Benny Gantz: Yerusalem Memiliki Ruang untuk Ibu Kota Palestina
Jum'at, 18 Desember 2020 - 11:02 WIB
TEL AVIV - Yerusalem memiliki ruang untuk Ibu Kota Palestina di masa depan. Hal itu dikatakan oleh Perdana Menteri pengganti sekaligus Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.
Gantz membuat pernyataan tersebut sambil juga memberikan jaminan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibu kota yang tidak terbagi.
"Yerusalem harus tetap bersatu, tetapi akan mendapat tempat bagi Ibu Kota Palestina," kata Gantz kepada surat kabar milik Saudi Asharq Al-Awsat dalam sebuah wawancara.
"Itu kota yang sangat luas, dipenuhi dengan tempat-tempat suci bagi kita semua," imbuhnya.
"Kami ingin Palestina memiliki perluasan geografis yang sesuai yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang nyaman tanpa hambatan," ujarnya seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (18/12/2020).
Gantz, yang telah menjabat sebagai perdana menteri pengganti sekaligus menteri pertahanan Israel sejak Mei, tidak merinci bagaimana Yerusalem bisa menjadi Ibu Kota Israel dan Palestina tanpa terpecah.(Baca juga: Operator Tank Tempur Israel Tak Sengaja Tembakkan Peluru ke Gaza )
Resolusi sebelumnya, termasuk rencana perdamaian pemerintahan Trump yang diumumkan awal tahun ini, telah mengusulkan Ibu Kota Palestina di pinggiran Yerusalem daripada di kota yang sebenarnya.
Proposal tersebut telah ditolak oleh Palestina, yang berusaha untuk melanjutkan kendali atas Yerusalem timur, yang diduduki dan dianeksasi secara ilegal oleh Israel setelah tahun 1967.
"Israel tidak akan mundur ke perbatasan sebelum 1967," tegas Gantz kepada Asharq Al-Awsat.
"Israel membutuhkan Lembah Jordan untuk kebutuhan pertahanannya," kata Gantz, mengacu pada lembah strategis dan subur yang membentuk sekitar 30 persen dari Tepi Barat yang diduduki.
Pemerintah Israel telah berulang kali menyatakan niat untuk menduduki Lembah Jordan, sebuah proposal yang didukung oleh pemerintahan Trump.(Baca juga: Hamas Nyatakan Siap Lanjutkan Proses Rekonsiliasi Palestina )
"Israel tidak akan mencaplok semua lembah," kata Gantz.
"Sebaliknya, negara akan mencaplok poin-poin strategis sebagai bagian dari negosiasi dengan kepemimpinan Palestina," jelas Menteri Pertahanan Israel itu.
"Begitu kita menyepakati masalah keamanan, solusi politik akan jauh lebih mudah," tukasnya.
Gantz yang mengepalai partai Biru dan Putih masuk ke pemerintahan sebagai bagian dari kesepakatan persatuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu awal tahun ini.
Komentar perdana menteri pengganti ini muncul ketika Israel semakin dekat untuk mengadakan pemilu keempatnya hanya dalam dua tahun.(Baca juga: Palestina Marah atas Normalisasi Israel-Maroko: Itu Dosa.... )
Jika anggota parlemen gagal mencapai tenggat 23 Desember untuk meloloskan anggaran negara 2020, Knesset secara otomatis akan bubar dan negara itu akan kembali ke tempat pemungutan suara tahun depan.
Gantz membuat pernyataan tersebut sambil juga memberikan jaminan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibu kota yang tidak terbagi.
"Yerusalem harus tetap bersatu, tetapi akan mendapat tempat bagi Ibu Kota Palestina," kata Gantz kepada surat kabar milik Saudi Asharq Al-Awsat dalam sebuah wawancara.
"Itu kota yang sangat luas, dipenuhi dengan tempat-tempat suci bagi kita semua," imbuhnya.
"Kami ingin Palestina memiliki perluasan geografis yang sesuai yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang nyaman tanpa hambatan," ujarnya seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (18/12/2020).
Gantz, yang telah menjabat sebagai perdana menteri pengganti sekaligus menteri pertahanan Israel sejak Mei, tidak merinci bagaimana Yerusalem bisa menjadi Ibu Kota Israel dan Palestina tanpa terpecah.(Baca juga: Operator Tank Tempur Israel Tak Sengaja Tembakkan Peluru ke Gaza )
Resolusi sebelumnya, termasuk rencana perdamaian pemerintahan Trump yang diumumkan awal tahun ini, telah mengusulkan Ibu Kota Palestina di pinggiran Yerusalem daripada di kota yang sebenarnya.
Proposal tersebut telah ditolak oleh Palestina, yang berusaha untuk melanjutkan kendali atas Yerusalem timur, yang diduduki dan dianeksasi secara ilegal oleh Israel setelah tahun 1967.
"Israel tidak akan mundur ke perbatasan sebelum 1967," tegas Gantz kepada Asharq Al-Awsat.
"Israel membutuhkan Lembah Jordan untuk kebutuhan pertahanannya," kata Gantz, mengacu pada lembah strategis dan subur yang membentuk sekitar 30 persen dari Tepi Barat yang diduduki.
Pemerintah Israel telah berulang kali menyatakan niat untuk menduduki Lembah Jordan, sebuah proposal yang didukung oleh pemerintahan Trump.(Baca juga: Hamas Nyatakan Siap Lanjutkan Proses Rekonsiliasi Palestina )
"Israel tidak akan mencaplok semua lembah," kata Gantz.
"Sebaliknya, negara akan mencaplok poin-poin strategis sebagai bagian dari negosiasi dengan kepemimpinan Palestina," jelas Menteri Pertahanan Israel itu.
"Begitu kita menyepakati masalah keamanan, solusi politik akan jauh lebih mudah," tukasnya.
Gantz yang mengepalai partai Biru dan Putih masuk ke pemerintahan sebagai bagian dari kesepakatan persatuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu awal tahun ini.
Komentar perdana menteri pengganti ini muncul ketika Israel semakin dekat untuk mengadakan pemilu keempatnya hanya dalam dua tahun.(Baca juga: Palestina Marah atas Normalisasi Israel-Maroko: Itu Dosa.... )
Jika anggota parlemen gagal mencapai tenggat 23 Desember untuk meloloskan anggaran negara 2020, Knesset secara otomatis akan bubar dan negara itu akan kembali ke tempat pemungutan suara tahun depan.
(ber)
tulis komentar anda