Hubungan Turki-AS di Era Biden Mungkin akan Jauh Lebih Buruk
Minggu, 15 November 2020 - 22:03 WIB
Dalam wawancara dengan The New York Times Desember lalu, Biden menggambarkan Erdogan sebagai seorang otokrat dan mengkritik kebijakannya terhadap Kurdi. Dia juga menyarankan untuk memperkuat kepemimpinan oposisi Turki, komentar yang memancing banyak reaksi.
Karena prioritas Biden akan fokus untuk menahan Rusia dan Iran, dan memperkuat komitmen untuk aliansi multilateral, terutama NATO, peluang Ankara untuk memperbaiki hubungan dengan Washington akan bergantung pada bagaimana kebijakannya selaras dengan pola ini.
(Baca: Erdogan Bilang Turki Mampu Atasi Konsekuensi Embargo Senjata )
Soner Cagaptay, seorang akademisi Turki dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, mengatakan, Biden akan memprioritaskan pengembangan hubungan dengan sekutu utama. "Demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum, dan kebebasan berekspresi juga penting bagi Biden, yang mengharapkan Erdogan mengambil langkah positif dalam masalah ini," katanya.
Cagaptay mengatakan, saat Biden akan memprioritaskan menghidupkan kembali visi NATO dan membentuk blok bersatu melawan Rusia, bahwa dia akan melihat Turki sebagai sekutu penting.
"Tentu saja AS dapat menerapkan kebijakannya tanpa Turki. Tetapi dengan Turki, kebijakan itu lebih mudah, tidak rumit, lebih murah, dan lebih efektif. Skenario terburuk adalah mencegah Turki menjadi perusak kebijakan AS terhadap Rusia, dan skenario kasus terbaik adalah Turki menjadi sekutu dan bergabung dengan upaya AS untuk menyatukan NATO," ungkapnya.
Cagaptay menambahkan, dengan lengsernya Trump, sekarang kemungkinan besar AS akan menerapkan sanksi CAATSA. Tetapi, dia berharap Biden lebih memilih sanksi simbolis daripada yang menghancurkan ekonomi Turki.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
Karena prioritas Biden akan fokus untuk menahan Rusia dan Iran, dan memperkuat komitmen untuk aliansi multilateral, terutama NATO, peluang Ankara untuk memperbaiki hubungan dengan Washington akan bergantung pada bagaimana kebijakannya selaras dengan pola ini.
(Baca: Erdogan Bilang Turki Mampu Atasi Konsekuensi Embargo Senjata )
Soner Cagaptay, seorang akademisi Turki dari Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat, mengatakan, Biden akan memprioritaskan pengembangan hubungan dengan sekutu utama. "Demokrasi, hak asasi manusia, supremasi hukum, dan kebebasan berekspresi juga penting bagi Biden, yang mengharapkan Erdogan mengambil langkah positif dalam masalah ini," katanya.
Cagaptay mengatakan, saat Biden akan memprioritaskan menghidupkan kembali visi NATO dan membentuk blok bersatu melawan Rusia, bahwa dia akan melihat Turki sebagai sekutu penting.
"Tentu saja AS dapat menerapkan kebijakannya tanpa Turki. Tetapi dengan Turki, kebijakan itu lebih mudah, tidak rumit, lebih murah, dan lebih efektif. Skenario terburuk adalah mencegah Turki menjadi perusak kebijakan AS terhadap Rusia, dan skenario kasus terbaik adalah Turki menjadi sekutu dan bergabung dengan upaya AS untuk menyatukan NATO," ungkapnya.
Cagaptay menambahkan, dengan lengsernya Trump, sekarang kemungkinan besar AS akan menerapkan sanksi CAATSA. Tetapi, dia berharap Biden lebih memilih sanksi simbolis daripada yang menghancurkan ekonomi Turki.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(esn)
tulis komentar anda