Bersitegang dengan Iran, AS Pindahkan Skuadron F-16 ke UEA
Rabu, 18 November 2020 - 14:18 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) memindahkan jet-jet tempurnya dari Eropa ke Uni Emirat Arab (UEA) pada minggu lalu di tengah ketegangan dengan Iran . Begitu laporan yang diturunkan media pertahanan AS.
Menurut United Press International (UPI) sebuah detasemen jet tempur F-16 dari Skuadron Tempur 480 Angkatan Udara AS terbang dari Pangkalan Udara Spangdahlem di Jerman ke Pangkalan Udara Al-Dhafra di Abu Dhabi, UEA.
"Pengerahan Skuadron Tempur 480 mendemonstrasikan kelincahan Angkatan Udara AS dan komitmen CENTCOM kepada sekutu dan mitra untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan," kata Letnan Jenderal Greg Guillot, komandan Angkatan Udara ke-9 AS dalam sebuah pernyataan yang dinukil UPI.
"Saat dikerahkan, unit tersebut akan melakukan berbagai misi, termasuk operasi tempur dan pelatihan dengan mitra bersama dan regional, meningkatkan kesiapan keseluruhan unit dan kembali ke (Komando Eropa AS) yang lebih siap untuk mendukung operasi di masa depan," terang Guillot seperti dikutip dari Al Araby,Rabu (18/11/2020).
Tidak disebutkan secara langsung oleh CENTCOM alasan di balik langkah tersebut, namun UPI menyatakan bahwa Al-Dhafra merupakan hub untuk pengawasan kegiatan di kawasan Teluk, khususnya gerakan militer Iran.
Pemindahan itu terjadi setelah detasemen F-35 AS kembali dari UEA ke pangkalan mereka di Utah.(Baca juga: Pompeo: AS Setujui Penjualan 50 Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA )
Gerakan tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington, dengan laporan bahwa Presiden AS Donald Trump pekan lalu mempertimbangkan serangan terhadap fasilitas nuklir di Iran.
Para pejabat senior menghalangi Trump untuk bergerak maju dengan serangan militer, memperingatkannya bahwa serangan semacam itu dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas pada minggu-minggu terakhir masa kepresidenannya, tulis The New York Times.
Target yang paling mungkin dari serangan semacam itu adalah Natanz, di mana IAEA melaporkan bahwa persediaan uranium Teheran sekarang 12 kali lebih besar dari yang diizinkan di bawah perjanjian nuklir yang ditinggalkan Trump pada 2018, tiga tahun setelah ditandatangani dalam sebuah penawaran untuk membatasi kemampuan nuklir Iran.(Baca juga: Jelang Lengser, Donald Trump Ingin Serang Situs Nuklir Utama Iran )
Persaingan selama puluhan tahun antara Iran dan AS semakin intensif di bawah Presiden Trump, terutama setelah Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Teheran pada 2018 dan memberlakukan sanksi keras terhadap negara itu.
Kedua negara nyaris berperang setelah pembunuhan komandan Iran Qasem Soleimani pada Januari lalu.
Menurut United Press International (UPI) sebuah detasemen jet tempur F-16 dari Skuadron Tempur 480 Angkatan Udara AS terbang dari Pangkalan Udara Spangdahlem di Jerman ke Pangkalan Udara Al-Dhafra di Abu Dhabi, UEA.
"Pengerahan Skuadron Tempur 480 mendemonstrasikan kelincahan Angkatan Udara AS dan komitmen CENTCOM kepada sekutu dan mitra untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di kawasan," kata Letnan Jenderal Greg Guillot, komandan Angkatan Udara ke-9 AS dalam sebuah pernyataan yang dinukil UPI.
"Saat dikerahkan, unit tersebut akan melakukan berbagai misi, termasuk operasi tempur dan pelatihan dengan mitra bersama dan regional, meningkatkan kesiapan keseluruhan unit dan kembali ke (Komando Eropa AS) yang lebih siap untuk mendukung operasi di masa depan," terang Guillot seperti dikutip dari Al Araby,Rabu (18/11/2020).
Tidak disebutkan secara langsung oleh CENTCOM alasan di balik langkah tersebut, namun UPI menyatakan bahwa Al-Dhafra merupakan hub untuk pengawasan kegiatan di kawasan Teluk, khususnya gerakan militer Iran.
Pemindahan itu terjadi setelah detasemen F-35 AS kembali dari UEA ke pangkalan mereka di Utah.(Baca juga: Pompeo: AS Setujui Penjualan 50 Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA )
Gerakan tersebut dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington, dengan laporan bahwa Presiden AS Donald Trump pekan lalu mempertimbangkan serangan terhadap fasilitas nuklir di Iran.
Para pejabat senior menghalangi Trump untuk bergerak maju dengan serangan militer, memperingatkannya bahwa serangan semacam itu dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas pada minggu-minggu terakhir masa kepresidenannya, tulis The New York Times.
Target yang paling mungkin dari serangan semacam itu adalah Natanz, di mana IAEA melaporkan bahwa persediaan uranium Teheran sekarang 12 kali lebih besar dari yang diizinkan di bawah perjanjian nuklir yang ditinggalkan Trump pada 2018, tiga tahun setelah ditandatangani dalam sebuah penawaran untuk membatasi kemampuan nuklir Iran.(Baca juga: Jelang Lengser, Donald Trump Ingin Serang Situs Nuklir Utama Iran )
Persaingan selama puluhan tahun antara Iran dan AS semakin intensif di bawah Presiden Trump, terutama setelah Washington menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Teheran pada 2018 dan memberlakukan sanksi keras terhadap negara itu.
Kedua negara nyaris berperang setelah pembunuhan komandan Iran Qasem Soleimani pada Januari lalu.
(ber)
tulis komentar anda