Diancam China dengan 'Hukuman Abadi', Australia Dibela AS

Kamis, 03 Desember 2020 - 12:24 WIB
Dia mengatakan Australia telah bertanggung jawab dan terbuka tentang dugaan kejahatan yang dilakukan oleh tentaranya di Afghanistan. Dia lantas menuduh China menutupi pelanggaran hak asasi manusia dan asal-usul pandemi COVID-19.

Beijing, melalui editorial media pemerintah The Global Times, mengancam bahwa Australia akan "membayar mahal" karena berpihak pada AS.

“Tidak ada alasan bagi China untuk melanjutkan peredaan terhadap Australia,” bunyi editorial tersebut.

"Masyarakat China sangat menganjurkan hukuman yang tegas dan abadi terhadap Australia, agar dunia melihat dengan jelas—seseorang pada akhirnya akan membayar harga karena memihak AS dan membalas kebaikan dengan tidak berterima kasih kepada China.”

Senator partai sayap kanan Australia One Nation, Pauline Hanson, telah memimpin seruan agar warga Australia memboikot barang-barang buatan China. Dia menyerukan kebangkitan kembali industri manufaktur Australia, dengan alasan negaranya telah menjadi terlalu bergantung pada mitra dagang terbesarnya. (Baca juga: China Tolak Minta Maaf soal Foto Tentara Australia Pegang Pisau di Leher Anak Afghanistan )

“Anda mungkin berpikir itu sangat sulit. Sulit, saya mengerti," katanya dalam video Facebook pada Senin malam.

“Kita semua memiliki peran dalam hal ini. Pikirkan tentang hal ini ketika Anda membeli...lihat dari mana asalnya. Jika itu China, biarkan di rak."

Seruannya itu menanggapi China yang memberlakukan tarif hingga 212 persen untuk anggur Australia pada hari Jumat, yang oleh Menteri Perdagangan Simon Birmingham digambarkan sebagai "pukulan yang menghancurkan" bagi industri anggur.

Auswan, label dengan wajah mantan Duta Besar untuk Beijing Geoff Raby, dipukul dengan tarif yang jauh lebih rendah. Raby telah menjadi kritikus blakblakan tentang penanganan Canberra atas hubungannya dengan Beijing.

Namun Beijing memperingatkan Senator Hanson telah memperkirakan pentingnya Australia bagi China dan mengancam "hukuman abadi" untuk setiap boikot pembalasan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More