Studi Ungkap Puluhan Juta Orang Terlantar Akibat Perang Kontra Teror AS

Senin, 11 Januari 2021 - 02:45 WIB
Di Suriah, AS terlibat di beberapa tingkat berbeda selama bertahun-tahun. Laporan itu sangat terpotong dalam analisisnya, hanya melihat lima provinsi tempat pasukan AS bertempur di darat - Aleppo, al-Hasakah, al-Raqqa, Deir ez-Zor dan Homs - dan hanya sejak 2017.

Dengan kriteria tersebut, 7,1 juta orang telah mengungsi, termasuk 470 ribu orang di dalam negeri. Namun, 220 ribu di antaranya baru terjadi sejak Oktober 2019, ketika invasi Turki ke Suriah timur mendorong 220 ribu orang Kurdi dari rumah mereka, termasuk 17.900 orang yang melintasi perbatasan ke Irak untuk keselamatan.

(Baca: Covid-19 dan Perang Membuat 270 Juta Warga Dunia Terancam Kelaparan )

Namun, laporan tersebut mencatat bahwa jika metrik yang berbeda digunakan, salah satunya termasuk semua Suriah yang dimulai pada 2013, ketika AS mulai mempersenjatai milisi pemberontak Suriah, jumlah pengungsi meningkat secara besar-besaran menjadi antara 44 hingga 51 juta orang.

Di Somalia, di mana AS telah mengobarkan atau mendukung perang selama beberapa dekade, dari populasi 15 juta, sekitar 4,2 juta telah mengungsi akibat operasi AS, termasuk 80 ribu pengungsi dan 3,4 juta orang terlantar secara internal. Seperti Somalia, Yaman telah menyaksikan perang berkecamuk selama beberapa dekade.

AS memulai serangan udara di Yaman pada 2002, mengejar al-Qaeda di Semenanjung Arab, tetapi kondisinya memburuk secara dahsyat pada 2015, ketika Arab Saudi dan beberapa sekutunya, termasuk AS, melancarkan perang melawan gerakan Houthi Yaman.

(Baca: Perang Teluk Akan Kembali Pecah? )

“Dalam mendokumentasikan pengungsian yang disebabkan oleh perang pasca 11/9 AS, kami tidak menyarankan pemerintah AS atau AS sebagai negara yang bertanggung jawab penuh atas pengungsian tersebut. Penyebabnya tidak pernah sesederhana ini," kata para peneliti.

“Penyebab selalu melibatkan banyaknya kombatan dan aktor kuat lainnya, sejarah berabad-abad, dan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial skala besar. Bahkan dalam kasus yang paling sederhana, kondisi kemiskinan yang sudah ada sebelumnya, perubahan lingkungan, perang sebelumnya, dan bentuk kekerasan lainnya membentuk siapa yang mengungsi dan siapa yang tidak," tukasnya.
(esn)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More