Kasus Baru Bermunculan, Seluruh Penduduk Wuhan Akan Jalani Tes Corona
Selasa, 12 Mei 2020 - 18:38 WIB
BEIJING - Jutaan orang di Wuhan akan jalan tes virus Corona dalam beberapa hari mendatang. Hal itu dilakukan setelah munculnya sejumlah kasus baru setelah sempat menghilang.
Selama akhir pekan, enam kasus baru dilaporkan terjadi di kota yang sempat di kunci selama 76 hari itu. Tak satu pun dari kasus baru itu berasal dari luar negeri. Ini memicu kekhawatiran bahwa virus mematikan itu bisa menyebar kemb ali di kota tempat virus tersebut muncul pertama kali.
Mananggapi kemunculan kasus baru itu, pihak berwenang di Wuhan akan melakukan tes asam nukleat di seluruh kota selama 10 hari. Demikian laporan media yang dikelola pemerintah The Paper yang mengutip pemberitahuan darurat yang dikelurkan oleh otoritas setempat.
Tes asam nukleat bekerja dengan mendeteksi kode genetik virus, dan bisa lebih efektif dalam mendeteksi infeksi, terutama pada tahap awal, daripada tes yang memeriksa respon kekebalan tubuh, meskipun tes yang terakhir ini lebih mudah dilakukan.
Upaya penyaringan yang ambisius, yang digambarkan dalam laporan itu sebagai "pertempuran sepuluh hari," dapat menguji hingga 11 juta orang atau lebih dari seluruh populasi Yunani.
"Meskipun rasa sakit dan trauma ekonomi terus-menerus, bagaimanapun, Wuhan telah diangkat sebagai representasi dari respon efektif China terhadap pandemi, yang muncul seperti burung phoenix," bunyi kata-kata surat kabar yang didukung pemerintah China seperti dilansir dari CNN, Selasa (12/5/2020).
Kemunculan kembali virus tersebut telah menimbulkan konsekuensi bagi pemerintah daerah. Media pemerintah melaporkan pada hari Senin bahwa Zhang Yuxin, kepala pejabat Changqing, daerah di mana kasus-kasus baru telah terdeteksi, telah dicopot dari jabatannya karena kegagalannya dalam pencegahan epidemi dan pekerjaan pengendalian.
Sementara tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Wuhan pada hari Selasa, setiap peningkatan besar dalam jumlah sebagai hasil dari pengujian baru akan menimbulkan pertanyaan serius atas keakuratan dan transparansi angka sebelumnya. Para pejabat telah menghadapi tuduhan menutupi tingkat keparahan virus pada tahap paling awal pandemi ini, dan kebingungan mengenai angka-angka nasional China telah diciptakan oleh beberapa perubahan dalam prosedur diagnostik dan pelaporan.
Wuhan adalah kota pertama di dunia yang dikunci dan upaya besar telah dikeluarkan dalam upaya untuk menghilangkan virus Corona baru.
Kota ini secara bertahap kembali normal setelah 76 hari penguncian paksa dicabut pada 8 April, dengan penduduk akhirnya diizinkan keluar, meskipun banyak bisnis tetap tutup.
Wuhan juga bukan satu-satunya di China yang melaporkan kemunculan kasus baru COVID-19. Kota Shulan, di provinsi Jilin di timur laut negara itu ditempatkan di bawah "mode kendali masa perang" pada hari Minggu setelah 11 orang dipastikan terinfeksi virus.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Selama akhir pekan, enam kasus baru dilaporkan terjadi di kota yang sempat di kunci selama 76 hari itu. Tak satu pun dari kasus baru itu berasal dari luar negeri. Ini memicu kekhawatiran bahwa virus mematikan itu bisa menyebar kemb ali di kota tempat virus tersebut muncul pertama kali.
Mananggapi kemunculan kasus baru itu, pihak berwenang di Wuhan akan melakukan tes asam nukleat di seluruh kota selama 10 hari. Demikian laporan media yang dikelola pemerintah The Paper yang mengutip pemberitahuan darurat yang dikelurkan oleh otoritas setempat.
Tes asam nukleat bekerja dengan mendeteksi kode genetik virus, dan bisa lebih efektif dalam mendeteksi infeksi, terutama pada tahap awal, daripada tes yang memeriksa respon kekebalan tubuh, meskipun tes yang terakhir ini lebih mudah dilakukan.
Upaya penyaringan yang ambisius, yang digambarkan dalam laporan itu sebagai "pertempuran sepuluh hari," dapat menguji hingga 11 juta orang atau lebih dari seluruh populasi Yunani.
"Meskipun rasa sakit dan trauma ekonomi terus-menerus, bagaimanapun, Wuhan telah diangkat sebagai representasi dari respon efektif China terhadap pandemi, yang muncul seperti burung phoenix," bunyi kata-kata surat kabar yang didukung pemerintah China seperti dilansir dari CNN, Selasa (12/5/2020).
Kemunculan kembali virus tersebut telah menimbulkan konsekuensi bagi pemerintah daerah. Media pemerintah melaporkan pada hari Senin bahwa Zhang Yuxin, kepala pejabat Changqing, daerah di mana kasus-kasus baru telah terdeteksi, telah dicopot dari jabatannya karena kegagalannya dalam pencegahan epidemi dan pekerjaan pengendalian.
Sementara tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Wuhan pada hari Selasa, setiap peningkatan besar dalam jumlah sebagai hasil dari pengujian baru akan menimbulkan pertanyaan serius atas keakuratan dan transparansi angka sebelumnya. Para pejabat telah menghadapi tuduhan menutupi tingkat keparahan virus pada tahap paling awal pandemi ini, dan kebingungan mengenai angka-angka nasional China telah diciptakan oleh beberapa perubahan dalam prosedur diagnostik dan pelaporan.
Wuhan adalah kota pertama di dunia yang dikunci dan upaya besar telah dikeluarkan dalam upaya untuk menghilangkan virus Corona baru.
Kota ini secara bertahap kembali normal setelah 76 hari penguncian paksa dicabut pada 8 April, dengan penduduk akhirnya diizinkan keluar, meskipun banyak bisnis tetap tutup.
Wuhan juga bukan satu-satunya di China yang melaporkan kemunculan kasus baru COVID-19. Kota Shulan, di provinsi Jilin di timur laut negara itu ditempatkan di bawah "mode kendali masa perang" pada hari Minggu setelah 11 orang dipastikan terinfeksi virus.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ber)
tulis komentar anda