Hampir 2 Juta Warga Amerika Serikat telah Divaksinasi Covid-19
Selasa, 29 Desember 2020 - 00:02 WIB
WASHINGTON - Hampir dua juta orang di Amerika Serikat (AS) telah divaksinasi COVID-19 menurut data terbaru institut kesehatan publik nasional.
“Saat 1.944.585 orang telah disuntik vaksin COVID-19, ada 9.547.925 dosis yang didistribusikan pada Sabtu pukul 09.00 pagi,” ungkap data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
“Perbedaan besar antara angka-angka tersebut adalah hasil manajemen stok vaksin yang tersedia berdasarkan yurisdiksi dan penundaan dalam pelaporan dosis yang diberikan,” papar CDC.
CDC menjelaskan, penyedia layanan kesehatan melaporkan dosis vaksin ke badan kesehatan masyarakat negara bagian, teritorial dan lokal hingga 72 jam setelah pemberian. (Baca Juga: Awas, Rilis Data Tak Lengkap Bisa Rusak Kepercayaan pada Vaksin Sinovac)
Perusahaan farmasi AS, Pfizer, dan mitranya dari Jerman, BioNTech, mengumumkan mereka membuat perjanjian kedua dengan pemerintah AS untuk memasok tambahan 100 juta dosis paling lambat 31 Juli, di mana mereka akan menerima dana USD1,95 miliar lagi. (Lihat Infografis: Didukung Teknologi Informasi, Ini Pekerjaan Favorit di Masa Depan)
Perjanjian tersebut menggandakan jumlah total dosis yang harus diberikan perusahaan untuk pasar AS sebagai bagian dari Operation Warp Speed pemerintahan Presiden Donald Trump. (Lihat Video: Ratusan Rumah di Tiga Desa di Langkat Terendam Banjir)
Setelah Wakil Presiden Mike Pence menjadi pejabat tinggi AS pertama yang mendapatkan vaksinasi pada siaran langsung 18 Desember, dia diikuti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, dan beberapa anggota parlemen lainnya.
Presiden terpilih Joe Biden dan istrinya Jill Biden juga menerima dosis pertama vaksin mereka Senin lalu.
Trump, di sisi lain, sejauh ini tetap tidak terlihat saat negara itu menggelar kampanye vaksinasi terbesar dalam sejarah AS.
Presiden Trump pulih dari COVID-19 pada Oktober setelah dia menerima terapi antibodi monoklonal eksperimental.
“Trump harus menunggu setidaknya 90 hari setelah perawatannya untuk mendapatkan vaksinasi demi menghindari kemungkinan gangguan,” ungkap CDC.
Survei baru-baru ini di AS menunjukkan hanya setengah dari populasi yang ingin menerima suntikan vaksin COVID-19, sementara seperempat orang dewasa tidak yakin apakah mereka ingin mendapatkan vaksinasi virus corona.
Survei itu dilakukan Associated Press dan NORC Center for Public Affairs Research yang dirilis pada 9 Desember.
Banyak warga yang ragu-ragu mengkhawatirkan keselamatan mereka. “Mereka ingin melihat bagaimana hasil vaksinasi awal,” ungkap hasil survei yang dilakukan pada 1.117 orang dewasa Amerika antara 3-7 Desember.
Setidaknya 70% populasi AS perlu mendapat vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan, menurut para ahli kesehatan.
AS masih memimpin dunia dengan lebih dari 19,1 juta kasus corona dan lebih dari 333.000 kematian akibat pandemi itu, menurut data terbaru Universitas Johns Hopkins.
“Saat 1.944.585 orang telah disuntik vaksin COVID-19, ada 9.547.925 dosis yang didistribusikan pada Sabtu pukul 09.00 pagi,” ungkap data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
“Perbedaan besar antara angka-angka tersebut adalah hasil manajemen stok vaksin yang tersedia berdasarkan yurisdiksi dan penundaan dalam pelaporan dosis yang diberikan,” papar CDC.
CDC menjelaskan, penyedia layanan kesehatan melaporkan dosis vaksin ke badan kesehatan masyarakat negara bagian, teritorial dan lokal hingga 72 jam setelah pemberian. (Baca Juga: Awas, Rilis Data Tak Lengkap Bisa Rusak Kepercayaan pada Vaksin Sinovac)
Perusahaan farmasi AS, Pfizer, dan mitranya dari Jerman, BioNTech, mengumumkan mereka membuat perjanjian kedua dengan pemerintah AS untuk memasok tambahan 100 juta dosis paling lambat 31 Juli, di mana mereka akan menerima dana USD1,95 miliar lagi. (Lihat Infografis: Didukung Teknologi Informasi, Ini Pekerjaan Favorit di Masa Depan)
Perjanjian tersebut menggandakan jumlah total dosis yang harus diberikan perusahaan untuk pasar AS sebagai bagian dari Operation Warp Speed pemerintahan Presiden Donald Trump. (Lihat Video: Ratusan Rumah di Tiga Desa di Langkat Terendam Banjir)
Setelah Wakil Presiden Mike Pence menjadi pejabat tinggi AS pertama yang mendapatkan vaksinasi pada siaran langsung 18 Desember, dia diikuti Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, dan beberapa anggota parlemen lainnya.
Presiden terpilih Joe Biden dan istrinya Jill Biden juga menerima dosis pertama vaksin mereka Senin lalu.
Trump, di sisi lain, sejauh ini tetap tidak terlihat saat negara itu menggelar kampanye vaksinasi terbesar dalam sejarah AS.
Presiden Trump pulih dari COVID-19 pada Oktober setelah dia menerima terapi antibodi monoklonal eksperimental.
“Trump harus menunggu setidaknya 90 hari setelah perawatannya untuk mendapatkan vaksinasi demi menghindari kemungkinan gangguan,” ungkap CDC.
Survei baru-baru ini di AS menunjukkan hanya setengah dari populasi yang ingin menerima suntikan vaksin COVID-19, sementara seperempat orang dewasa tidak yakin apakah mereka ingin mendapatkan vaksinasi virus corona.
Survei itu dilakukan Associated Press dan NORC Center for Public Affairs Research yang dirilis pada 9 Desember.
Banyak warga yang ragu-ragu mengkhawatirkan keselamatan mereka. “Mereka ingin melihat bagaimana hasil vaksinasi awal,” ungkap hasil survei yang dilakukan pada 1.117 orang dewasa Amerika antara 3-7 Desember.
Setidaknya 70% populasi AS perlu mendapat vaksin untuk mencapai kekebalan kawanan, menurut para ahli kesehatan.
AS masih memimpin dunia dengan lebih dari 19,1 juta kasus corona dan lebih dari 333.000 kematian akibat pandemi itu, menurut data terbaru Universitas Johns Hopkins.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda