Berbalas Pantun, China Sebut Tudingan AS 'Ramuan Kebohongan'
Jum'at, 04 Desember 2020 - 19:11 WIB
BEIJING - China membalas klaim ancaman terbesar bagi kebebasan dunia sejakPerang Dunia II yang dilontarkan bos mata-mata Amerika Serikat (AS). Beijing menilai tudingan itu hanya sebuah kebohongan.
Dalam kolom Wall Street Journal, John Ratcliffe, direktur intelijen nasional AS, mengatakan China bertekad mendominasi dunia dan AS perlu mempersiapkan "periode konfrontasi terbuka".
Sementara badan intelijen secara historis memprioritaskan keprihatinan atas Rusia dan kontra-terorisme, China harus menjadi fokus keamanan nasional utama AS, dia memperingatkan, dan itu menjadi ancaman terbesar bagi Amerika saat ini, dan ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia Dua.
Ratcliffe mengatakan China "secara teratur" mengarahkan operasi pengaruhnya di tanah AS, dan menargetkan anggota Kongres pada frekuensi enam kali lipat dari Rusia, dan 12 kali lipat dari Iran. Dia juga menuduh China mencuri teknologi AS untuk mendorong modernisasi besar Xi Jinping dari Tentara Pembebasan Rakyat. (Baca juga: Bos Mata-mata Trump: China Ancaman Terbesar bagi Kebebasan Dunia sejak PD II )
Pada jumpa pers reguler, juru bicara urusan luar negeri China, Hua Chunying, mengatakan artikel itu "hanya judul yang sensasional" dan tidak menunjukkan bukti nyata.
"Dia hanya melanjutkan dan mengulangi apa yang menurut saya merupakan 'ramuan kebohongan'," katanya.
"Kami berharap politisi Amerika menghormati fakta, berhenti membuat dan menjual berita palsu, berhenti memalsukan dan menyebarkan virus dan kebohongan politik, serta berhenti merusak hubungan China-AS, jika tidak, itu hanya akan semakin merusak kredibilitas Amerika Serikat," imbaunya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (4/12/2020).
Sebelumnya, juru bicara kedutaan besar China di AS mengatakan kepada Reuters bahwa komentar Ratcliffe mendistorsi fakta dan munafik, serta menunjukkan pola pikir perang dingin yang mengakar dan prasangka ideologis dari beberapa orang di pihak AS. (Baca juga: AS Perketat Aturan Visa untuk Anggota Partai Komunis China 'Jahat' )
Dalam kolom Wall Street Journal, John Ratcliffe, direktur intelijen nasional AS, mengatakan China bertekad mendominasi dunia dan AS perlu mempersiapkan "periode konfrontasi terbuka".
Sementara badan intelijen secara historis memprioritaskan keprihatinan atas Rusia dan kontra-terorisme, China harus menjadi fokus keamanan nasional utama AS, dia memperingatkan, dan itu menjadi ancaman terbesar bagi Amerika saat ini, dan ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia Dua.
Ratcliffe mengatakan China "secara teratur" mengarahkan operasi pengaruhnya di tanah AS, dan menargetkan anggota Kongres pada frekuensi enam kali lipat dari Rusia, dan 12 kali lipat dari Iran. Dia juga menuduh China mencuri teknologi AS untuk mendorong modernisasi besar Xi Jinping dari Tentara Pembebasan Rakyat. (Baca juga: Bos Mata-mata Trump: China Ancaman Terbesar bagi Kebebasan Dunia sejak PD II )
Pada jumpa pers reguler, juru bicara urusan luar negeri China, Hua Chunying, mengatakan artikel itu "hanya judul yang sensasional" dan tidak menunjukkan bukti nyata.
"Dia hanya melanjutkan dan mengulangi apa yang menurut saya merupakan 'ramuan kebohongan'," katanya.
"Kami berharap politisi Amerika menghormati fakta, berhenti membuat dan menjual berita palsu, berhenti memalsukan dan menyebarkan virus dan kebohongan politik, serta berhenti merusak hubungan China-AS, jika tidak, itu hanya akan semakin merusak kredibilitas Amerika Serikat," imbaunya seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (4/12/2020).
Sebelumnya, juru bicara kedutaan besar China di AS mengatakan kepada Reuters bahwa komentar Ratcliffe mendistorsi fakta dan munafik, serta menunjukkan pola pikir perang dingin yang mengakar dan prasangka ideologis dari beberapa orang di pihak AS. (Baca juga: AS Perketat Aturan Visa untuk Anggota Partai Komunis China 'Jahat' )
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda