Diancam Trump, Iran Siagakan Sistem Rudal di Dekat Situs Nuklirnya
Jum'at, 25 Desember 2020 - 14:52 WIB
TEHERAN - Iran dilaporkan menyiagakan beberapa sistem pertahanan rudal di dekat dua situs nuklirnya. Senjata pertahanan itu dikerahkan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menyerang Iran di tengah ketegangan kedua negara yang kian memanas.
Surat kabar Kuwait;Al-Qabas, yang mengutip sumber Iran, melaporkan bahwa militer negara para Mullah itu telah meningkatkan pertahanannya di sekitar situs pengayaan uranium di Fordo dan Natanz. Kedua fasilitas itu dianggap sebagai dua situs nuklir utama Iran.(Baca: Trump Ancam Iran setelah Kedutaan AS di Irak Dihujani Roket )
Sumber itu mengatakan kepadaAl-Qabas, yang dilansir Jumat (25/12/2020), bahwa Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah mengerahkan sistem rudal "Power 737" serta rudal pertahanan udara "SAM" Rusia di sekitar kedua situs pengayaan uranium.
Ketegangan telah memanas antara AS dan Iran selama minggu-minggu terakhir kepresidenan Trump, di tengah kekhawatiran bahwa langkah gegabah lainnya dapat membuat Presiden terpilih AS, Joe Biden, menderita sakit kepala diplomatik di Timur Tengah.
Dalam tweet pagi ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan; "Trump akan memikul tanggung jawab penuh atas petualangan apa pun yang akan dilakukannya."
"Terakhir kali, AS menghancurkan wilayah kami karena fabrikasi WMD (senjata pemusanah massal), menghabiskan USD7 triliun dan menyebabkan 58.976 korban Amerika," katanya.
Presiden Trump telah mengancam akan menyerang Iran menyusul serangan roket ke Kedutaan AS di Baghdad awal pekan ini.(Baca juga: Roket-roket Katysuha Hujani Kedutaan AS di Zona Hijau Irak )
"Kedutaan kami di Baghdad dihantam oleh beberapa roket pada hari Minggu. Tiga roket gagal diluncurkan," tulis Trump di Twitter pada Rabu lalu.
“Tebak dari mana asalnya: Iran. Sekarang kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak," lanjut presiden, dengan memajang foto tiga roket.
“Beberapa nasihat kesehatan yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan itu," imbuh dia.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo telah menyalahkan Teheran, dan Komando Pusat AS mengatakan serangan itu hampir pasti dilakukan oleh kelompok milisi nakal yang didukung Iran.
Serangan roket di kompleks Kedutaan AS di Irak hanya berselang beberapa minggu setelah ilmuwan nuklir Iran; Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh dalam penyergapan di pinggiran Teheran bulan lalu.
Iran berjanji akan menyerang seperti guntur terhadap para pelaku, dan sejak itu menyalahkan Israel atas kematian Fakhrizadeh.
Setelah pembunuhan Fakhrizadeh, parlemen Iran menyetujui undang-undang yang membuka jalan untuk pengayaan uranium lebih lanjut dan memblokir inspeksi PBB atas situs-situs nuklirnya.
Menurut analisis New York Times, langkah itu bisa memberi Iran kemampuan untuk mengubah seluruh persediaan uraniumnya ke level bom dalam enam bulan.
Awal tahun ini Iran mengatakan "siap untuk perang" dengan AS saat meluncurkan rudal balistik baru. Militer Teheran juga mengungkapkan "kota rudal" bawah tanah yang penuh dengan roket dan bahan peledak.
Surat kabar Kuwait;Al-Qabas, yang mengutip sumber Iran, melaporkan bahwa militer negara para Mullah itu telah meningkatkan pertahanannya di sekitar situs pengayaan uranium di Fordo dan Natanz. Kedua fasilitas itu dianggap sebagai dua situs nuklir utama Iran.(Baca: Trump Ancam Iran setelah Kedutaan AS di Irak Dihujani Roket )
Sumber itu mengatakan kepadaAl-Qabas, yang dilansir Jumat (25/12/2020), bahwa Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran telah mengerahkan sistem rudal "Power 737" serta rudal pertahanan udara "SAM" Rusia di sekitar kedua situs pengayaan uranium.
Ketegangan telah memanas antara AS dan Iran selama minggu-minggu terakhir kepresidenan Trump, di tengah kekhawatiran bahwa langkah gegabah lainnya dapat membuat Presiden terpilih AS, Joe Biden, menderita sakit kepala diplomatik di Timur Tengah.
Dalam tweet pagi ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan; "Trump akan memikul tanggung jawab penuh atas petualangan apa pun yang akan dilakukannya."
"Terakhir kali, AS menghancurkan wilayah kami karena fabrikasi WMD (senjata pemusanah massal), menghabiskan USD7 triliun dan menyebabkan 58.976 korban Amerika," katanya.
Presiden Trump telah mengancam akan menyerang Iran menyusul serangan roket ke Kedutaan AS di Baghdad awal pekan ini.(Baca juga: Roket-roket Katysuha Hujani Kedutaan AS di Zona Hijau Irak )
"Kedutaan kami di Baghdad dihantam oleh beberapa roket pada hari Minggu. Tiga roket gagal diluncurkan," tulis Trump di Twitter pada Rabu lalu.
“Tebak dari mana asalnya: Iran. Sekarang kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak," lanjut presiden, dengan memajang foto tiga roket.
“Beberapa nasihat kesehatan yang bersahabat untuk Iran: Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan itu," imbuh dia.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo telah menyalahkan Teheran, dan Komando Pusat AS mengatakan serangan itu hampir pasti dilakukan oleh kelompok milisi nakal yang didukung Iran.
Serangan roket di kompleks Kedutaan AS di Irak hanya berselang beberapa minggu setelah ilmuwan nuklir Iran; Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh dalam penyergapan di pinggiran Teheran bulan lalu.
Iran berjanji akan menyerang seperti guntur terhadap para pelaku, dan sejak itu menyalahkan Israel atas kematian Fakhrizadeh.
Setelah pembunuhan Fakhrizadeh, parlemen Iran menyetujui undang-undang yang membuka jalan untuk pengayaan uranium lebih lanjut dan memblokir inspeksi PBB atas situs-situs nuklirnya.
Menurut analisis New York Times, langkah itu bisa memberi Iran kemampuan untuk mengubah seluruh persediaan uraniumnya ke level bom dalam enam bulan.
Awal tahun ini Iran mengatakan "siap untuk perang" dengan AS saat meluncurkan rudal balistik baru. Militer Teheran juga mengungkapkan "kota rudal" bawah tanah yang penuh dengan roket dan bahan peledak.
(min)
tulis komentar anda