ISIS Klaim Ledakan di Pemakaman Non Muslim Jeddah
loading...
A
A
A
RIYADH - Kelompok ekstrimis ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di sebuah Pemakaman Non Muslim di Jeddah Arab Saudi pada Rabu lalu. Ledakan itu terjadi saat dilakukannya upacara memperingati akhir Perang Dunia I.
Dalam sebuah postingan di kantor berita milik kelompok teror tersebut, Aamaq, ISIS mengatakan bahwa mereka menargetkan diplomat Prancis yang menghadiri upacara di Pemakaman Non-Muslim di kota pesisir Jiddah. Sejumlah diplomat Eropa dan Amerika juga hadir dalam peringatan itu.
Sebuah alat peledak yang ditanam di pemakaman meledak. Ledakan di kota Jeddah pada hari Rabu menyebabkan seorang warga Inggris, seorang polisi Yunani dan seorang petugas keamanan Saudi terluka. (Baca juga: Ledakan Guncang Pemakaman Non Muslim di Jeddah )
Menurut klaim Isis, yang juga dilakukan di salah satu saluran Telegram yang digunakan oleh kelompok tersebut, para pejuangnya dapat menanam perangkat pada upacara tersebut tetapi tidak memberikan bukti seperti dilansir dari Independent, Jumat (13/11/2020).
Aamaq mengatakan negara-negara Eropa lainnya pada upacara itu juga dianggap sebagai sasaran karena mereka adalah bagian dari koalisi internasional yang memerangi militan ISIS.
Menurut kantor pers pemerintah Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman berjanji untuk menyerang dengan tangan besi terhadap siapa saja yang ingin merusak keamanan dan stabilitas negara kerajaan itu sebagai respon terhadap serangan tersebut.(Baca juga: Kecam Serangan Jeddah, Saudi: Itu Tindakan Pengecut! )
Serangan ini terjadi setelah serangan penikaman pada bulan Oktober yang melukai ringan seorang penjaga di Konsulat Prancis di Jeddah.(Baca juga: Tusuk Penjaga Konsulat Prancis, Seorang Pria Diamankan di Jeddah )
Selang sehari setelah ledakan di Jeddah, Kedutaan Besar Arab Saudi di Den Haag dihujani tembakan. Tidak ada laporan korban luka, menurut polisi Belanda, tetapi lubang peluru dapat dilihat di seluruh bagian depan gedung dan di beberapa jendela. Tidak diketahui apakah dua serangan ini saling terkait.(Baca juga: Kedutaan Arab Saudi di Belanda Dihujani Tembakan )
Kehadiran ISIS sendiri tidak di Arab Saudi tidak besar, dan serangan besar terakhirnya dilakukan di kerajaan itu pada 2015.
Serangan ini terjadi setelah Prancis menjadi sasaran tiga serangan dalam beberapa pekan terakhir yang oleh pihak berwenang dikaitkan dengan ekstremis Muslim.
Salah satu serangan itu termasuk pemenggalan kepala seorang guru bahasa yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya di luar Paris. Karikatur tersebut dianggap sangat ofensif bagi banyak umat Muslim dan telah memicu aksi protes di Asia dan Timur Tengah.
Serangan lain menewaskan tiga orang di sebuah gereja di selatan kota Nice.(Baca juga: Tiga Tewas Dalam Serangan di Gereja di Prancis, Satu Korban Dipenggal )
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
Dalam sebuah postingan di kantor berita milik kelompok teror tersebut, Aamaq, ISIS mengatakan bahwa mereka menargetkan diplomat Prancis yang menghadiri upacara di Pemakaman Non-Muslim di kota pesisir Jiddah. Sejumlah diplomat Eropa dan Amerika juga hadir dalam peringatan itu.
Sebuah alat peledak yang ditanam di pemakaman meledak. Ledakan di kota Jeddah pada hari Rabu menyebabkan seorang warga Inggris, seorang polisi Yunani dan seorang petugas keamanan Saudi terluka. (Baca juga: Ledakan Guncang Pemakaman Non Muslim di Jeddah )
Menurut klaim Isis, yang juga dilakukan di salah satu saluran Telegram yang digunakan oleh kelompok tersebut, para pejuangnya dapat menanam perangkat pada upacara tersebut tetapi tidak memberikan bukti seperti dilansir dari Independent, Jumat (13/11/2020).
Aamaq mengatakan negara-negara Eropa lainnya pada upacara itu juga dianggap sebagai sasaran karena mereka adalah bagian dari koalisi internasional yang memerangi militan ISIS.
Menurut kantor pers pemerintah Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman berjanji untuk menyerang dengan tangan besi terhadap siapa saja yang ingin merusak keamanan dan stabilitas negara kerajaan itu sebagai respon terhadap serangan tersebut.(Baca juga: Kecam Serangan Jeddah, Saudi: Itu Tindakan Pengecut! )
Serangan ini terjadi setelah serangan penikaman pada bulan Oktober yang melukai ringan seorang penjaga di Konsulat Prancis di Jeddah.(Baca juga: Tusuk Penjaga Konsulat Prancis, Seorang Pria Diamankan di Jeddah )
Selang sehari setelah ledakan di Jeddah, Kedutaan Besar Arab Saudi di Den Haag dihujani tembakan. Tidak ada laporan korban luka, menurut polisi Belanda, tetapi lubang peluru dapat dilihat di seluruh bagian depan gedung dan di beberapa jendela. Tidak diketahui apakah dua serangan ini saling terkait.(Baca juga: Kedutaan Arab Saudi di Belanda Dihujani Tembakan )
Kehadiran ISIS sendiri tidak di Arab Saudi tidak besar, dan serangan besar terakhirnya dilakukan di kerajaan itu pada 2015.
Serangan ini terjadi setelah Prancis menjadi sasaran tiga serangan dalam beberapa pekan terakhir yang oleh pihak berwenang dikaitkan dengan ekstremis Muslim.
Salah satu serangan itu termasuk pemenggalan kepala seorang guru bahasa yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya di luar Paris. Karikatur tersebut dianggap sangat ofensif bagi banyak umat Muslim dan telah memicu aksi protes di Asia dan Timur Tengah.
Serangan lain menewaskan tiga orang di sebuah gereja di selatan kota Nice.(Baca juga: Tiga Tewas Dalam Serangan di Gereja di Prancis, Satu Korban Dipenggal )
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
(ber)