Analis: Biden akan Hadapi Tekanan Kuat Jika Ingin Kembali ke Kesepakatan Nuklir

Minggu, 06 Desember 2020 - 11:15 WIB
Ilustrasi
CALIFORNIA - Muhammad Sahimi, seorang profesor di University of Southern California di Los Angeles dan analis perkembangan politik Iran mengatakan, Joe Biden akan menghadapi tekanan kuat, baik dari dalam ataupun luar negeri jika ingin kembali ke kesepakatan nuklir. Tekanan itu, jelasnya, datang dari sekutu Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah , seperti Arab Saudi dan Israel .

Sahimi mengatakan, tekanan dan upaya untuk mencegah Biden membawa kembali AS ke dalam kesepakatan sudah dilakukan oleh pemerintahan Donald Trump, dengan menerapkan tekanan maksimum. Di akhir masa jabatannya, Trump menambahkan sanksi baru terhadap Iran, yang menambah buruk hubungan kedua negara.

(Baca: Iran Desak Biden Akhiri Perilaku Nakal AS )



"Selama hampir tiga tahun dan terutama beberapa bulan terakhir, pemerintahan Trump telah memberlakukan sanksi baru terhadap Iran secara praktis setiap minggu, sampai-sampai telah masuk ke dunia yang aneh. Sanksi terbaru seharusnya sebagai pembalasan atas dukungan Iran terhadap terorisme," ucapnya.

"Tujuannya adalah untuk meningkatkan biaya politik dari penangguhan atau pembatalan sanksi tersebut, karena jika pemerintahan Biden yang akan datang mencoba melakukan hal tersebut, maka harus menanggapi tuduhan mendukung negara teroris," sambungnya, saat melakukan wawancara dengan Sputnik.

Dia menyebut, ada juga spekulasi bahwa Trump dan/atau Israel mungkin menyerang Iran, yang akan menyebabkan perang besar yang selalu diinginkan Tel Aviv dan Riyadh, sehingga menutup pintu pada semua jenis diplomasi dengan Iran.

Disinggung seberapa besar kemungkinan upaya ini untuk berhasil mencegah pemerintah AS berikutnya menandatangani kesepakatan nuklir baru dengan Iran, dia menuturkan, itu semua tergantung pada seberapa tekad Biden dan timnya untuk memulihkan kesepakatan nuklir dan mengejar diplomasi dengan Iran.

(Baca: Kembali ke Perjanjian Nuklir Iran, Biden Siapkan Tuntutan Baru )

"Jika mereka benar-benar ingin memulihkan (JCPA), yang akan membuka pintu untuk diplomasi lebih lanjut, mereka akan melawan tekanan dalam negeri, dan (tekanan) oleh Israel, Uni Emirat Arab (UEA) dan Saudi, dan bergerak maju. Tampaknya Biden benar-benar ingin memulihkan JCPOA, tetapi kami harus menunggu dan melihat," ujarnya.

Dirinya menambahkan, mereka yang menolak kesepakatan nuklir adalah mereka yang ingin berperang dengan Iran dan mencoba menggulingkan rezim saat ini, yang menurutnya adalah delusional.

"Mereka memiliki ilusi bahwa Iran dapat digulingkan tanpa memulai perang yang akan melanda seluruh wilayah. Negara-negara dan faksi-faksi AS ini ingin, paling tidak, melanjutkan "kebijakan tekanan maksimum" dan memberikan sanksi penuh terhadap rakyat Iran, dengan harapan mereka akan bangkit dan menggulingkan rezim tersebut, yaitu fantasi lain," tukasnya.
(esn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More