Kasus Covid-19 Menurun, Iran-Irak Buka Masjid di 10 Terakhir Ramadhan

Kamis, 14 Mei 2020 - 11:06 WIB
Beberapa orang-orang tiba di depan situs suci Imamzadeh Saleh, Iran, untuk salat pada 29 April 2020. Foto/Fatemeh Bahrami/Anadolu
TEHERAN - Banyak negara di Timur Tengah kini fokus membuka kembali seluruh masjid setelah menurunnya penularan virus Covid-19. Iran dan Irak merupakan negara yang mengizinkan warganya menggelar salat tarawih di masjid menjelang 10 hari akhir di bulan suci Ramadan.

Langkah pembukaan kembali masjid ditempuh sebagai bagian dari tahapan pencabutan lockdown yang mengurung Iran selama beberapa bulan. Keputusan pembukaan kembali masjid dikeluarkan setelah lembaga terkait berkonsultasi dengan Kementerian Kesehatan. Hal itu diungkapkan Direktur Organisasi Pembangunan Islam, Mohammad Qomi. Qomi menambahkan, seluruh masjid sengaja dibuka setidaknya dalam tiga hari untuk memperingati sebuah acara keagamaan. Namun, sejauh ini tidak diketahui dengan pasti apakah masjid akan terus dibuka seterusnya mengingat kondisi di Iran belum kondusif.

Beberapa wilayah di Iran telah mengalami peningkatan infeksi setelah di wilayah lainnya meredup. Seperti dilansir Reuters, sebagian wilayah selatan Iran terpaksa memberlakukan lockdown pekan ini, terutama di kawasan Provinsi Khuzestan. (Baca: Di Tengah Pandemi COVID-19, Iran Izinkan Salah Jumat di 180 Kota)



Pada akhir pekan lalu, Iran telah memperbolehkan salat Jumat di 180 kota yang dianggap berisiko rendah terpapar Covid-19. Pemulihan itu disusul dengan adanya pembukaan kembali 132 masjid yang disebut terbebas dari serangan virus mematikan tersebut.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan sekolah juga akan dibuka kembali pekan depan. Sebelumnya, Iran sudah mencabut larangan perjalanan antarwilayah dan berbelanja di mal. Angka kematian akibat Covid-19 di Iran meningkat 45% dalam 24 jam terakhir atau total menjadi 6.685 orang. Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Kianush Jahanpur, mengatakan jumlah pasien Covid-19 di Iran kini mencapai 109.286 orang.

Iran dinilai tidak mau menerapkan lockdown terlalu lama karena akan merusak ekonomi nasional. Sebab, selain bisnis tidak akan berjalan, Iran masih dikenai sanksi dari Amerika Serikat atas tuduhan kepemilikan senjata pemusnah massal. (Baca juga:

Rouhani juga menggantikan Reza Rahmani oleh Hossein Modares Khiabani di atas kursi Menteri Industri Pertambangan dan Perdagangan. Namun, sejauh ini tidak diketahui kenapa Reza dilengserkan. Reza diyakini dipecat karena formasi yang ditawarkannya tidak sesuai dengan parlemen. Rouhani mendesak Khiabani untuk menstabilkan harga mobil, menghapus berbagai rintangan yang menghalangi produksi domestik, dan memperluas ekspor nonminyak.

Di kawasan yang dikuasai Pemerintah Regional Kurdi (KRG) di Irak, mulai memperlonggar lockdown sejak 13 Maret lalu. Mereka telah memutuskan untuk mencabut jam malam sejak 4 April silam dengan tetap membatasi pergerakan warganya. Pekan ini, pemerintah lokal mengizinkan pembukaan semua masjid untuk salat lima waktu dan tarawih. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More