Lima Tahun Berturut-turut, Angka Kematian Global Akibat Terorisme Turun

Rabu, 25 November 2020 - 20:54 WIB
Lima tahun berturut-turut angka kematian akibat terorisme global turun. Foto/Ilustrasi/Sindonews
SYDNEY - Kematian akibat terorisme di seluruh dunia turun selama lima tahun berturut-turut menjadi 13.826 pada 2019 atau turun 15 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu, terjadi peningkatan serangan dari kelompok kanan jauh di Amerika Utara, Eropa Barat dan Oseania.

Begitu laporan Indeks Terorisme Global 2020 yang dirilis oleh Institute of Economics and Peace (IPE) pada Rabu (25/11/2020). Indeks tersebut mengumpulkan insiden, kematian, cedera, dan kerusakan properti yang disebabkan oleh serangan teroris.

"Pada 2019, kematian akibat terorisme turun untuk tahun kelima berturut-turut, setelah mencapai puncaknya pada 2014," kata laporan itu seperti dikutip dari Sputnik.

Menurut laporan itu penurunan terbesar dalam kematian terkait terorisme tercatat di Afghanistan dan Nigeria, dibandingkan dengan angka tahun sebelumnya. Sementara peningkatan terbesar terjadi di Burkina Faso, dimana kematian meningkat sebesar 590 persen.



Secara global, 103 negara menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan 35 yang memburuk, dan ada 63 negara yang mencatat setidaknya satu kematian akibat serangan teroris pada tahun 2019.

"Ini membuktikan bahwa meskipun secara keseluruhan jatuh, terorisme tetap menjadi ancaman yang signifikan dan serius di banyak belahan dunia," laporan itu menambahkan.

Laporan itu mengatakan Taliban adalah kelompok teroris paling mematikan di dunia pada 2019, meskipun kematian yang dikaitkan dengan organisasi Islam yang berbasis di Afghanistan itu menurun sebesar 18 persen tahun lalu.(Baca juga: NATO: AS Tarik Pasukan, Afghanistan Akan Jadi Sarang Teroris )

Di sisi lain, kekuatan dan pengaruh ISIS juga terus menurun, karena kelompok ekstrimis itu bertanggung jawab atas kurang dari 1.000 kematian untuk pertama kalinya sejak kelompok tersebut aktif.

Namun, yang perlu dicatat adalah kelompok afiliasi ISIS tetap aktif di seluruh dunia, dengan 27 negara mencatat serangan oleh ISIS atau afiliasinya, dan Afrika Sub-Sahara menjadi teater operasi utamanya tahun lalu. (Baca juga: ISIS Klaim Ledakan di Pemakaman Non Muslim Jeddah )

Indeks tersebut memiliki Afghanistan, Irak, Nigeria, Suriah, Somalia, Yaman, Pakistan, India, Republik Demokratik Kongo dan Filipina sebagai 10 besar negara yang mengalami dampak tertinggi dari terorisme pada tahun 2019. Sementara Amerika Tengah dan kawasan Karibia mencatat dampak terendah.(Baca juga: AS Tidak Tutup Kemungkinan Masukan Houthi Dalam Daftar Kelompok Teroris )

Untuk dunia Barat, IPE mengatakan ancaman serangan oleh organisasi politik sayap kanan telah meningkat 250 persen selama lima tahun terakhir di Amerika Utara, Eropa Barat, dan Oseania, di mana 89 kematian yang dikaitkan dengan teroris sayap kanan tercatat pada 2019.

"Salah satu tren yang lebih mengkhawatirkan dalam lima tahun terakhir adalah lonjakan terorisme politik sayap kanan, meskipun jumlah absolut serangan sayap kanan tetap rendah jika dibandingkan dengan bentuk terorisme lainnya," kata laporan itu.

Lembaga pemikir yang berbasis di Sydney itu juga memperingatkan bahwa meskipun kematian dan insiden terkait terorisme telah menurun sejak pandemi Covid-19 dimulai pada bulan Maret, penyakit ini kemungkinan akan menghadirkan tantangan kontra-terorisme yang baru dan berbeda, sehingga tidak menyarankan pemerintah untuk mengurangi inisiatif penanggulangan terorisme dalam menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan oleh dampak darurat kesehatan.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More