AS Akan Pulangkan Kapal Induk Nimitz Penggertak Iran
Jum'at, 01 Januari 2021 - 09:26 WIB
WASHINGTON - Pentagon telah memutuskan akan memulangkan satu-satunya kapal induk Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di Timur Tengah. Kapal induk USS Nimitz sebelumnya dikirim ke Teluk Persia atau Teluk Arab, yang oleh media-media Amerika disebut untuk menggertak Iran .
Para pejabat Washington mengatakan pemulangan kapal induk itu akan mengurangi daya tembak Amerika di kawasan Timur Tengah di tengah ketegangan yang meningkat dengan rezim Teheran. (Baca: AS Kerahkan Kapal Induk Nimitz setelah Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh )
Keputusan tersebut, yang dikonfirmasi oleh tiga pejabat Pentagon tetapi belum diumumkan secara publik, muncul satu hari setelah pesawat pembom B-52 Angkatan Udara terbang tanpa henti dari Amerika Serikat ke Teluk Arab dalam unjuk kekuatan yang menurut pejabat militer dimaksudkan untuk memperingatkan Iran agar tidak menyerang pasukan atau kepentingan AS di Timur Tengah.
Para pejabat tidak berwenang untuk secara terbuka membahas keputusan tersebut dan berbicara dengan syarat anonim kepada AP,Kamis (31/12/2020).
Mengirim kapal induk USS Nimitz pulang ke Pantai Barat AS bertentangan dengan gagasan bahwa unjuk kekuatan diperlukan untuk mencegah Iran dari kenekatannya menyerang kepentingan Amerika di Timur Tengah. Pemulangan kapal ini juga mencerminkan adanya perpecahan dalam lembaga pertahanan Amerika tentang apakah Iran menimbulkan ancaman yang meningkat untuk menyerang di hari-hari terakhir pemerintahan Trump.
Awal pekan ini, seorang perwira militer Amerika yang dekat dengan situasi tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Iran telah membuat persiapan untuk kemungkinan menyerang target AS atau target sekutu AS di Irak atau di tempat lain di Timur Tengah. Ini adalah alasan untuk mengirim dua pesawat pembom B-52 dari AS untuk terbang sebentar di Teluk pada hari Rabu. (Baca juga: Video Parodi Indonesia Raya yang Hina Indonesia Ternyata Dibuat WNI )
Presiden Donald Trump baru-baru ini mengutip "obrolan" bahwa Iran kemungkinan akan menyerang. Beberapa hari setelah serangan roket pada 20 Desember di kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh kelompok milisi Syiah yang didukung Iran, Trump mengancam Iran melalui Twitter.
“Beberapa nasihat yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Coba pikirkan," tulis Trump pada 23 Desember. "Kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak," lanjut Trump.
Kekhawatiran AS itu telah dikaitkan dengan peringatan setahun serangan pesawat nirawak Amerika yang menewaskan komandan utama Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. Iran awalnya membalas dengan rentetan serangan rudal balistik di pangkalan militer di Irak yang dioperasikan tentara Amerika. Serangan itu menyebabkan banyak tentara AS menderita cedera gegar otak.
AS selama ini mempertahankan kehadiran kapal induk yang hampir terus-menerus di wilayah Teluk sejak USS Abraham Lincoln dikirim pada Mei 2019 di tengah kekhawatiran bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk menyerang kepentingan AS di wilayah tersebut. AS juga mengirim pesawat penyerang berbasis darat tambahan dan membangun kembali kehadiran pasukan di Arab Saudi.
USS Nimitz dikerahkan dari AS pada bulan April dan dijadwalkan kembali sebelum akhir tahun 2020. Pada awal Desember, rencana pemulangannya ditunda, sebagian karena kekhawatiran tentang potensi ancaman Iran, dan baru-baru ini diperintahkan untuk memberikan dukungan di lepas pantai Somalia untuk pergerakan pasukan Amerika ke luar negeri.
Para pejabat Washington mengatakan pemulangan kapal induk itu akan mengurangi daya tembak Amerika di kawasan Timur Tengah di tengah ketegangan yang meningkat dengan rezim Teheran. (Baca: AS Kerahkan Kapal Induk Nimitz setelah Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh )
Keputusan tersebut, yang dikonfirmasi oleh tiga pejabat Pentagon tetapi belum diumumkan secara publik, muncul satu hari setelah pesawat pembom B-52 Angkatan Udara terbang tanpa henti dari Amerika Serikat ke Teluk Arab dalam unjuk kekuatan yang menurut pejabat militer dimaksudkan untuk memperingatkan Iran agar tidak menyerang pasukan atau kepentingan AS di Timur Tengah.
Para pejabat tidak berwenang untuk secara terbuka membahas keputusan tersebut dan berbicara dengan syarat anonim kepada AP,Kamis (31/12/2020).
Mengirim kapal induk USS Nimitz pulang ke Pantai Barat AS bertentangan dengan gagasan bahwa unjuk kekuatan diperlukan untuk mencegah Iran dari kenekatannya menyerang kepentingan Amerika di Timur Tengah. Pemulangan kapal ini juga mencerminkan adanya perpecahan dalam lembaga pertahanan Amerika tentang apakah Iran menimbulkan ancaman yang meningkat untuk menyerang di hari-hari terakhir pemerintahan Trump.
Awal pekan ini, seorang perwira militer Amerika yang dekat dengan situasi tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa AS telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Iran telah membuat persiapan untuk kemungkinan menyerang target AS atau target sekutu AS di Irak atau di tempat lain di Timur Tengah. Ini adalah alasan untuk mengirim dua pesawat pembom B-52 dari AS untuk terbang sebentar di Teluk pada hari Rabu. (Baca juga: Video Parodi Indonesia Raya yang Hina Indonesia Ternyata Dibuat WNI )
Presiden Donald Trump baru-baru ini mengutip "obrolan" bahwa Iran kemungkinan akan menyerang. Beberapa hari setelah serangan roket pada 20 Desember di kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad oleh kelompok milisi Syiah yang didukung Iran, Trump mengancam Iran melalui Twitter.
“Beberapa nasihat yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Coba pikirkan," tulis Trump pada 23 Desember. "Kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak," lanjut Trump.
Kekhawatiran AS itu telah dikaitkan dengan peringatan setahun serangan pesawat nirawak Amerika yang menewaskan komandan utama Iran, Jenderal Qassem Soleimani, di Baghdad, Irak, pada 3 Januari 2020. Iran awalnya membalas dengan rentetan serangan rudal balistik di pangkalan militer di Irak yang dioperasikan tentara Amerika. Serangan itu menyebabkan banyak tentara AS menderita cedera gegar otak.
AS selama ini mempertahankan kehadiran kapal induk yang hampir terus-menerus di wilayah Teluk sejak USS Abraham Lincoln dikirim pada Mei 2019 di tengah kekhawatiran bahwa Iran sedang mempertimbangkan untuk menyerang kepentingan AS di wilayah tersebut. AS juga mengirim pesawat penyerang berbasis darat tambahan dan membangun kembali kehadiran pasukan di Arab Saudi.
USS Nimitz dikerahkan dari AS pada bulan April dan dijadwalkan kembali sebelum akhir tahun 2020. Pada awal Desember, rencana pemulangannya ditunda, sebagian karena kekhawatiran tentang potensi ancaman Iran, dan baru-baru ini diperintahkan untuk memberikan dukungan di lepas pantai Somalia untuk pergerakan pasukan Amerika ke luar negeri.
(min)
tulis komentar anda