cahaya di ujung terowongan dan saya yakin hari-hari mendatang akan cerah."
Turki telah menandatangani kontrak pesanan 50 juta dosis CoronaVac. Sebanyak 20 juta dari total pesanan akan tiba pada akhir bulan.
Kantor berita Anadolu melaporkan bahwa Turki juga mengirim 20.000 dosis ke Siprus utara, wilayah yang memisahkan diri dan hanya diakui oleh Ankara.
Pada bulan Desember, Turki juga mencapai kesepakatan untuk menerima 4,5 juta dosis jab Pfizer-BioNTech pada akhir Maret.
Para pejabat berharap untuk menerima hingga 30 juta dosis jab Pfizer-BioNTech, meskipun pembicaraan masih berlangsung.
Turki, yang telah mencatat 23.325 kematian akibat COVID-19 dan 2,3 juta infeksi virus, telah melihat jumlah kematian resmi hariannya turun kembali ke di bawah 200 setelah memberlakukan penguncian akhir pekan dan pembatasan harian lainnya pada November.
Bulan lalu, mereka mulai mewajibkan penumpang yang datang dari luar negeri untuk menyerahkan tes PCR negatif.
Di Indonesia, orang pertama yang disuntik CoronaVac adalah Presiden Joko Widodo. Sedangkan orang pertama di Turki yang disuntik vaksin serupa adalah Menteri Kesehatan Fahrettin Koca.
CoronaVac buatan Sinovac secara resmi disetujui digunakan sebagai vaksin untuk COVID-19 di beberapa negara meskipun ada data yang kontradiktif tentang tingkat kemanjurannya.
Studi pendahuluan yang melibatkan lebih dari 7.000 sukarelawan di Turki menunjukkan CoronaVac efektif hingga 91,25 persen.
Tetapi uji coba yang lebih besar di Brazil menunjukkan kemanjuran 50,4 persen dan di Indonesia menunjukkan tingkat keberhasilan 65,3 persen. Data tingkat kemanjuran vaksin yang berbeda-beda ini telah meningkatkan kekhawatiran tentang transparansi dari pabrikan China.
Stasiun televisi Turki menyiarkan langsung para pejabat kesehatan saat disuntik dosis pertama vaksin untuk meningkatkan kesadaran dan penerimaan vaksin kepada publik.
"Warga kami tidak perlu khawatir," kata Profesor Recep Demirhan, kepala dokter di sebuah rumah sakit kota di Istanbul, kepada wartawan saat dia menerima suntikan vaksin.
"Kami telah melakukan uji pendahuluan terhadap semua vaksin yang masuk ke Turki dan aman," katanya lagi, seperti dikutip AFP, Kamis (14/1/2021).
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada November menunjukkan sekitar setengah dari responden Turki tidak mau divaksin.
Setelah mencakup 1,1 juta petugas kesehatan Turki, program vaksinasi akan berlanjut ke pekerja esensial dan orang-orang berusia 65 tahun ke atas.
“Upaya vaksinasi ini diperlukan untuk kembali ke cara hidup normal dan lama kami,” kata Koca. "Kami melihat cahaya di ujung terowongan dan saya yakin hari-hari mendatang akan cerah."
Turki telah menandatangani kontrak pesanan 50 juta dosis CoronaVac. Sebanyak 20 juta dari total pesanan akan tiba pada akhir bulan.
Kantor berita Anadolu melaporkan bahwa Turki juga mengirim 20.000 dosis ke Siprus utara, wilayah yang memisahkan diri dan hanya diakui oleh Ankara.
Pada bulan Desember, Turki juga mencapai kesepakatan untuk menerima 4,5 juta dosis jab Pfizer-BioNTech pada akhir Maret.
Para pejabat berharap untuk menerima hingga 30 juta dosis jab Pfizer-BioNTech, meskipun pembicaraan masih berlangsung.
Turki, yang telah mencatat 23.325 kematian akibat COVID-19 dan 2,3 juta infeksi virus, telah melihat jumlah kematian resmi hariannya turun kembali ke di bawah 200 setelah memberlakukan penguncian akhir pekan dan pembatasan harian lainnya pada November.
Bulan lalu, mereka mulai mewajibkan penumpang yang datang dari luar negeri untuk menyerahkan tes PCR negatif.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda