AS Akhirnya Sanksi Turki karena Beli Sistem Rudal S-400 Rusia

Selasa, 15 Desember 2020 - 06:06 WIB
“Detailnya akan sangat berarti. Ini bisa berubah menjadi softball. Jika ingin memberikan sanksi, sanksi itu tidak bisa hanya sekedar tanda," ujar Karako.

Waktu pemberian sanksi, lebih dari setahun setelah pengiriman sistem rudal, dapat berpotensi mengganggu hubungan antara Ankara dan Washington untuk pemerintahan Biden yang akan datang.

Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika meremehkan waktunya, dengan mengatakan bahwa proses penerapan sanksi "sangat serius" dan "konsultatif". (Baca juga: Pria Ini Naik ke Sayap Pesawat saat Penerbangan Siap Lepas Landas )

“Butuh waktu untuk menyelesaikan serangkaian masalah yang kompleks ini, termasuk, khususnya, fakta bahwa Turki adalah sekutu NATO, jadi saya tidak akan terlalu banyak membaca tentang waktu ini dan mengapa hari ini dan bukan kemarin atau tiga bulan yang lalu," Kata Matthew Palmer, wakil asisten sekretaris di Biro Urusan Eropa dan Eurasia, selama panggilan telepon dengan wartawan. "Ini adalah waktu yang diperlukan bagi kami untuk menyimpulkan proses konsultatif itu."

Pengumuman sanksi ini muncul datang kurang dari dua bulan setelah ada laporan bahwa militer Turki mulai menguji coba sistem rudal S-400.

Pada bulan Oktober, baik departemen Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri mengecam uji coba sistem rudal tersebut di lepas pantai Laut Hitam Turki.

"Amerika Serikat telah menyatakan kepada Pemerintah Turki, pada tingkat paling senior, bahwa akuisisi sistem militer Rusia seperti S-400 tidak dapat diterima," tulis juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus dalam pernyataan yang dikirim melalui email pada saat itu.

"Amerika Serikat telah memperjelas harapan kami bahwa sistem S-400 tidak boleh dioperasikan," imbuh dia.

"Kami keberatan dengan pembelian Turki atas sistem tersebut dan sangat prihatin dengan laporan bahwa Turki akan menjalankannya," kata kepala juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman dalam pernyataan yang dikirim melalui email kala itu. “Ini seharusnya tidak diaktifkan. Melakukannya berisiko menimbulkan konsekuensi serius bagi hubungan keamanan kita."

S-400, penerus sistem rudal S-200 dan S-300, memulai debutnya pada tahun 2007. Dibandingkan dengan sistem AS, S-400 buatan Rusia diyakini mampu menyerang lebih banyak target, pada jarak yang lebih jauh dan melawan berbagai ancaman secara bersamaan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More